Analisis Ekonomi Untuk Pengembangan Wisata Berbasis Ekosistem Mangrove (Studi Kasus: Ketapang Urban Aquaculture, Kabupaten Tangerang)

Abstract

Ketapang Urban Aquaculture (KUA) adalah destinasi wisata berbasis ekosistem mangrove yang memadukan wisata alam, edukasi, dan konservasi. Kawasan ini memiliki potensi besar dalam pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun, masih terdapat tantangan berupa keterbatasan pengelolaan atraksi dan tekanan terhadap ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis dampak ekowisata terhadap lingkungan dan wisatawan; (2) mengidentifikasi dampak sosial ekonomi kegiatan wisata di KUA; dan (3) merumuskan strategi pengembangan atraksi wisata berbasis mangrove. Metode yang digunakan mencakup Individual Travel Cost Method (ITCM) untuk mengukur nilai ekonomi, analisis Keynesian Multiplier untuk dampak ekonomi, serta pendekatan SWOT-ISM untuk strategi pengembangan. Hasilnya menunjukkan nilai ekonomi kawasan sebesar Rp66,52 miliar per tahun. Daya Dukung Kawasan (DDK) sebesar 4.587 orang per hari, sementara jumlah kunjungan aktual masih berada pada Under Carrying Capacity (UCC) yang berarti masih pada level yang aman. Dampak ekonomi langsung tercatat Rp4,81 miliar per tahun dengan multiplier 1,48, artinya setiap Rp10.000 pengeluaran wisatawan menghasilkan Rp14.800 perputaran ekonomi lokal. Dampak sosial positif terlihat dari meningkatnya partisipasi masyarakat, peluang usaha, dan kesadaran lingkungan. Strategi prioritas pengembangan meliputi pembukaan sentra kuliner dan oleh-oleh, penguatan kerja sama lintas sektor, serta pengembangan wahana edukatif dan promosi digital. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dalam mewujudkan pengelolaan wisata mangrove yang berkelanjutan.

Ketapang Urban Aquaculture (KUA) is a mangrove ecosystem-based tourist destination that combines nature tourism, education, and conservation. This area has great potential for environmental conservation and improving community welfare. However, challenges remain in the form of limited attraction management and pressure on the ecosystem. This study aims to: (1) analyze the impact of ecotourism on the environment and tourists; (2) identify the socio-economic impacts of tourism activities in KUA; and (3) formulate a strategy for developing mangrove-based tourist attractions. The methods used include the Individual Travel Cost Method (ITCM) to measure economic value, Keynesian Multiplier analysis for economic impact, and the SWOT-ISM approach for development strategies. The results show the area's economic value is IDR66.52 billion per year. The Regional Carrying Capacity (DDK) is 4,587 people per day, while the actual number of visits is still at Under Carrying Capacity (UCC), which means it is still at a safe level. The direct economic impact was recorded at 4.81 billion IDR per year with a multiplier of 1.48, meaning that every IDR10,000 spent by tourists generates IDR14,800 in local economic turnover. Positive social impacts are evident in increased community participation, business opportunities, and environmental awareness. Priority development strategies include the establishment of culinary and souvenir centers, strengthening cross-sectoral collaboration, and developing educational platforms and digital promotions. This research is expected to serve as a foundation for realizing sustainable mangrove tourism management.