Studi kelayakan pendirian pabrik bioetanol berbahan baku nira aren di Sulawesi Utara
View/ Open
Date
2010Author
Soewondo, Bagus Ibnu
Rahayuningsih, Mulyorini
Sukardi
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri bioetanol di dunia saat ini sedang mengalami perkembangan yang
meningkat. Hal ini terlihat pada penggunaan bioetanol pada tahun 2004 sebesar
38,7juta kiloliter dan pada tahun 2005 menjadi 42,9juta kiloliter. Perkembangan di
Indonesia ditunjukkan dengan didirikannya beberapa industri bioetanol walaupun
masih dalam skala kecil.
Pemanfaatan perkebunan aren (Arenga pinnata) yang berada di daerah Pulau
Sulawesi masih sangat berkurang. Pemanfaatan nira sebagai bahan baku aren dan
pasar bioetanol yang memadai memicu banyak perusahaan swasta untuk mendirikan
industri yang memproduksi bioetanol di Pulau Sulawesi. Pada proses pendirian
industri berbasis pertanian ini harus dirancang sedemikian rincinya baik dari segi
penanganan bahan baku, pemrosesan bahan baku hingga pengolahan limbahnya agar
industri ini dapat layak dan berjalan secara kontinu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian
industri bioetanol dari nira aren dengan titik analisis penelitian pada: aspek
penanganan bahan baku, manajemen operasi, dan analisis finansial.
Metodologi pengkajian terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan
pendirian pabrik bioetanol meliputi pengkajian terhadap aspek pasar, aspek lokasi,
aspek perancangan proses, aspek teknologi dan aspek finansial dengan dukungan
berupa data sekunder dan melalui wawancara dengan kepala tani.
Menurut penelitian yang telah ada terfokus pada proses pembuatan bioetanol
dari nira, serta penanganan bahan baku nira aren. Pada hasil penelitian tersebut bahwa
nira aren sangat rentan terhadap lingkungan pada saat penyadapan sehingga sangat
mudah rusak, namun hal ini tidak mempengaruhi kebutuhan nira aren pada industri
bioetanol.
Dari hasil penentuan lokasi pendirian pabrik bioetanol di Sulawesi Utara
terdapat lima alternatif tempat yakni Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan,
Tomohon, dan Manado. Dari hasil perhitungan dengan Metode Perbandingan
Eksponensial diperoleh nilai tertinggi pada kota Manado yakni 69.810 sedangkan
Minahasa sebesar 47.746, Minahasa Utara sebesar 12.105, Minahasa Selatan sebesar
47.849, dan Tomohon sebesar 46.722. Maka lokasi yang sesuai didirikan sebagai
pusat pabrik adalah Manado. Sedangkan daerah lain akan dijadikan sebagai tempat
penampung bahan baku dan proses fermentasi (satelit), sehingga ketika hasil
fermentasi telah sampai ke pabrik pusat akan langsung diproses (destilasi) untuk
dihasilkan bioetanol.