Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81543
Title: Strategi Percepatan Pengembangan Industri Turunan Minyak Sawit Mentah (Msm) Di Indonesia
Authors: Maarif, M Syamsul
Hermawan, Aji
Rofiqi, Didik Mochamad
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Indonesia telah menjadi produsen utama minyak sawit dunia dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 48,37% dari produksi minyak sawit dunia. Minyak sawit mentah mempunyai keunggulan sebagai bahan baku industri oleokimia dibandingkan minyak nabati lain. Hilirisasi merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan keunggulan kompetitif suatu negara. Sampai saat ini proses hilirisasi belum berjalan baik, khususnya industri oleokimia. Mulai tahun 1975 – 2013, hanya terdapat 9 (sembilan) industri oleokimia di Indonesia. Guna meningkatkan dayasaing dan menjadikan Indonesia sebagai penghasil oleokimia dunia sebagaimana ditargetkan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2035 maka Indonesia harus mempunyai 33 (tiga puluh tiga) industri oleokimia sebesar kapasitas yang ada saat ini. Untuk terwujudnya tujuan tersebut diperlukan strategi percepatan pengembangan industri turunan minyak sawit mentah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan percepatan pengembangan industri turunan minyak sakit mentah (MSM) di Indonesia, mendapatkan alternatif strategi dan urutan prioritas langkah strategi percepatan pengembangan industri turunan MSM sebagai bagian penting dalam pembangunan industri kelapa sawit di Indonesia. Pengidentifikasian masalah dilakukan melalui analisis dayasaing industri turunan minyak sawit sesuai kerangka Berlian Porter. Alternatif strategi ditentukan dari wawancara dengan pakar atau pemangku kepentingan (stakeholder). Hasil wawancara secara mendalam dicatat dengan cermat guna dianalisis dengan interative model. Pakar yang diwawacarai terdiri atas beberapa stakeholders yaitu a) pemerintah: Dirjen Industri Agro, Kemetrian Perindustrian RI, b) pelaku bisnis: GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), dan c) peneliti: Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia (MAKSI), Surfaktan Bioenergi Research Centre-Institut Pertanian Bogor (SBRC-IPB), Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Research Perkebunan Nusantara (PPKS-RPN), PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute. Perumusan strategi disusun dari alternatif strategi dan faktor-faktor yang berpengaruh. Skala prioritas untuk menentukan strategi percepatan dilakukan dengan teknik pendekatan AHP. Guna melihat validitas model AHP maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap masing-masing faktor dari setiap alternatif strategi yang diteliti. Hasil analisis Berlian Porter didapatkan permasalahan pengembangan industri turunan minyak sawit mentah (MSM) di Indonesia adalah belum adanya dukungan yang kuat dari IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam pengembangan oleokimia, infrastruktur penunjang industri belum memadai, adanya struktur pasar oleokimia yang oligopoli, adanya moratorium pengembangan lahan sawit, tidak adanya konsistensi komitmen pemerintah dalam pengembangan industri turunan (biodiesel), dan adanya kampanye negatif terhadap kelapa sawit dan produk turunanya membuat adanya pembatasan berkembangnya minyak kelapa sawit. Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan cara wawancara langsung para pakar. Hasil pendapatnya dapat dihimpun yang terdiri atas penyederhanaan perijinan, penyiapan infrastruktur, pemberian insentif perpajakan, adanya dukungan moneter, adanya komitmen pemerintah, serta kepastian pasar. Faktor penentu yang menjadi pertimbangan terlaksananya alternatif strategi percepatan pengembangan industri turunan minyak sawit mentah di Indonesia adalah biaya yang timbul untuk proses pendirian, waktu atau lamanya proses kegiatan terjadi, dan kondisi sumber daya manusia yang menjalankan kegiatan (baik kompetensi maupun moral hazard). Hasil perhitungan menunjukan prioritas alternatif strategi percepatan pengembangan industri turunan minyak sawit mentah di Indonesia dengan prioritas: 1) komitmen pemerintah (0.31); 2) kepastian pasar (0.21); 3) penyiapan infrastruktur (0.17); 4) dukungan moneter (0.13); 5) penyederhanaan perijinan (0.11); 6) insentif pajak (0.07). Dengan urutan faktor penentu yang harus diperbaiki yaitu sumber daya manusia (0.39), biaya (0.35), dan waktu (0.25). Prioritas utama ini menunjukkan semua stakeholder memandang industri turunan minyak sawit mentah memerlukan adanya dukungan komitmen pemerintah secara konsistensi dalam jangka panjang. Komitmen pemerintah merupakan bagian penting dalam mewujudkan kepercayaan investor akan stabilitas keamanan modal yang ditanamkan. Adanya komitmen pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan nomor 128/ PMK.011/2011 tentang bea keluar produk dan turunan minyak kelapa sawit membuat industri turunan minyak kelapa sawit yang stagnan mulai menggeliat lagi. Disisi lain, kebijakan pemerintah dalam pemakaian biodiesel di dalam negeri sampai belum menunjukkan hal yang menggembirakan. Kondisi ini menjadikan kegamangan investor untuk menanamkan modalnya. Hasil analisis sensitifitas dengan menurunkan biaya sampai - 30%, penurunan waktu sebesar -20% dan peningkatan sumber daya manusia sebesar 60% menunjukkan urutan prioritas alternatif strategi yang sama, sehingga model ini telah cukup valid.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/81543
Appears in Collections:MT - Agriculture Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
2016dmr.pdf
  Restricted Access
38.37 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.