Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163467
Title: Teknik Pengeringan dan Pendugaan Umur Simpan Simplisia Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) Sebagai Bahan Antiinflamasi.
Other Titles: 
Authors: Yani, Moh.
Sailah, Illah
Tamala, Yulianida
Issue Date: 2025
Publisher: IPB University
Abstract: Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, termasuk dalam hal tanaman obat, dengan lebih dari 9.600 spesies yang diketahui, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan secara optimal dalam industri obat tradisional. Salah satu tanaman yang memiliki potensi besar adalah Vernonia amygdalina Del. atau dikenal sebagai Daun Afrika. Tanaman ini kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid yang berperan sebagai antiinflamasi. Dalam pengolahannya menjadi simplisia, melalui proses pengeringan menjadi tahap kritis karena dapat memengaruhi stabilitas dan kandungan senyawa bioaktif. Pendugaan umur simpan simplisia perlu diketahui untuk mempertahankan stabilitas simplisia selama penyimpanan dan efektivitasnya sebagai bahan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan model dan lama waktu pengeringan simplisia Daun Afrika, (2) menentukan metode pengeringan terbaik terhadap kandungan zat aktif sebagai bahan antiinflamasi (3) melakukan pendugaan umur simpan simplisia Daun Afrika menggunakan metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT) dengan pendekatan model Arrhenius berdasarkan parameter kadar antiinflamasi agar diperoleh informasi yang akurat mengenai kinetika degradasi dan stabilitas simplisia selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengeringan yang digunakan oven 40°C, oven 50°C, dan rumah kaca berpengaruh signifikan terhadap laju penurunan kadar air Daun Afrika. Kadar air awal sebesar 84,05% berhasil diturunkan hingga 7,24% pada oven 40°C, 6,42% pada oven 50°C, dan 6,38% pada rumah kaca, dengan waktu pengeringan masing-masing 44, 20, dan 9 jam. Pola penurunan kadar air mengikuti fungsi eksponensial (MR = exp(-kt)), di mana nilai konstanta laju (k) terbesar ditemukan pada rumah kaca (k=0,223), menandakan laju pengeringan tercepat. Model Henderson and Pabis merupakan model pengeringan terbaik untuk simplisia Daun Afrika, dengan nilai koefisien determinasi (R²) tertinggi di semua kondisi pengeringan (oven 40 °C, oven 50 °C, dan rumah kaca), mengindikasikan kecocokan tinggi terhadap data eksperimen. Model ini dinilai paling akurat karena mempertimbangkan konstanta koreksi yang merepresentasikan variasi laju pengeringan, terutama pada fase laju jatuh. Meskipun model Lewis dan Page juga menunjukkan kecocokan yang cukup baik, performa keduanya secara umum lebih rendah dibandingkan model Henderson and Pabis. Pengeringan pada oven 40 °C memerlukan waktu terlama (44 jam) untuk mencapai kadar air akhir sekitar 7%, sementara suhu lebih tinggi dan rumah kaca mempercepat proses. Dengan demikian, model ini penting sebagai dasar untuk memahami dan mengoptimalkan proses pengeringan Daun Afrika dalam skala laboratorium maupun industri, guna mencapai kadar air <10% secara efisien dan menjaga kualitas serta umur simpan produk simplisia. Metode pengeringan berpengaruh signifikan terhadap aktivitas antiinflamasi ekstrak Daun Afrika yang diuji secara in vitro menggunakan metode penghambatan denaturasi protein. Ekstrak yang dikeringkan pada suhu 40°C memiliki aktivitas antiinflamasi tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 25,33 ppm (kategori sangat kuat), diikuti oleh pengeringan suhu 50°C sebesar 61,05 ppm (kategori kuat), dan pengeringan rumah kaca sebesar 114,25 ppm (kategori sedang). Perbedaan ini disebabkan oleh degradasi senyawa aktif pada suhu tinggi atau kondisi lingkungan yang tidak terkendali. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antar metode, dengan pengeringan pada 40°C direkomendasikan sebagai metode terbaik untuk mempertahankan potensi antiinflamasi. Persamaan regresi dari ketiga metode memiliki nilai R² tinggi (>0,97), menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara konsentrasi dan nilai inhibisi, serta valid untuk menghitung nilai IC50. Suhu penyimpanan berpengaruh terhadap stabilitas aktivitas antiinflamasi dan umur simpan simplisia Daun Afrika. Aktivitas antiinflamasi tertinggi tercatat pada hari ke-0 dengan nilai IC50 = 29,59 ppm, dan terendah pada hari ke-84 pada suhu 45°C dengan nilai IC50 = 559,34 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu mempercepat degradasi senyawa aktif. Pendugaan umur simpan menggunakan metode ASLT dengan pendekatan model Arrhenius menghasilkan umur simpan suhu 25°C yaitu 904 hari (2,4 tahun), diikuti oleh suhu 35°C yaitu 126 hari, dan 45°C yaitu selama 20 hari. Suhu yang diduga untuk penyimpanan simplisia yaitu 26,5oC Penyimpanan selama 667 hari (1,8 tahun). Penurunan aktivitas antiinflamasi diduga disebabkan oleh kerusakan senyawa aktif non-fenolik yang terpengaruh suhu tinggi selama penyimpanan. Oleh karena itu, penyimpanan pada suhu rendah direkomendasikan untuk mempertahankan kualitas dan efektivitas simplisia Daun Afrika sebagai bahan herbal antiinflamasi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163467
Appears in Collections:MT - Agriculture Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_F3501231009_071a58b30ef94fb0ae92ae8e9a28f33f.pdfCover2.31 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_F3501231009_f02f7e8de34d4916b6d39e3c883132b9.pdf
  Restricted Access
Fulltext7.71 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_F3501231009_5453a7ea0b7c43d39711d42b0a732d35.pdf
  Restricted Access
Lampiran2.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.