Estimasi Paparan Bromat Dari Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Yang Beredar di Wilayah Bogor Secara Probabilistik

Abstract

Air minum dalam kemasan (AMDK) merupakan sumber paparan bromat, yaitu hasil samping desinfeksi ozonisasi yang memiliki implikasi pada gangguan kesehatan dan berpotensi karsinogenik. Penelitian dilakukan untuk mengkarakterisasi risiko bromat melalui konsumsi AMDK. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni: mengukur konsentrasi bromat pada AMDK yang beredar di wilayah Bogor, memperkirakan tingkat paparan, dan mengkarakterisasi risikonya. Konsentrasi bromat pada AMDK dianalisis menggunakan metode kromatografi ion sesuai dengan acuan SNI 3554:2015. Paparan bromat (EDI) mempertimbangkan data konsumsi individu dari laporan survei konsumsi makanan individu tahun 2014. Paparan diestimasi menggunakan metode probabilistik yang memodelkan distribusi probabilitas dari¬ ketiga parameter konsentrasi bromat, tingkat konsumsi dan berat badan individu. Tahapan terakhir adalah mengkarakterisasi risiko bromat dengan nilai risiko non kanker (HQ) dan nilai risiko kanker (CR). HQ dihitung dengan membandingkan EDI dengan TDI, sedangkan nilai CR dihitung dengan mengalikan nilai EDI dengan slope factor (SF). Konsentrasi bromat pada sampel AMDK beredar di Bogor terdistribusi dari tidak terdeteksi (<0,4 µg/L) hingga 40 µg/L, dengan rata-rata sebesar 6,88±8,88 µg/L (n=37 sampel). Sementara rata-rata konsentrasi bromat dari sampel ritel besar (n=20 sampel) yang digunakan pada perhitungan paparan bromat pada populasi di Indonesia adalah sebesar 9,28±10,07 µg/L. Rata-rata konsumsi air kemasan untuk kelompok semua usia sebesar 776±712 mL/orang/hari (Bogor) dan 754±648 mL/orang/hari (Indonesia). Kecukupan air minum per orang per hari sesuai rekomendasi kementrian kesehatan belum terpenuhi pada mayoritas populasi di Bogor maupun di Indonesia, melainkan baru terpenuhi pada 5% populasi pada nilai persentil-95, yaitu: 2.317 mL/orang/hari (Bogor) dan 2.000 mL/orang/hari (Indonesia). Estimasi paparan bromat untuk kelompok semua usia pada populasi di Bogor dan Indonesia, rata-ratanya adalah 0,1085±0,0484 µg/kg bb/hari dan 0,1492 ± 0,2820 µg/kg bb/hari. Sementara nilai persentil-95 untuk kelompok semua usia adalah 0,4044 µg/kg bb/hari (Bogor) dan 0,5495 µg/kg bb/hari (Indonesia). Nilai paparan P95 tertinggi baik pada populasi di Bogor maupun di Indonesia ditemukan pada kelompok usia 6-59 bulan, yaitu: 0,7286 µg/kg bb/hari dan 0,9264 µg/kg bb/hari. Nilai risiko non kanker (HQ) pada level rata-rata maupun persentil-95 untuk populasi Bogor dan Indonesia pada masing-masing kelompok usia secara keseluruhan masih kurang dari 1. Hal ini dapat diartikan tidak adanya potensi risiko non kanker paparan bromat dari konsumsi AMDK di wilayah Bogor maupun Indonesia. Sementara hasil perhitungan risiko kanker (CR) yang menunjukkan peluang peningkatan kejadian kanker (kelompok semua usia) pada paparan tinggi (persentil-95) adalah 1 orang dalam 100.000 populasi (Bogor) dan 2 orang dalam 100.000 populasi (Indonesia).