Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Penggemukan Domba Mangkoboi di Kabupaten Bogor Jawa Barat

Abstract

Peluang pengembangan usaha ternak domba didorong oleh menurunnya pertumbuhan populasi domba, dan meningkatnya tingkat konsumsi domestik, sementara disisi lain permintaan ekspor daging domba terus meningkat. Jawa Barat, sebagai kawasan peternakan domba menjadi lokasi strategis bagi usaha ternak Mangkoboi. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial, non finansial, serta sensitivitas usaha terhadap perubahan. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan pemilik, 4 karyawan tetap, dan 6 konsumen Mangkoboi. analisis non finansial yang terdiri atas aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan menunjukkan hasil bahwa usaha ternak Mangkoboi layak dijalankan karena memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan. Dari aspek finansial ditetapkan enam skenario berbeda yang terdiri atas skenario tanpa pengembangan (skenario I), skenario pengambangan dengan pertumbuhan populasi 5% (skenario II), 10% (skenario III) dan 20% (skenario IV) serta skenario penggunaan teknologi mixer pada kondisi pengembangan dengan pertumbuhan populasi 10% (skenario V) dan 20% (skenario VI). Seluruh skenario menunjukan hasil usaha ternak Mangkoboi layak untuk dijalankan dengan skenario terbaik adalah skenario VI dengan nilai NPV Rp3,995,126,499, IRR 63%, Net B/C 6,547 dan payback period 5 tahun 3 bulan. Analisis switching value pada skenario VI menunjukan bahwa Mangkoboi sensitif terhadap penurunan harga domba kurban, kenaikan harga bakalan, dan kenaikan harga pakan dengan toleransi perubahan masing-masing 19%, 23,53% dan 37,76%.

The opportunity for the development of the sheep farming business is driven by the declining growth of the sheep population and the increasing level of domestic consumption, while on the other hand, the demand for sheep meat exports continues to rise. West Java, as a sheep farming area, has become a strategic location for the Mangkoboi livestock business. This study aims to analyze the financial feasibility, non-financial feasibility, and the business’s sensitivity to changes. The method used is interviews with the owner, 4 permanent employees, and 6 Mangkoboi customers. Non-financial analysis, which includes aspects of the market, technical, management and legal, social, economic and cultural, as well as environmental aspects, shows that the Mangkoboi livestock business is feasible because it meets all the established criteria. From the financial aspect, six different scenarios were defined, consisting of: a scenario without development (Scenario I), a development scenario with a population growth of 5% (Scenario II), 10% (Scenario III), and 20% (Scenario IV), as well as a scenario using mixer technology under development conditions with a population growth of 10% (Scenario V) and 20% (Scenario VI). All scenarios show that the Mangkoboi livestock business is feasible to run, with the best scenario being Scenario VI, which has an NPV value of Rp3,995,126,499, an IRR of 63%, a Net B/C of 6.547, and a payback period of 5 years and 3 months. The switching value analysis in Scenario VI shows that Mangkoboi is sensitive to a decrease in the price of sacrificial sheep, an increase in the price of livestock, and an increase in feed prices, with tolerance for changes of 19%, 23.53%, and 37.76%, respectively.