Transformasi Digital Bagi Pengembangan UMKM Dalam Mendorong Pertumbuhan Inklusif di Kabupaten Bekasi

Abstract

Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri terbesar di Jawa Barat yang memiliki peran signifikan dalam perekonomian nasional dan regional. Kontribusi sektor UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bekasi meningkat dari 11,99% pada 2016 menjadi 14,46% pada 2022, bersamaan dengan pertumbuhan jumlah UMKM dari 231.024 unit pada 2016 menjadi 331.226 unit pada 2022. Namun, pandemi COVID-19 mengungkap kelemahan UMKM dalam menggunakan metode tradisional yang kurang kompetitif dibandingkan teknologi digital. Meskipun transformasi digital terbukti meningkatkan efisiensi dan daya saing, adopsinya masih terbatas akibat rendahnya literasi digital, keterbatasan infrastruktur teknologi, serta kurangnya dukungan ekosistem yang terintegrasi. Fenomena ini menunjukkan perlunya strategi transformasi digital yang menyeluruh untuk mendorong pengembangan UMKM yang mendukung pertumbuhan inklusif di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga aspek utama, Pertama, penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi kesiapan dan keberhasilan UMKM dalam transformasi digital dengan menggunakan analisis PCA (Principal Component Analysis). Kedua, penelitian ini menganalisis pola spasial faktor-faktor tersebut di Kabupaten Bekasi dengan pendekatan Indeks Moran untuk mengidentifikasi autokorelasi spasial global dan LISA (Local Indicators of Spatial Association) untuk menentukan pola distribusi spasial UMKM secara spesifik. Ketiga, penelitian ini menyusun model strategi prioritas transformasi digital berbasis matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) guna menetapkan inisiatif yang berkelanjutan dalam pengembangan UMKM di era digital. Metode penelitian yang digunakan melibatkan 273 UMKM yang telah mengadopsi teknologi digital di Kabupaten Bekasi sebagai responden. Data dianalisis melalui tiga tahap utama: pertama, PCA digunakan untuk mengekstraksi faktor dominan yang memengaruhi kesiapan transformasi digital; kedua, analisis spasial dilakukan dengan memanfaatkan perangkat GIS (Geographic Information System) untuk mengidentifikasi pola distribusi spasial menggunakan Indeks Moran dan LISA; ketiga, sintesis model strategi dilakukan melalui integrasi analisis SWOT yang selaras dengan AHP untuk menetapkan prioritas strategis berdasarkan kriteria keberlanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan transformasi digital UMKM sangat dipengaruhi oleh faktor individu UMKM, faktor organisasi UMKM, faktor budaya, faktor kebijakan pemerintah dan faktor dukungan ekosistem, Analisis spasial mengungkapkan bahwa wilayah dengan akses teknologi yang baik memiliki konsentrasi UMKM yang lebih siap bertransformasi digital, sementara daerah dengan infrastruktur terbatas menunjukkan tingkat kesiapan yang lebih rendah. Strategi prioritas yang dihasilkan mencakup penguatan infrastruktur digital, peningkatan literasi digital pelaku UMKM, dan sinergi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, serta komunitas untuk menciptakan ekosistem digital yang mendukung. Implikasi manajerial dari penelitian ini menekankan pentingnya investasi dalam pengembangan infrastruktur teknologi, khususnya jaringan internet di daerah dengan akses terbatas, serta pelaksanaan program pelatihan dan pendidikan literasi digital yang berkelanjutan bagi pelaku UMKM. Selain itu, pemerintah perlu memperkuat kebijakan yang mendukung integrasi digital, seperti pemberian insentif bagi UMKM yang beralih ke teknologi digital, dan membangun kolaborasi strategis dengan berbagai pihak untuk memastikan keberlanjutan ekosistem digital. Dengan implementasi kebijakan ini, transformasi digital diharapkan dapat memperkuat daya saing UMKM d