Analisis Kelayakan dan Keberlanjutan Bisnis Ekonomi Sirkular Kotoran Sapi Menjadi Pupuk di Kelompok Tani Parikesit

Abstract

Peningkatan penggunaan pupuk kimia dan belum optimalnya pengelolaan limbah peternakan sapi di sektor pertanian Indonesia memicu permasalahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk organik yang dilakukan oleh Kelompok Tani Parikesit adalah ekonomi yang menguntungkan dan berkelanjutan. Analisis kelayakan finansial mencakup NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period, sementara analisis keberlanjutan dilakukan menggunakan pendekatan Multiaspect Sustainability Analysis (MSA) mencakup aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan kelembagaan. Hasil menunjukkan bahwa bisnis ini layak secara finansial dengan NPV sebesar Rp130.416.630, IRR sebesar 23%, Net B/C sebesar 1,07, dan Payback Period 5,2. Selain itu, indeks keberlanjutan agregat mencapai 72,44%, yang menempatkan bisnis dalam kategori berkelanjutan dengan faktor pengaruhnya. Hasil menunjukkan bahwa model bisnis ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung transisi pertanian berkelanjutan di tempat lain.

The increasing use of chemical fertilizers and suboptimal management of cattle waste in the Indonesian agricultural sector have created problems. The purpose of this study was to determine whether the processing of cattle manure into organic fertilizer by the Parikesit Farmers Group is economically profitable and sustainable. The financial feasibility analysis included NPV, IRR, Net B/C, and Payback Period, while the sustainability analysis was conducted using a Multiaspect Sustainability Analysis (MSA) approach encompassing economic, social, environmental, and institutional aspects. The results indicate that this business is financially viable with an NPV of Rp130,416,630, an IRR of 23%, a Net B/C of 1.07, and a payback period of 5,2. Furthermore, the aggregate sustainability index reached 72.44%, placing the business in the sustainable category with its influencing factors. The results indicate that this business model is not only environmentally friendly but also applicable to improve farmer welfare and support sustainable agricultural transitions elsewhere.