Dampak Perubahan Pengelolaan Bank Sampah Terhadap Kelayakan Usaha (Studi Kasus: Bank Sampah Induk Kita, Kota Bogor)

Abstract

Kota Bogor sebelumnya memiliki bank sampah induk bernama Bank Sampah Induk Berbasis Aparatur (BASIBA) yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup. Pada tahun 2023, pengelolaan dialihkan ke yayasan dan berubah nama menjadi Bank Sampah Induk (BSI) Kita. Perubahan ini membawa tantangan, khususnya terkait keberlanjutan operasional karena tidak lagi mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah. Penelitian ini bertujuan: (1) mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam pengelolaan; (2) menganalisis kelayakan usaha; dan (3) menilai status keberlanjutan bank sampah induk sebelum dan setelah peralihan. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis biaya manfaat, dan analisis status keberlanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) adanya perubahan signifikan dalam aspek teknis, kelembagaan, finansial, pemasaran, dan sosial; (2) Secara nonfinansial BSI Kita masih dinilai layak, namun secara finansial BSI Kita hanya layak jika menerima dukungan bantuan. Tanpa bantuan, BSI belum layak dijalankan secara finansial kecuali jika terjadi peningkatan jumlah sampah yang dikelola hingga 131,98 persen. Apabila terjadi penurunan harga sampah plastik hingga 21,12 persen dan kertas 16,37 persen, BSI Kita menjadi tidak layak dijalankan meskipun terdapat dukungan bantuan dan peningkatan jumlah sampah hingga 2,90 persen; dan (3) BSI Kita memiliki nilai indeks keberlanjutan sebesar 69,87 yang tergolong cukup berkelanjutan, namun lebih rendah dari nilai indeks keberlanjutan BASIBA.

The City of Bogor previously operated a central waste bank called Bank Sampah Induk Berbasis Aparatur (BASIBA), managed by the Environmental Agency. In 2023, its management was transferred to a foundation and renamed Bank Sampah Induk (BSI) Kita. This transition created challenges, particularly in operational sustainability, as government funding was no longer provided. This study aims to: (1) identify changes in management; (2) analyze business feasibility; and (3) assess the sustainability status before and after the transition. Methods used include qualitative descriptive analysis, cost–benefit analysis, and sustainability assessment. Results show: (1) significant changes occurred in technical, institutional, financial, marketing, and social aspects; (2) non-financially, BSI Kita remains feasible, but financially it is viable only with external support. Without assistance, it is unfeasible unless the amount of waste managed increases by 131.98 percent. If plastic prices fall by 21.12 percent and paper by 16.37 percent, it becomes unfeasible even with support, unless the amount of waste increases by 2.90 percent; and (3) BSI Kita’s sustainability index is 69.87, classified as moderately sustainable, but lower than BASIBA’s score.