Paparan Logam Berat Pb an Cd dari Konsumsi Makanan Siap Saji pada Penduduk Daerah Jakarta dan Bogor
Abstract
Kontaminan pangan dapat berasal dari lingkungan. Salah satu di antaranya adalah kontaminan logam berat. Bahaya paparan logam berat pada manusia dapat menyebabkan risiko kesehatan seperti gangguan perkembangan otak, sistem saraf, kulit, ginjal, endokrin, sistem imun, dan kanker. Logam berat yang umumnya mencemari lingkungan antara lain adalah timbal (Pb) dan kadmium (Cd). Paparan logam berat ini pada manusia dapat terjadi melalui rantai makanan.
Makanan siap saji yang digoreng, dipanggang dan dibakar menjadi tren dalam konsumsi masyarakat modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat paparan dan risiko cemaran logam berat pada penduduk daerah Jakarta dan Bogor dari konsumsi makanan siap saji yang digoreng, dibakar dan dipanggang yang mencapai sekitar 50% dari konsumsi pangan harian.
Metode pada penelitian ini meliputi analisis kadar logam berat pada sampel makanan siap saji, serta kajian paparan dan tingkat risiko masing-masing logam berat Pb dan Cd. Sampel pangan siap saji pada penelitian sebanyak 30 menu makanan pada setiap daerah Jakarta (Jakarta) dan Bogor (Bogor) dan dalam bentuk komposit. Paparan logam berat Pb dari makanan siap saji pada penelitan ini paling tinggi sebesar 4,304 µg/kgBB/hari (upper bound) untuk daerah Jakarta dan 4,970 kgBB/hari (upper bound) di daerah Bogor. Untuk logam berat Cd menunjukkan paparan dari makanan siap saji daerah Jakarta sebesar 0,834 µg/kgBB/hari (upper bound) dan daerah Bogor berkisar 0,274 µg/kgBB/hari. Hal ini menunjukkan paparan logam berat Cd dari makanan siap saji (yang diolah pada suhu tinggi) pada penduduk Jakarta relatif lebih tinggi dari Bogor, sedangkan paparan Pb pada penduduk Bogor relatif tinggi dari Jakarta. Kontributor kelompok pangan tertinggi pada paparan Pb dan Cd baik daerah Jakarta dan Bogor adalah Kelompok Serealia dan produknya. Hazard Quotient (HQ dalam %) timbal menunjukkan tingkat risiko paling tinggi dibandingkan Cd yakni sebesar 121% dari TDI pada penduduk Jakarta dan 140% pada penduduk Bogor dalam skenario upper bound. Timbal dalam makanan siap saji tersebut telah memberikan risiko terhadap kesehatan baik pada penduduk Jakarta maupun Bogor. HQ kadmium lebih rendah dari timbal dengan nilai 100% sama dengan nilai TDI untuk penduduk Jakarta sehingga memberikan indikasi risiko yang masih dapat ditoleransi terhadap kesehatan, akan tetapi HQ kadmium untuk penduduk Bogor tidak memberikan risiko kesehatan (< 100% TDI). Hazard Index dari logam berat Pb dan Cd pada daerah Jakarta lebih tinggi dari Bogor. Kedua daerah memiliki nilai HI diatas 100% yang menunjukkan adanya risiko logam berat Pb dan Cd terhadap kesehatan akibat konsumsi makanan siap saji dalam studi ini. Food contamination naturally come from the environment. One of them is heavy metal contaminants. Heavy metals exposure in human is associated in health risks such as neurodevelopment disorders, nervous system, skin, kidneys, endocrine, immune system, and cancer. Heavy metals that generally pollute the environment include lead (Pb) dan cadmium (Cd). These heavy metals exposure in humans can occur through the food chain. Fried, grilled and barbequed ready-to-serve foods become a trend in modern society's consumption. This study aims to determine the level of exposure and risk of heavy metal contamination in Jakarta and Bogor residents from the consumption of fried, grilled and barbequed ready-to-serve foods which contributed 50% of daily food consumption. The method in this study included analysis of heavy metal levels in ready-to-eat food samples, as well as an exposure determination and risk levels of each heavy metal Pb and Cd. The sample of ready-to-serve food consisted of 30 dish menus in each Jakarta and Bogor area and analyzed in composite form. Pb exposure from ready-to-serve food in this study was 4,304 g/kg BW/day (upper bound) for Jakarta and 4,970 g/kg BW/day (upper bound) in Bogor. In cadmium, exposure in Jakarta area was 0,834 g/kg BW/day (upper bound) and in Bogor area with upper bound scenario was 0,274 g/kg BW/day. This showed that the cadmium exposure population from ready-to-serve food (processed at high temperatures) in Jakarta was relatively higher than in Bogor, while Pb exposure in Bogor relatively high compared in Jakarta. Highest contributor for Pb and Cd exposure in Jakarta and Bogor was cereals and its products group. Hazard quotient of lead showed higher risk value compared to Cd, which was 121% of TD in Jakarta area and 140% from TDI in Bogor area with upper bound scenarios. Thus, Lead was a major concern for both Jakarta and Bogor area in health problems from the consumption of ready-to-serve food. Cadmium HQ values was lower than lead which was equal to 100% TDI in Jakarta so risk that given was at tolerable health risk. Meanwhile, HQ from cadmium in Bogor area was below 100%TDI and not showed any indication on health risk. Hazard Index for all heavy metals in Jakarta areas was higher than Bogors. Both HI values showed above 100% TDI which gave signs of Pb and Cd heavy metals risk upon health interference caused by ready-to-serve food consumption in this study.