Sintesis Surfaktan Alkil Poliglikosida C16 Sawit dan Glukosa Cair 85 persen dengan Perlakuan Perbedaan Nisbah Mol
View/ Open
Date
2013Author
Syafruddin, Muhammad Rum
Hambali, Erliza
Permadi, Pudji
Metadata
Show full item recordAbstract
Surfaktan APG merupakan jenis surfaktan nonionik yang biasa digunakan pada formulasi beberapa produk seperti formulasi herbisida, produk-produk personal care, kosmetik, bleaching kain tekstil dan aplikasi lainnya. Bahan baku pembuatan surfaktan APG yang digunakan pada penelitian ini adalah fatty alcohol dari minyak inti sawit (fatty alcohol C16) dan glukosa cair 85%. Fatty alcohol bersifat hidropobik (lipofilik), sedangkan glukosa bersifat hidrofilik. APG adalah surfaktan yang dapat disintesis dari fatty alkohol minyak kelapa sawit (C16) dan glukosa cair 85%. Peluang untuk Mengembangkan APG di Indonesia sangat besar karena fatty alcohol minyak sawit dan glukosa cair 85% sebagai bahan baku APG cukup tersedia.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan nisbah mol reaktan surfaktan Alkil Poliglikosida yang terbaik dari Fatty Alcohol (C16) Minyak Sawit dengan Glukosa Cair 85%. Penelitian ini menggunakan Rancangan percobaan Acak Lengkap satu faktor dengan dua kali pengulangan. Perlakuan yang digunakan adalah Nisbah Mol Reaktan pada lima taraf konsentrasi yaitu E5, 2, 2.5, 3 dan 3.5 dari basis glukosa.Penentuan nisbah mol reaktan dalam pembuatan surfaktan S APG diduga memiliki pengaruh terhadap karakteristik produk. Proses produksi surfaktan yang digunakan adalah metode sintesis APG 2 tahap.
APG yang dihasilkan berupa serbuk berwarna gelap dan larut air. Uji pertama yang
dilakukan adalah kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan antar muka (Interfacial Tension)
dimana semakin kecil nilai tegangan antar muka, maka semakin baik kinerja surfaktan. Pengujian
Bilakukan menggunakan air injeksi dari lapangan minyak dengan menggunakan alat spinning drop.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa APG yang diproses dengan suhu transasetalisasi 120-130 °C
Selama 2 jam memiliki kemampuan menurunkan tegangan antarmuka yang paling baik dengan nilai
FT 5.56 x 10 dyne/cm. Setelah dilakukan pengujian IFT ini, juga dilakukan pengukuran nilai
densitas. Semakin tinggi nilai densitas, maka semakin tinggi pula tegangan antar mukanya. Pengujian
nilai pH dimaksudkan untuk mengetahui keasaman dari surfaktan. Hal ini berkaitan dengan
aplikasinya untuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Hasil pengujian pH menunjukkan larutan surfaktan
APG yang dihasilkan memiliki nilai pH sekitar 8 - 9 ini menandakan APG bersifat basa. Analisis
stabilitas emulsi APG menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai yang dihasilkan. Dari
nilai pembusaannya yang didapatkan terlihat bahwa nilai busa hanya sekitar 4-6% saja. Nilai
kestabilan busa hasil sintesis APG ini terbilang rendah, karena busa tersebut hilang pada waktu kurang
dari 45 menit.