Show simple item record

dc.contributor.advisorRusli, Meika Syahbana
dc.contributor.advisorPurwanto, Wahyu
dc.contributor.authorYulianti, Novi Puspita
dc.date.accessioned2023-11-06T06:53:58Z
dc.date.available2023-11-06T06:53:58Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130750
dc.description.abstractTemulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu tanaman dalam suku temu – temuan (Zingiberaceae) yang memiliki berbagai khasiat. Menurut Sidik at all (1995), temulawak berkhasiat sebagai anti inflamasi, antitumor, mengobati penyakit hipokolesterolemia, mengobati gangguan fungsi hati, memperbaiki fungsi saluran cerna, bersifat antibakteri dan antijamur, dan sebagai antijerawat. Khasiat yang dimiliki oleh temulawak ini tidak lepas dari komponen yang terkandung di dalam rimpang temulawak. Kurkuminoid dan xanthorrhizol diduga sebagai komponen yang memberikan efek farmakologis dari rimpang temulawak. Kurkuminoid merupakan pigmen yang memberikan warna kuning terhadap temulawak, sedangkan xanthorrhizol merupakan salah satu komponen minyak atsiri temulawak. Sejauh ini, temulawak diperdagangkan dalam beberapa bentuk yaitu bentuk rimpang temulawak yang utuh, serbuk temulawak, oleoresin temulawak, dan minyak atsiri temulawak. Penggunaan bahan baku temulawak dalam bentuk rimpang utuh maupun serbuk memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah bersifat kamba, mudah mengalami perubahan warna dan aroma yang diakibatkan oleh perubahan iklim, mudah terkontaminasi oleh bahan asing, mudah terkontaminasi mikroorganisme, pada tahap aplikasi komponen aktif dihasilkan secara lambat dan tidak terekstrak secara sempurna, dan partikel rimpang mengakibatkan adanya bintik atau noda pada produk akhir (Ravindran at all, 2007). Untuk menutupi kelemahan – kelemahan tersebut, temulawak dapat dimanfaatkan dalam bentuk oleoresin. Oleoresin didefinisikan oleh Glibertson (1971) sebagai campuran antara resin dan minyak atsiri yang diekstrak dari berbagai jenis rempah, baik rempah yang berasal dari buah, biji, daun, kulit, maupun rimpang dengan menggunakan pelarut organik. Pada proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut ini, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas ekstraksi. Faktor tersebut diantaranya adalah jenis dan konsentasi pelarut yang digunakan, volume pelarut, suhu ekstraksi, dan ukuran bahan yang diekstrak…id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgricultural technologyid
dc.subject.ddcAgroindustrial technologyid
dc.titlePengaruh nisbah bahan baku-pelarut dan suhu ekstraksi terhadap kandungan xanthorrhizol dalam oleoresin temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordCurcuma xanthorrhiza Roxbid
dc.subject.keywordTemulawakid
dc.subject.keywordXanthorrhizolid
dc.subject.keywordExtractionid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record