Analisis Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment) Produk Sirup Kalamansi (Citrus microcarpa) Bengkulu

Abstract

Kota Bengkulu merupakan salah satu kota di Provinsi Bengkulu yang memiliki jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbesar. Salah satu usaha kecil yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kota ini adalah industri sirup kalamansi. Jeruk kalamansi (Citrofortunella microcarpa) merupakan komoditas pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai jual tinggi, seperti selai kalamansi, pengharum ruangan kalamansi, dan sirup kalamansi yang saat ini menjadi produk unggulan Kota Bengkulu. Agroindustri sirup kalamansi hingga saat ini memberikan keuntungan yang cukup besar. Setiap kegiatan agroindustri akan menghasilkan output berupa limbah padat dan cair, serta penggunaan sumber daya dan energi dalam proses kegiatan industrinya. Oleh karena itu, kinerja lingkungan agroindustri sirup kalamansi perlu dievaluasi untuk menuju industri yang ramah lingkungan. Dampak pada siklus hidup industri sirup kalamansi dinilai dari hulu hingga hilir dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA). LCA adalah metode yang dirancang untuk mengevaluasi dan mengkaji dampak lingkungan yang dihasilkan oleh suatu produk dan aktivitas produksinya selama daur hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis daur hidup pada setiap tahapan proses, aliran bahan baku, serta konsumsi energi, menganalisis besaran dampak yang dihasilkan, serta menentukan skenario perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi yang dihasilkan dari agroindustri sirup kalamansi. Penelitian ini menilai kinerja lingkungan agroindustri sirup kalamansi yang ada di Padang Serai, Kota Bengkulu. Tahapan penelitian dimulai dengan penentuan tujuan dan ruang lingkup yang akan diteliti (goal and scope), identifikasi aliran proses dan material yang digunakan pada tahap inventarisasi (life cycle inventory analysis) yang disusun dalam neraca massa, dan dilanjutkan dengan tahap analisis dampak lingkungan (life cycle impact assessment) menggunakan software SimaPro 9.4.0.2. Tahapan terakhir adalah interpretasi dampak yang dihasilkan berdasarkan analisis (Interpretation). Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan adalah CML-IA Baseline, dengan dampak yang dianalisis meliputi Global Warming Potential (GWP), Acidification Potential (AP), Eutrophication Potential (EP), dan Ozone Layer Depletion Potential (ODP). Hasil penilaian daur hidup sirup kalamansi dengan ruang lingkup cradle to grave dan unit fungsi 500 mL/botol sirup kalamansi menunjukkan dampak pada setiap kemasan sirup kalamansi, dengan hasil GWP sebesar 4,98483E-14 kg CO2 eq, AP sebesar 3,04384E-14 kg SO2 eq, ODP sebesar 1,40336E-15 kg CFC-11 eq, dan EP sebesar 5,43431E-14 kg PO4 eq, dengan penyumbang terbesar dampak terletak pada proses produksi sirup kalamansi. Interpretasi hasil penelitian menghasilkan hotspot dampak terbesar pada tahapan produksi, khususnya akibat penggunaan gula. Skenario perbaikan pada perkebunan yang meliputi penggantian pupuk kimia dengan pupuk organik dan pengomposan limbah padat perkebunan menunjukkan penurunan dampak GWP, AP, EP, dan ODP masing-masing sebesar 99%, 98%, 99%, dan 82%. Skenario pemanfaatan limbah kulit jeruk sebagai imbuhan pakan ternak dapat menurunkan dampak GWP, EP, dan ODP sebesar 98%, serta AP sebesar 97%. Sementara itu, skenario substitusi kemasan sirup kalamansi dapat mengurangi dampak GWP sebesar 11%, AP sebesar 5%, EP sebesar 7%, dan ODP sebesar 89%.

Bengkulu City is one of the cities in Bengkulu Province with the highest number of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs). One of the small businesses with great potential for development in this city is the kalamansi syrup industry. Kalamansi (Citrofortunella microcarpa) is an agricultural commodity that can be processed into various high-value products such as kalamansi jam, kalamansi air fresheners, and kalamansi syrup, which is currently a flagship product of Bengkulu City. The kalamansi syrup agroindustry has been highly profitable to date. Every agroindustrial activity generates output in the form of solid and liquid waste and the consumption of resources and energy in its production process. Therefore, the kalamansi syrup agroindustry's environmental performance needs to be evaluated to move towards a more environmentally friendly industry. The life cycle impact of the kalamansi syrup industry is assessed from cradle to grave using the Life Cycle Assessment (LCA) method. LCA is a method designed to evaluate and assess the environmental impacts generated by a product and its production activities throughout its life cycle. This research aims to analyze the life cycle at each stage of the process, the flow of raw materials, and energy consumption to assess the magnitude of the impacts generated and to determine improvement scenarios to increase efficiency and reduce emissions from the kalamansi syrup agroindustry. This study evaluates the environmental performance of the kalamansi syrup agroindustry located in Padang Serai, Bengkulu City. The research begins with determining the study's goal and scope, identifying process flows and materials used in the life cycle inventory analysis, presented in a mass balance, followed by the life cycle impact assessment using SimaPro 9.4.0.2 software. The final stage involves the interpretation of the impacts based on the analysis. The method used to analyze the environmental impact is the CML-IA Baseline, with the impacts analyzed including Global Warming Potential (GWP), Acidification Potential (AP), Eutrophication Potential (EP), and Ozone Layer Depletion Potential (ODP). The life cycle assessment results of kalamansi syrup, using a cradle-to-grave scope and a functional unit of 500 mL per bottle of syrup, show the impacts of each kalamansi syrup packaging. The results are as follows: GWP of 4.98483E-14 kg CO2 eq, AP of 3.04384E-14 kg SO2 eq, ODP of 1.40336E-15 kg CFC-11 eq, and EP of 5.43431E-14 kg PO4 eq, with the most significant impact contributors being the syrup production process. The interpretation of the results identified the hotspot with the most significant impact at the production stage, mainly due to the use of sugar. Improvement scenarios for the plantation, including substituting chemical fertilizers with organic fertilizers and composting solid waste, showed a reduction in GWP, AP, EP, and ODP by 99%, 98%, 99%, and 82%, respectively. Utilizing orange peel waste as animal feed additives can reduce GWP, EP, and ODP by 98% and AP by 97%. Meanwhile, substituting kalamansi syrup packaging can reduce GWP by 11%, AP by 5%, EP by 7%, and ODP by 89%.