Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91348
Title: Life Cycle Assessment Produk Perikanan di PT Kemilau Bintang Timur Cirebon, Jawa Barat
Authors: Yani, Mohamad
Ismayana, Andes
Sofiah, Intan
Issue Date: 2017
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Life cycle assessment (LCA) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan karena adanya pemakaian produk, mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi hingga produk selesai digunakan. Perkembangan industri perikanan bukan hanya memberikan keuntungan, tetapi juga menyumbang dampak lingkungan khususnya pada kegiatan pengolahan hasil perikanan. Penelitian mengenai dampak lingkungan akibat pengolahan hasil perikanan menjadi topik hangat karena semakin menurunnya kualitas hasil perikanan. Oleh karenanya, kajian LCA ini bertujuan untuk mengidentifikasi input dan output berdasarkan data yang dimiliki oleh industri, menghitung besaran daur hidup dan potensi dampak yang ditimbulkan dan menganalisis alternatif perbaikan untuk mengurang kerusakan lingkungan. Kajian LCA menggunakan metode berdasarkan pada ISO 14040 yang terdiri dari empat tahap, yaitu penetapan tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori, analisis dampak dan interpretasi untuk upaya perbaikan. Ruang lingkup kajian LCA ini adalah kegiatan yang terjadi pada industri pengolahan hasil perikanan yaitu PT Kemilau Bintang Timur (PT KBT), berupa proses produksi dan pengelolaan limbah. Potensi dampak yang diamati berupa emisi gas rumah kaca (GRK), asidifikasi dan eutrofikasi. Upaya perbaikan yang diberikan dengan studi literatur menggunakan penelitian yang sudah dilakukan, berdasarkan hasil dari analisis dampak industri yang dikaji. Analisis inventori menunjukkan bahwa industri pengolahan hasil perikanan memerlukan input berupa bahan baku, bahan kemasan, bahan kimia dan bahan tambahan lainnya, serta air dan sumber energi untuk menghasilkan output berupa produk utama, produk samping, limbah air dan padat, serta emisi ke udara dan air. Bahan baku yang digunakan terdiri dari lima jenis, yaitu ikan mahi-mahi, ikan kakap, ikan wahoo, cephalopod (gurita, cumi, sotong), dan rajungan. Emisi yang dihasilkan kemudian dikelompokkan menjadi 3 kategori dampak dengan satuan ekuivalen untuk memudahkan pengelompokkan, yaitu emisi GRK dengan satuan CO2eq untuk penyebab langsung pemanasan global dan penyebab tidak langsung pemanasan global menggunakan satuan ton untuk masing-masing jenis zat, asidifikasi dengan satuan SO2eq dan eutrofikasi dengan satuan PO43-eq. Emisi GRK merupakan potensi dampak terbesar yang dihasilkan industri pengolahan hasil perikanan, yaitu sebesar 205.593 ton-CO2eq untuk penyebab langsung dan penyebab tidak langsung sebesar 0.125 ton-CO dan 0.047 ton-NOX. Potensi dampak terbesar selanjutnya adalah asidifikasi sebesar 0.151 ton-SO2eq dan eutrofikasi sebesar 0.073 ton-PO43-eq. Emisi GRK penyebab langsung berdasarkan jenis polutan yang paling banyak dihasilkan adalah HFC sebesar 139.29 ton-CO2eq diikuti dengan CO2 sebesar 46.78 ton-CO2eq, CH4 sebesar 19.24ton CO2eq dan N2O sebesar 0.17 ton-CO2eq, sedangkan sumber penghasil emisi paling banyak dari penggunaan refrigeran sebesar 139.29 ton-CO2eq, diikuti dengan penggunaan solar IDO sebesar 30.18 ton-CO2eq, pengelolaan limbah cair sebesar 19.13 ton-CO2eq, pengunaan listrik sebesar 9.28 ton-CO2eq, penggunaan solar ADO sebesar 6.25 ton-CO2eq dan pemakaian bahan tambahan sebesar 1.35 ton-CO2eq. Emisi GRK penyebab tidak langsung yang dihasilkan berupa CO sebesar 0.141 ton-CO dan NOX sebesar 0.467 ton-NOX. Potensi dampak asidifikasi dihasilkan paling banyak dari polutan SO2 sebesar 0.118 ton-SO2eq diikuti dengan NOx sebesar 0.032 ton-SO2eq, dengan sumber penghasil terbanyak berupa penggunaan listrik sebesar 0.122 ton-SO2eq, penggunaan solar IDO sebesar 0.025 ton-SO2eq dan penggunaan solar ADO sebesar 0.005 ton-SO2eq. Polutan paling banyak yang dihasilkan oleh industri pengolahan hasil perikanan dan menyebabkan eutrofikasi adalah NO3- sebesar 0.081 ton-PO43-eq, diikuti dengan PO43- sebesar 0.067 ton-PO43-eq dan NOx sebesar 0.006 ton-PO43-eq, yang dihasilkan dari pengelolaan limbah cair sebesar 0.148 ton-PO43-eq, penggunaan listrik sebesar 0.005 ton-PO43-eq, penggunaan solar IDO sebesar 0.00007 ton-PO43-eq dan penggunaan solar ADO sebesar 0.00001 ton-PO43-eq. Upaya perbaikan yang diberikan berupa penggantian refrigeran yang saat ini digunakan menjadi refrigeran CO2 (R744), pengoptimalan penggunaan bahan tambahan, dan penyesuaian jumlah air yang digunakan dengan SOP yang dimiliki oleh perusahaan. Alternatif pertama yang diberikan dapat menurunkan emisi GRK sebanyak 68.37%, karena refrigeran alami memiliki nilai GWP yang kecil. Pemakaian CO sebagai bahan tambahan pada penelitian terdahulu menunjukkan 85% CO akan terlepas ke udara, sehingga pengoptimalan penggunaan CO sesuai dengan penelitian terdahulu akan mengurangi jumlah emisi GRK yang dihasilkan. Pengoptimalan penggunaan CO mengurangi emisi GRK penyebab tidak langsung sebesar 10.11% dan pengurangan emisi GR penyebab langsung sebesar 0.4%. Alternatif ketiga yaitu pengurangan penggunaan air sesuai dengan SOP mengurangi emisi GRK sebesar 6.09% dan emisi eutrofikasi sebesar 67.76%.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/91348
Appears in Collections:MT - Agriculture Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
2017iso.pdf
  Restricted Access
21.56 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.