Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161194
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorYani, Moh.-
dc.contributor.advisorSuprihatin-
dc.contributor.authorFajri, Wilda Wirdatul-
dc.date.accessioned2025-01-31T08:24:42Z-
dc.date.available2025-01-31T08:24:42Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161194-
dc.description.abstractIkan bilih (Mystacoleucus padangensis) adalah ikan air tawar endemik dari Danau Singkarak, Sumatera Barat yang keberadaannya menyatu dengan kehidupan masyarakat lokal. Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena harganya yang relatif mahal, cita rasanya yang khas, serta kandungan gizi meliputi protein, kalsium, dan seng. Ikan bilih diolah menjadi berbagai jenis makanan khas, termasuk produk inovasi dari UMKM seperti ikan bilih goreng biasa dan krispi balado. Selain diminati oleh masyarakat lokal dan Indonesia, produk olahan ikan bilih juga diekspor ke Malaysia dan Singapura. Usaha penangkapan dan pengolahan ikan bilih menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat, memberikan kontribusi pada pendapatan daerah, serta menjadikannya ikon kuliner yang berpotensi untuk meningkatkan perekonomian regional. Namun, kegiatan UMKM pengolahan ikan bilih juga memberikan kontribusi terhadap dampak lingkungan seperti potensi pemanasan global, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meminimalisir dampak tersebut. Life Cycle Assessment (LCA) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan yang terjadi selama siklus hidup suatu produk. Metode LCA dapat mengidentifikasi setiap tahapan dalam proses produksi yang menghasilkan dampak paling signifikan, sehingga perbaikan yang tepat dapat dilakukan. Penerapan LCA dapat membantu UMKM pengolahan ikan bilih untuk menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan, mengurangi pencemaran, mematuhi regulasi lingkungan, dan mendukung keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya. Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi input dan output dari proses produksi ikan bilih, menghitung nilai dampak lingkungan dari daur hidup ikan bilih dan menentukan hotspotnya, serta merekomendasikan alternatif perbaikan untuk mengurangi emisi dan dampak lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada dua UMKM, yaitu Tujuh Muaro (TM) yang menghasilkan ikan bilih krispi balado dan Tabiang Biduak Lestari (TB) dengan ikan bilih goreng biasa. Tahapan penelitian mencakup penentuan tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori daur hidup, analisis dampak lingkungan daur hidup, dan interpretasi hasil sebagai dasar perumusan rekomendasi perbaikan. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah cradle to grave mulai dari penangkapan ikan bilih, transportasi bahan baku dan kemasan, proses produksi, dan distribusi produk olahan ikan bilih. Data inventori yang digunakan berasal dari input-output proses pengolahan ikan bilih, dengan setiap masukan dan keluaran diidentifikasi melalui analisis neraca massa. Data inventori meliputi penggunaan bahan baku dan tambahan, konsumsi energi, jarak transportasi, produk utama, serta limbah dan emisi yang dihasilkan pada setiap tahapan proses. Analisis dampak dilakukan menggunakan software SimaPro versi 9.5.0.2 dengan metode CML 2001-IA baseline terhadap kategori dampak yaitu Global Warming Potential (GWP), Acidification (AP), dan Eutrophication (EP). Hasil perhitungan dampak menggunakan unit fungsional 100 g/kemasan ikan bilih berdasarkan data inventori selama satu tahun. Nilai karakterisasi UMKM TM menghasilkan dampak GWP sebesar 2,72 kg CO2 eq, AP 9,20E-03 kg SO2 eq, dan EP 9,19E-02 kg PO4 eq/kemasan ikan bilih krispi balado. UMKM TB menghasilkan GWP 5,33E-01 kg CO2 eq, AP 2,84E-03 kg SO2 eq, dan EP 1,26E-02 kg PO4 eq/kemasan ikan bilih goreng biasa. Nilai normalisasi dampak pada UMKM TM menghasilkan GWP 6,51E-14, AP 3,86E-14, dan EP 5,81E-13 person equivalent. Sementara itu, UMKM TB menghasilkan GWP 1,28E-14, AP 1,19E-14, dan EP 7,96E-14 person equivalent. Interpretasi menghasilkan kategori EP sebagai dampak lingkungan paling signifikan (hotspot) di kedua UMKM akibat penggunaan minyak goreng. Rekomendasi perbaikan unit produksi dilakukan dengan substitusi metode penggorengan untuk mengurangi penggunaan minyak goreng. Implementasi ini menurunkan dampak pada UMKM TM dengan GWP sebesar 84,86%, AP 52,67%, dan EP 96,08%. UMKM TB juga mengalami penurunan dampak yang signifikan dengan GWP 51,89%, AP 17,77%, dan EP 81,30%. Skenario pada unit transportasi UMKM TM dilakukan dengan memilih supplier kemasan yang lokasinya lebih dekat, sehingga dapat mengurangi dampak GWP 94,25%, AP 94,25%, dan EP 94,24%. Skenario perbaikan dengan pemanfaatan limbah minyak menjadi biodiesel dapat menurunkan dampak di UMKM TM (GWP 90,48%, AP 97,50%, EP 98,80%) dan UMKM TB (GWP 82,88%, AP 94,79%, EP 98,15%).-
dc.description.abstractBilih fish (Mystacoleucus padangensis) is a freshwater fish endemic to Lake Singkarak, West Sumatra, and is an integral part of the local community’s life. This fish has high economic value due to its relatively high price, distinctive taste, and nutritional content, including protein, calcium, and zinc. Bilih fish is processed into traditional foods, including innovative products from SMEs, such as fried bilih fish and crispy balado bilih. In addition to being popular among local and Indonesian consumers, processed bilih fish products are also exported to Malaysia and Singapore. The bilih fish catching and processing industries provide a source of income for the local population, contribute to regional revenue, and serve as a culinary icon with the potential to enhance the regional economy. However, the SME processing of bilih fish also contributes to environmental impacts, such as global warming potential, necessitating efforts to minimize these effects. Life Cycle Assessment (LCA) is a method used to analyze the environmental impacts occurring throughout the life cycle of a product. LCA can identify each stage in the production process that produces the most significant impact, allowing for targeted improvements. Applying LCA can help SMEs in bilih fish processing to produce more environmentally friendly products, reduce pollution, comply with environmental regulations, and support resource management sustainability. This study aims to identify the inputs and outputs of the bilih fish production process, calculate the environmental impact values of its life cycle, determine its hotspots, and recommend alternative improvements to reduce emissions and environmental impacts. This research was conducted at two SMEs: Tujuh Muaro (TM), which produces crispy balado bilih fish, and Tabiang Biduak Lestari (TB), which processes regular fried bilih fish. The research stages include determining the goal and scope, conducting a life cycle inventory analysis, performing an environmental impact analysis, and interpreting results to formulate improvement recommendations. The scope of this study covers cradle-to-grave, starting from the capture of bilih fish, transportation of raw materials and packaging, production processes, and distribution of processed bilih fish products. The inventory data used comes from the input-output of the bilih fish processing process, with each input and output identified through mass balance analysis. Inventory data includes raw and auxiliary materials, energy consumption, transportation distances, main products, and waste and emissions generated at each process stage. Impact analysis was performed using the SimaPro software version 9.5.0.2 with the CML 2001-IA baseline method, focusing on the categories of Global Warming Potential (GWP), Acidification Potential (AP), and Eutrophication Potential (EP). Based on inventory data over one year, the impact calculation results used a functional unit of 100 g/pack of bilih fish. The characterization values for SME TM show a GWP of 2.72 kg CO2 eq, AP of 9.20E-03 kg SO2 eq, and EP of 9.19E-02 kg PO4 eq/pack of crispy balado bilih fish. SME TB shows a GWP of 5.33E-01 kg CO2 eq, AP of 2.84E-03 kg SO2 eq, and EP of 1.26E-02 kg PO4 eq/pack of regular fried bilih fish. The normalization impact values for SME TM are GWP 6.51E-14, AP 3.86E-14, and EP 5.81E-13 person equivalent, while SME TB shows GWP 1.28E-14, AP 1.19E-14, and EP 7.96E-14 person equivalent. Interpretation reveals EP as the most significant environmental impact (hotspot) at both SMEs due to the use of cooking oil. Production unit improvement recommendations include substituting the frying method to reduce cooking oil usage. This implementation reduces the impact at SME TM by 84.86% for GWP, 52.67% for AP, and 96.08% for EP. SME TB also experiences a significant reduction, with 51.89% for GWP, 17.77% for AP, and 81.30% for EP. The transport scenario at SME TM involves selecting a closer packaging supplier, resulting in a GWP reduction of 94.25%, AP of 94.25%, and EP of 94.24%. A scenario involving the utilization of used cooking oil for biodiesel production can reduce impacts at SME TM (GWP 90.48%, AP 97.50%, EP 98.80%) and SME TB (GWP 82.88%, AP 94.79%, EP 98.15%).-
dc.description.sponsorshipnull-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePenilaian Daur Hidup Produk UMKM Ikan Bilih Goreng di Kabupaten Solok Sumatera Baratid
dc.title.alternativenull-
dc.typeTesis-
dc.subject.keyworddampak lingkunganid
dc.subject.keywordLCAid
dc.subject.keywordikan bilihid
Appears in Collections:MT - Agriculture Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_F3501222017_a71a436f0e0241d5abb5d8e9a9c3b589.pdfCover426.28 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_F3501222017_6c33d46f18f4460f9514104922f1d80b.pdf
  Restricted Access
Fulltext1.51 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_F3501222017_b6805537122a43778e5b8c296030ab28.pdf
  Restricted Access
Lampiran364.42 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.