Studi pengembangan agroindustri minyak nilam (Pathcaouli oil) skala kecil di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara
Abstract
Industri minyak atsiri, termasuk minyak nilam, merupakan salah satu alternatif industri sub-sektor perkebunan yang ditetapkan dalam kebijakan pengembangan industri nasional. khususnya industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Meningkatnya jumlah industri-industri kosmetika dan obat-obatan baik langsung atau tidak akan membawa imbas pada peningkatan permintaan minyak atsiri, termasuk minyak nilam (Patchouli oil). Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dengan mensuplai kurang lebih 90% kebutuhan minyak atsiri dunia dari 1200 ton, sebagian besar didominasi oleh minyak nilam. Pada tahun 1997 devisa yang disumbangkan dari perdagangan minyak atsiri Indonesia sebesar US$ 48.120.048, sementara US$ 33.0752.542 diantaranya berasal dari minyak nilam.
Profil agroindustri minyak nilam di Kabupaten Asahan antara lain adalah: usaha berskala kecil, pemilik usaha petani, teknologi penyulingan sederhana, pola tanam cenderung tumpangsari, tanaman nilam hanya dijadikan pendapatan sampingan, dan modal kerja diusahakan oleh petani sendiri. Dengan profil seperti ini maka pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil di Kabupaten Asahan haruslah bertipe integrasi usaha tani dalam pengembangannya.
Proses pengembangan agroindustri skala kecil di Kabupaten Asahan harus diikuti dengan perubahan teknologi, dari teknologi suling uap dan air ke teknologi suling uap (steam). Dari elaborasi pendapat AHP pemilihan teknologi diperoleh gambaran bahwa teknologi suling uap merupakan alternatif terbaik dengan bobot keputusan sebesar 61.35 %. Perubahan teknologi ini juga diikuti oleh proses perubahan bahan ketel suling dari drum bekas menjadi stainless steell, dengan bobot keputusan sebesar 36.80 %. Parameter yang digunakan dalam pemilihan alat suling ini antara lain. yaitu: rendemen (33.67%), mutu (36.32 %), dan biaya (30.01%).
Pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil ini layak dilakukan. Dari analisa finansial di dapat besaran-besaran yang sesuai untuk kriteria usaha yang layak.. antara lain: IRR sebesar 64.97%, NPV sebesar Rp 189.146.239,39, PBP selama 2.91 tahun. dan Net B/C 1.342. Modal Keseluruhan yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha ini sebesar Rp 266.699.820,00 termasuk di dalamnya biaya investasi peralatan dan bangunan sebesar Rp 75.481.000,00, biaya tetap sebesar Rp 21.154.520.00 dan biaya variabel sebesar Rp 147.360.000,00. Peningkatan biaya sampai 50% secara abregt masih memberikan hasil yang layak bagi pengembangan. usaha kecil ini.
Hasil perhitungan marjin keuntungan petani menunjukkan usaha pengembangan agroindustri minyak nilam skala kecil di Kabupaten Asahan lebih menjanjikan ketimbang kondisi sekarang. Hal ini terlihat dari perolehan yang didapat petani dari kegiatan usaha sebesar Rp 735.861,67 per bulan di samping komponen biaya tenaga kerja sebesar Rp 250.000,00 sehingga total yang diterima petani per bulannya sebesar Rp 985.861.00 atau jika dilihat dari hasil kumulatif tahun ke-6 masing-masing petani akan memperoleh dana sebesar Rp 63.554.652,44 atau rata- rata Rp 10.592.442,07 per tahunnya.