Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82825| Title: | Kutu Putih Singkong Phenacoccus Manihoti Matile- Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae): Persebaran Geografi Di Pulau Jawa Dan Rintisan Pengendalian Hayati |
| Authors: | Rauf, Aunu Pudjianto Abduchalek, Budi |
| Issue Date: | 2016 |
| Publisher: | IPB (Bogor Agricultural University) |
| Abstract: | Indonesia merupakan negara penghasil singkong ke empat terbesar dunia. Keberlanjutan produksi singkong di Indonesia terancam oleh adanya invasi hama asing yaitu kutu putih singkong Phenacoccus manihoti Matile-Ferrero (Hemiptera: Pseudococcidae). Hama ini berasal dari Amerika Selatan dan terdeteksi pertama kali keberadaanya di Bogor pada tahun 2010. Untuk mengendalikan hama ini didatangkan parasitoid Anagyrus lopezi (De Santis) (Hymenoptera: Encyrtidae) dari Thailand pada awal tahun 2014. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi persebaran kutu putih P. manihoti di Pulau Jawa, serta mempelajari parasitisasi, kolonisasi, dan kemampuan menetap dari parasitoid di pertanaman singkong. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap. Pertama, survei persebaran geografi P. manihoti. Survei dilaksanakan ke berbagai pertanaman singkong di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta pada bulan Oktober 2014. Kedua, percobaan parasitisasi A. lopezi di dalam kurungan. Percobaan dilakukan dengan memasukkan bibit singkong dengan 50 ekor kutu putih instar-2 ke dalam kurungan. Kemudian diinokulasikan imago parasitoid selama 48 jam. Perlakuan inokulasi terdiri dari 1 pasang, 3 pasang parasitoid A. lopezi dan kontrol. Ketiga, percobaan kolonisasi dan keberhasilan menetap A. lopezi pada pertanaman singkong. Percobaan ini dilakukan dengan melepas 150 pasang parasitoid A. lopezi di pertanaman singkong yang terserang kutu putih. Selanjutnya dilakukan evaluasi pelepasan menggunakan kutu putih pada bibit singkong yang ditempatkan di lapangan sebagai sentinel. Keberhasilan menetap dari parasitoid ditentukan berdasarkan ada-tidaknya parasitoid pada musim kemarau berikutnya. Hasil survei menunjukkan bahwa kutu P. manihoti ditemukan hampir di seluruh wilayah pulau Jawa. Keberadaan serangan P. manihoti pada tanaman singkong ditandai oleh adanya koloni kutu putih yang terdiri dari nimfa yang berwarna merah jambu serta imago dan ovisak yang berwarna putih seperti kapas, khususnya pada bagian pucuk tanaman singkong. Selain itu, tanaman yang terserang tampak daun-daun pucuknya mengeriting dan menggumpal (bunchy top). Pertanaman yang sebelumnya pernah terserang oleh P. manihoti dapat dikenali oleh adanya bagian-bagian buku yang memendek atau adanya distorsi pada batang. Serangan P. manihoti yang tergolong sangat berat ditemukan pada pertanaman singkong di daerah Borobamban dan sekitar Bandara Abdurachman Saleh, Kecamatan Pakis Malang. Di tempat ini seluruh tanaman singkong tampak daunnya rontok dan sebagian tanaman mati dan mengering. Di daerah Manyaran dan Karangmojo (Kabupaten Gunung Kidul) serta Jatisrono dan Ngadirejo (Kabupaten Wonogiri) seluruh lahan singkong dalam keadaan bera menunggu musim hujan tiba. Tunas-tunas pada batang singkong yang dipersiapkan sebagai stek/bibit untuk musim tanam berikutnya tampak berwarna putih karena penuh ditutupi oleh kutu P. manihoti. Percobaan kurungan menujukkan bahwa banyaknya parasitoid yang dilepas berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat parasitisasi (F=129.7; db=2, 29; P<0.001). Pada perlakuan pelepasan 3 pasang A. lopezi rataan tingkat parasitisasi yaitu 25.20%, lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan pelepasan 1 pasang parasitoid (17.60%). Pelepasan parasitoid berpengaruh terhadap laju kematian tanaman singkong oleh kutu putih. Pada hari ke-60 tanaman singkong pada perlakuan kontrol seluruhnya (100%) menunjukkan gejala kematian. Pada kurungan dengan perlakuan 1 pasang A. lopezi kematian tanaman pada hari ke-60 adalah 50%, sedangkan pada perlakuan pelepasan 3 pasang A. lopezi 20%. Percobaan pelepasan parasitoid menunjukkan bahwa jarak inang terhadap titik pelepasan berpengaruh nyata terhadap tingkat parasitisasi (F=6.77; db=4, 14; p=0.007). Tingkat parasitisasi tertinggi (25%) terjadi pada kutu putih yang berjarak 1 m dari titik pelepasan parasitoid. Parasitoid yang dilepaskan mampu berkembang biak di lapangan. Pada dua bulan setelah pelepasan, rataan tingkat parasitisasi yaitu 37.67%. Parasitoid A. lopezi juga berhasil menetap pada kondisi iklim di Bogor, yang ditunjukkan oleh ditemukannya imago parasitoid pada musim kemarau berikutnya. Kegiatan evaluasi pelepasan parasitoid kiranya perlu terus dilakukan untuk menentukan tingkat keefektifannya dan laju pemencarannya. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/82825 |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| 2016bab.pdf Restricted Access | 14.18 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.