Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95147
Title: Induksi Poliploidi Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica Forsskal) Kultivar Salina In Vitro dengan Orizalin
Authors: Ratnadewi, Diah
Witjaksono
Rahmi, Putri
Issue Date: 2018
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Ipomoea aquatica Forsskal yang biasanya dikenal dengan tanaman kangkung merupakan salah satu tanaman herba yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Tanaman kangkung kaya akan vitamin, mineral, dan senyawa fenolik sehingga dianggap sebagai ramuan alami yang efektif untuk pengobatan berbagai penyakit. Tanaman kangkung adalah diploid (2n = 2x = 30) dengan morfologi batang, daun, bunga, dan buahnya yang berukuran kecil. Oleh karena itu, diharapkan tanaman kangkung dapat ditingkatkan kualitasnya agar biomassanya lebih besar serta kandungan vitamin, mineral, dan senyawa fenoliknya lebih banyak. Upaya untuk mencapai hal itu di antaranya dengan poliploidisasi. Penelitian ini meliputi teknik induksi kangkung diploid untuk mendapatkan tanaman kangkung tetraploid dan mencatat karakter morfologinya, dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman tetraploid yang memiliki biomassa terutama daun yang lebih besar. Penelitian ini menggunakan 3 jenis eksplan tanaman yaitu eksplan kecambah (EK), eksplan pucuk (EP), dan eksplan buku (EB). Keberhasilan hidup tanaman kangkung setelah perlakuan orizalin dari EK dan EP menunjukkan bahwa tanaman kangkung mampu tumbuh pada hampir semua kombinasi perlakuan bila dibandingkan EB. Semakin tinggi taraf orizalin dan waktu perendaman keberhasilan hidup akan menurun. Pertumbuhan vegetatif terbaik tanaman kangkung hasil perlakuan orizalin diperoleh pada perlakuan 1.25 μM-8 jam dan 2.50 μM-4 jam dari EK, perlakuan 3.75 μM-4 jam dari EP, dan perlakuan 1.25 μM-4 jam dari EB dibandingkan dengan perlakuan orizalin lainnya. Pemberian kombinasi perlakuan orizalin 1.25 μM-8 jam dari EK, 3.75 μM-4 jam dari EP, dan 1.25 μM-4 jam dari EB lebih efektif untuk menghasilkan pertumbuhan jumlah tunas, masing-masing sebesar 0.82 tunas, 0.74 tunas, dan 0.87 tunas. Perlakuan orizalin yang dapat menghasilkan jumlah buku lebih banyak daripada perlakuan lainnya adalah 2.50 μM-4 jam pada EK menghasilkan 1.17 buku, perlakuan 3.75 μM-4 jam pada EP menghasilkan 1.28 buku, dan perlakuan 1.25 μM-4 jam pada EB menghasilkan 1.09 buku. Uji flow cytometry yang dilakukan pada 41 sampel tanaman kangkung yang hidup setelah perlakuan orizalin pada EK, EP, dan EB menunjukkan 14.63% tetraploid (2n = 4x), 36.59% miksoploid (2n = 2x+4x), dan 48.78% diploid (2n = 2x). Eksplan kecambah lebih mampu menghasilkan tanaman tetraploid daripada EP dan EB yang hanya menghasilkan miksoploid. Efisiensi induksi tetraploid yang diperoleh pada kombinasi perlakuan orizalin 1.25 μM-8 jam pada EK sebesar 60%. Tanaman poliploid hasil flow cytometry diperbanyak hingga subkultur ke-3 dan menghasilkan pertumbuhan jumlah tunas terendah pada tanaman tetraploid yaitu 0.84 tunas, sedangkan jumlah tunas terbanyak diperoleh pada tanaman diploid dengan 1.35 tunas. Tanaman tetraploid juga menghasilkan jumlah buku terendah yaitu 1.69 buku dibandingkan tanaman diploid dengan 2.99 buku. Pertumbuhan vegetatif dalam kondisi in vitro tanaman kangkung tetraploid tidak banyak berbeda dengan diploid, namun pertumbuhan tanamannya lebih lambat dibandingkan tanaman diploid. Pertumbuhan jumlah tunas, jumlah buku, jumlah daun, dan tinggi tunas cenderung lebih baik pada tanaman diploid. Panjang dan lebar daun pada ketiga ploidi tanaman kangkung tidak berbeda. Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan ke tahap in vivo dan ke lapangan, serta digunakan sebagai dasar untuk pengembangan pemuliaan tanaman kangkung pada masa yang akan datang.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/95147
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File SizeFormat 
2018pra.pdf
  Restricted Access
16.1 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.