Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159079| Title: | Pengelolaan Limbah Pangan Melalui Biokonversi Menggunakan Larva Black Soldier Fly untuk Pakan Ikan Koi yang Ramah Lingkungan |
| Other Titles: | Food Waste Management Using Bioconversion with Black Soldier Fly Larvae for Eco-Friendly Koi Fish Feed |
| Authors: | Yuwono, Arief Sabdo Hastuti, Yuni Puji Fahmi, Melta Rini Adzkia, Imma Nur Izzati |
| Issue Date: | 2024 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Timbulan limbah padat di Indonesia di tahun 2022 mencapai 36,1 ton dan diprediksi mengalami peningkatan 2-4%/tahun. Berdasarkan sumbernya, sektor rumah tangga merupakan penghasil limbah padat terbesar sebanyak 38,3% sedangkan pasar menempati urutan kedua dengan menghasilkan 26,7%. Limbah organik berupa limbah pangan (food waste) merupakan fraksi yang paling dominan yaitu 40,5% dari total limbah padat yang dihasilkan. Limbah kulit buah naga merupakan salah satu jenis limbah sisa makanan yang jumlahnya cukup melimpah, terutama di daerah-daerah yang memiliki produksi buah naga tinggi. Produksi buah naga di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 mencapai 367 ribu ton. Tingginya nilai tersebut akan berkorelasi positif dengan banyaknya limbah kulit buah yang dihasilkan. Banyaknya jumlah limbah pangan yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) mencapai 60-70% dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti pencemaran, gangguan bau, dan media perkembangbiakan patogen. Alternatif cara yang dapat dilakukan untuk mereduksi jumlah limbah tersebut adalah dengan melakukan biokonversi. Umumnya biokonversi memanfaatkan organisme yang ada di alam seperti larva Black Soldier Fly (BSF). Manfaat larva BSF selain menjadi agen biokonversi juga memiliki kandungan protein yang tinggi mencapai 30-50%. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan ikan koi. Ikan koi merupakan jenis ikan hias dengan peminat tertinggi di Indonesia. Kecerahan warna ikan koi menjadi daya tarik dan faktor penentu yang memengaruhi harganya di pasaran. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kecerahan warna ikan koi, salah satunya melalui pemberian pakan mengandung karotenoid. Kulit buah naga dimanfaatkan sebagai sumber karotenoid dalam penelitian ini karena sebagian besar konsumen hanya memakan daging buahnya saja sedangkan kulitnya berpotensi 30-35% menjadi limbah apabila tidak termanfaatkan. Kemampuan larva BSF dalam menyerap nutrien dari limbah diharapkan mampu menjadi solusi potensial untuk mendaur ulang nutrien berupa karotenoid kembali ke rantai makanan. Oleh karena itu, penelitian mengenai biokonversi menggunakan larva BSF diperlukan guna mereduksi jumlah limbah pangan, mendaur ulang karotenoid kembali ke rantai makanan, serta menghasilkan produk pakan ikan koi berupa pelet yang diharapkan mampu meningkatkan kecerahan warnanya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2024. Lokasi penelitian proses biokonversi limbah pangan menggunakan larva BSF, pembuatan pelet, dan pemeliharaan ikan koi dilaksanakan di Sekolah Pengelolaan Sampah, Kota Bogor. Pengujian karoten dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pascapanen Pertanian, Kota Bogor. Analisis kandungan protein larva BSF dan mutu pelet ikan koi dilaksanakan di Laboratorium Biotech Center, IPB University. Analisis mutu warna ikan koi dilaksanakan di Bursa Ikan Hias Laladon, Kota Bogor serta analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Limbah Padat dan B3, IPB University. Tahap dalam penelitian ini meliputi pengolahan limbah pangan melalui biokonversi menggunakan larva BSF, perhitungan karakteristik biokonversi, analisis kandungan karoten pada limbah pangan dan larva BSF, pengolahan larva BSF menjadi pelet ikan koi, mengaplikasikan dan menganalisis mutu pelet ikan koi, serta menganalisis kualitas air selama masa pemeliharaan. Limbah yang digunakan sebagai substrat terdiri dari dua perlakuan yaitu tanpa subtitusi limbah kulit buah naga (A) dan dengan subtitusi 50% limbah kulit buah naga (B). Karakteristik biokonversi diamati dari hari ke-1 hingga hari ke-14. Parameter yang digunakan berupa Waste Reduction (D) dan Waste Reduction Index (WRI). Analisis juga dilakukan pada kandungan karoten dalam limbah pangan dan larva BSF. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi dari proses bioakumulasi yang dilakukan oleh larva BSF selama biokonversi berlangsung. Setelah biokonversi selesai, larva BSF dipisahkan dari residu. Langkah selanjutnya adalah mengolah larva BSF menjadi tepung sebelum diproses lebih lanjut menjadi pelet ikan koi. Tepung larva BSF kemudian ditambahkan dengan bahan lain seperti tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, tepung tapioka, bekatul, dan air hingga homogen. Pelet yang telah dibuat dikeringkan secara alami menggunakan sinar matahari. Analisis mutu pelet mengacu SNI 7869:2013 tentang Pakan Buatan untuk Ikan Koi (Cyprinus carpio) pada kategori mutu II sebagai pakan pembesaran. Pengaplikasian pakan dilakukan pada ikan koi berukuran 17-20 cm dengan 3 jenis perlakuan yang berbeda yaitu perlakuan X (pelet dari larva BSF hasil perlakuan A), perlakuan Y (pelet dari larva BSF hasil perlakuan B), dan perlakuan Z (pakan komersil). Kualitas air selama proses pemeliharaan juga dianalisis guna mengetahui pengaruh penggunaan pakan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi 50% kulit buah naga menghasilkan nilai D dan WRI yang rendah. Berbanding terbalik dengan kandungan karoten, subtitusi 50% kulit buah naga mampu meningkatkan kandungan karoten larva BSF 8 kali lebih tinggi jika dibanding dengan limbah yang dikonsumsinya. Kadar protein larva BSF dari proses biokonversi mampu mencapai 31,6% (perlakuan A) dan 28,2% (perlakuan B) sehingga dapat dimanfaatkan dalam mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein konvensional. Namun, setelah diolah menjadi pelet parameter kadar abu, lemak, dan serat belum memenuhi standar yang terdapat dalam SNI 7869:2013 tentang Pakan Buatan untuk Ikan Koi (Cyprinus carpio) kategori mutu II untuk pembesaran. Penggunaan pelet dari larva BSF yang mengonsumsi limbah dengan subtitusi 50% kulit buah naga mampu meningkatkan skor kecerahan ikan koi dari 5,0 menjadi 5,4. Selain itu, penggunaan pelet dari larva BSF juga menghasilkan kualitas air yang tidak berbeda signifikan dengan pakan komersil. Input berupa 2 kg limbah pangan yang diberi 0,3 g telur BSF mampu memenuhi kebutuhan harian pakan untuk 133-173 ikan koi |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159079 |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture Technology |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_F4501231016_2360c9393d0141158d89017afa197411.pdf | Cover | 386.48 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_F4501231016_ce9cdc8e0a5146cdae281ac66bf7de23.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.02 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_F4501231016_41f951a6e98c4737b68a75c254e8448f.pdf Restricted Access | Lampiran | 514.33 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.