Penolakan Ekspor Pangan Olahan Indonesia ke Amerika Serikat dan Uni Eropa Tahun 2010-2019 dan Analisis Faktor Penyebabnya
View/ Open
Date
2020Author
Kristianto, Estella Leonora
Sitanggang, Azis Boing
Metadata
Show full item recordAbstract
Pangan olahan merupakan produk yang dibuat dari bahan pangan segar dan melalui teknologi pengolahan tertentu. Sektor industri pangan memberi dampak positif untuk perekonomian nasional Indonesia serta mendatangkan devisa negara dari kegiatan ekspor.Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, nilai ekspor industri pangan Indonesia selalu menempati posisi tertinggi untuk sektor non migas setiap tahunnya.Indonesia banyak melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara, diantaranya Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai negara tujuan utama.Kasus penolakan ekspor terhadap Indonesia masih sering terjadi, hal ini disebabkan adanya temuan yang tidak sesuai dengan penerapan standar dari negara tujuan.Keamanan pangan menjadi aspek yang paling diperhatikan negara untuk perlindungan konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sistem importasi yang dijalankan Amerika Serikat dan Uni Eropa, mengetahui penyebab penolakan ekspor pangan olahan Indonesia ke Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta jenis produk yang paling dominan selama tahun 2010-2019. Sistem importasi ke Amerika Serikat melibatkan FDA, sedangkan untuk Uni Eropa melibatkan European Comission serta RASFF untuk memberitakan informasi penolakan produk ekspor yang beredar di pasaran. Analisis data sekunder mengenai penolakan ekspor pangan olahan Indonesia ke Amerika Serikat dan Uni Eropa ditinjau dari kelompok periode tahun, kategori pangan dengan standar BPOM, dan alasan penolakan. Sepanjang tahun 2010-2019, Indonesia mendapatkan 127 kasus penolakan pangan olahan di Amerika Serikat dan 27 kasus penolakan pangan olahan di Uni Eropa. Analisis lanjutan dengan diagram Pareto menunjukkan penolakan ekspor ke Amerika Serikat terbanyak diperoleh produk bumbu masak pasta dengan alasan masalah registrasi perusahaan dan jadwal proses produksi. Untuk kasus di Uni Eropa, penolakan ekspor terbanyak terjadi pada produk kelapa parut kering dengan alasan kontaminasi Streptococcus fekal dan Salmonella yang melebihi batas maksimumnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi masalah utama penolakan dilihat dari diagram Ishikawa adalah manusia, bahan, mesin, metode, lingkungan, dan manajemen.