Pengembangan Bisnis Produk Kerupuk Jamur Tiram Putih di Payung Putih Farm Kabupaten Sukabumi

Abstract

Payung putih merupakan perusahan yang bergerak di bidang holtikultura yakni budidaya jamur tiram putih. Payung putih belum memanfaatkan over supply produksi, sehingga jamur yang tidak terjual belum dimanfaatkan dengan baik seperti membuat produk turunan dari jamur tiram putih agar lebih tahan lama. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Juli 2024 sampai dengan bulan Desember 2024 yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini menggunakan analisis nilai tambah dengan metode Hayami, analisis perilaku konsumen dan analisis non finansial dan finansial. hasil dari analisis nilai tambah yakni Rp224.320/kg dengan presentase 48% masuk kedalam kategori “tinggi”. Hasil perolehan dengan analisis sikap konsumen terhadap kerupuk jamur yakni 195,48 yang masuk kedalam kategori “baik”. Hasil dari analisis kelayakan bisnis produk kerupuk jamur tiram dinilai layak karena memenuhi beberapa kriteria yakni dengan nilai NPV sebesar Rp7.218.574, nilai Gross B/C sebesar 1,01, nilai Net B/C sebesar 1,79, nilai IRR sebesar 30% dan nilai PP sebesar 3,30. Hasil analisis switching value yakni batas toleransi penurunan produksi sebesar 1,59% dan batas kenaikan harga jamur tiram putih sebesar 25,34%.

Payung Putih is a company engaged in horticulture, specifically the cultivation of white oyster mushrooms. Payung Putih has not yet utilized the oversupply of production, so unsold mushrooms have not been properly utilized, such as by creating derivative products from white oyster mushrooms to make them more durable. The research was conducted from July 2024 to December 2024 in Sukabumi Regency. This study employed value-added analysis using the Hayami method, consumer behavior analysis, and non-financial and financial analysis. The results of the value-added analysis yielded Rp224.320/kg, with 48% falling into the “high” category. The results of the attitude consumer analysis toward mushroom crackers were 195.48, falling into the “good” category. The results of the business feasibility analysis of the mushroom cracker product were deemed feasible as it met several criteria, including a NPV value of Rp7.218.574, a Gross B/C value of 1,01, a Net B/C value of 1,79, an IRR value of 30%, and a PP value of 3,30. The results of the switching value analysis indicate a production decline tolerance limit of 1,59% and a price increase limit for white oyster mushrooms of 25,34%.