Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160177| Title: | Dekontaminasi Aspergillus flavus Penghasil Aflatoksin dengan Teknik Ozonasi |
| Other Titles: | |
| Authors: | Rahayu, Winiati Pudji Herawati, Dian Salsabila, Andalusia Trisna |
| Issue Date: | 2024 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Kontaminasi aflatoksin (AF) pada bahan pangan sering terjadi akibat adanya Aspergillus flavus (A. flavus) yang dapat tumbuh pada kondisi penyimpanan yang kurang baik. Dalam satu dekade terakhir telah banyak penelitian efektivitas teknik ozonasi dalam dekontaminasi aflatoksin pada berbagai bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk merangkum dan menyintesis berbagai literatur penelitian dalam rentang waktu 2014-2024 mengenai faktor-faktor teknik ozonasi dalam dekontaminasi aflatoksin, serta memetakan perkembangan dan tren penelitian topik terkait. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas ozonasi yang dipengaruhi oleh durasi waktu paparan terhadap aktivitas air (aw), dekontaminasi aflatoksin, jumlah A. flavus pada biji kedelai serta kerusakan dan penghambatan pertumbuhan morfologi A. flavus setelah paparan ozonasi. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu ulasan sistematik literatur dan aplikasi teknik ozonasi. Tahap pertama berfokus pada ulasan sistematik literatur dan pemetaan bibliometrik. Metode yang dilakukan meliputi perumusan pertanyaan penelitian dengan kerangka PICO, penentuan kriteria inklusi dan eksklusi, pencarian literatur dengan perangkat lunak POP, seleksi literatur dengan metode PRISMA 2020, serta ekstraksi dan analisis data. Pemetaan bibliometrik menggunakan pendekatan co-word analysis mencakup network, overlay, dan density visualization yang dilakukan dengan perangkat lunak VOSviewer. Hasil pencarian literatur didapatkan 655 literatur yang diidentifikasi pada rentang 2014-2024, namun hanya 35 yang memenuhi kriteria inklusi untuk dianalisis lebih lanjut. Sebaran jumlah literatur berfluktuasi setiap tahun, dengan puncak tertinggi pada tahun 2016 sebanyak 6 literatur. Berbagai faktor seperti durasi, dosis, suhu, jarak, dan kadar air diuji untuk mengetahui efektivitas ozonasi terhadap A. flavus dan aflatoksin. Kombinasi faktor durasi dan dosis ozonasi paling banyak diteliti yaitu 15 dari 35 literatur inklusi. Secara keseluruhan, ulasan sistematik literatur merangkum bukti ozonasi efektif dalam menurunkan kadar aflatoksin dan menghambat pertumbuhan A. flavus, tetapi penggunaan dosis tinggi atau durasi paparan yang terlalu lama perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi kualitas bahan pangan. Hasil pemetaan bibliografi co-word analysis menunjukkan bahwa penelitian mengenai dekontaminasi aflatoksin menggunakan teknik ozonasi telah banyak dilakukan dalam satu dekade terakhir, dengan berbagai istilah yang mencerminkan tren topik penelitian saat ini. Meskipun demikian, masih ada sejumlah faktor lain yang dapat memengaruhi efektivitas ozonasi yang belum banyak diteliti, dan hal ini dapat menjadi acuan untuk penelitian di masa mendatang. Selain itu, potensi penerapan teknik ozonasi pada berbagai komoditas pangan lainnya masih sangat luas untuk dieksplorasi lebih lanjut. Tahap kedua berupa aplikasi teknik ozonasi pada biji kedelai. Metode yang dilakukan meliputi inokulasi kultur A. flavus BIO 3313 pada biji kedelai dan diinkubasi selama 20 hari pada suhu 30°C dan kelembapan relatif 95% untuk merangsang produksi aflatoksin. Paparan ozon dilakukan menggunakan teknik corona discharge pada tegangan 125 volt dan dosis 10 ppm selama 30 dan 60 menit. Hasil terbaik terjadi pada paparan ozon 10 ppm selama 60 menit, dengan penghilangan 97% aflatoksin B1 (AFB1), 96% AFB2, dan 97% total AFB, serta jumlah A. flavus berkurang sebesar 2 log CFU/g. Ozonasi juga menurunkan nilai aktivitas air (aw) pada kedelai, baik yang tidak diinokulasi maupun yang diinokulasi dengan A. flavus dari 0,72 menjadi 0,67 dan dari 0,89 menjadi 0,87. Kerusakan morfologi A. flavus terlihat jelas setelah paparan ozonasi, ditandai dengan konidia dan sterigma yang mengalami kegagalan pertumbuhan dan warna yang memudar serta pelepasan struktur konidia dan sterigma yang telah terbentuk. Paparan ozon juga dapat menyebabkan penyusutan ukuran konidiofor. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160177 |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture Technology |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_F2501222025_970dc7224d494288a43c2bcd9a9a6a65.pdf | Cover | 393.48 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_F2501222025_84e0f0d8ead940be96920e32ced8a601.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.57 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_F2501222025_04aba39cce324bf4beef72038d38ebdf.pdf Restricted Access | Lampiran | 745.36 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.