Pendirian Unit Bisnis Nugget Jagung pada Gapoktan Karya Tani

Abstract

Gapoktan Karya Tani adalah perusahaan yang berperan sebagai pemenuhan permodalan pertanian dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk menyusun dan menganalisis perencanaan pendirian unit bisnis olahan jagung menjadi nugget jagung sebagai upaya meningkatkan jual tambah, serta menyusun, menganalisis perencanaan dan kelayakan pengembangan nugget jagung di perusahaan tersebut. Data yang diperoleh mencakup data primer dan sekunder dengan metode analisis yang meliputi aspek non finansial dan aspek finansial. Berdasarkan studi kelayakan bisnis yang telah diterapkan pada aspek finansial yaitu dengan analisis cashflow dikatakan layak sesuai dengan standar kriteria investasi dengan hasil perhitungan NPV lebih besar dari 0 yaitu Rp 81.966.188, IRR bernilai 47%, Net B/C >1 yaitu 2,31, Gross B/C >1 yaitu 1,19, Payback Period menghasilkan waktu pengembalian dalam jangka waktu 3 tahun 2 bulan. Analisis switching value pada rencana unit bisnis nugget jagung mencakup batas maksimum penurunan produksi nugget jagung 12,99% serta kenaikan senilai bawang merah 29,83%.

Karya Tani Farmers Group Enterprise is a company engaged in providing agricultural financing and empowering rural communities. This study aims to formulate and analyze the business planning for establishing a corn nugget processing unit as an effort to increase the added value of corn. In addition, the study evaluates the feasibility of developing the corn nugget business within the enterprise. The research utilizes both primary and secondary data, analyzed through non-financial and financial aspects. The financial feasibility analysis, based on cash flow projections, indicates that the business is financially viable. The results show a Net Present Value (NPV) of IDR 81.966.188 (> 0), an Internal Rate of Return (IRR) of 47%, a Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) of 2,31 (> 1), a Gross B/C of 1,19 (> 1), and a Payback Period of 3 years and 2 months. The switching value analysis shows that the business can withstand a maximum production decline of 12.99% and a price increase in shallots of up to 29,83%, without affecting its overall feasibility.