Biokonversi Limbah Pasar Polewali Mandar Menggunakan Larva Black Soldier Fly Sebagai Bahan Protein Pakan Udang

Abstract

Data pengukuran limbah padat di pasar sentral Polewali Mandar menyatakan komposisi sampah organik 80% dari total keseluruhan jenis sampah yang menumpuk. Penelitian ini dilakukan sebagai percontohan untuk merekomendasikan sistem dan manajemen pengolahan lanjutan limbah organik padat di pasar Polewali Mandar dengan metode biokonversi menggunakan larva Black Soldier Fly melalui ujicoba variasi substrat kultivasi berbagai jenis sampah organik; limbah Nabati, limbah Hewani dan limbah Campuran dengan variable pengamatan; pertambahan biomassa larva, laju penguraian sampah, Index penguraian sampah, dan tingkat adaptasi larva. Disisi lain, data kebutuhan pakan udang di Indonesia mencapai 12-13 juta ton/ tahun dan terus meningkat degan adanya program pemerintah yang menundukung peningkatan ekspor udang. Pakan udang mengambil porsi 60-80 % dari total biaya operasional tambak. Bahan protein pakan udang di Indonesia merupakan bahan import seperti tepung ikan, meat bone meal, bungkil kedele dan polard. Salah satu upaya yang dapat ditingkatkan oleh pemerintah dan industri budidaya adalah pemanfaatan sumberdaya lokal seperti maggot BSF sebagai sumber bahan baku pakan udang. Namun kajian terkait pemanfaatan maggot dalam formulasi pakan udang masih sangat minim dilakukan, demikian juga ujicoba pemanfatan pakan udang berbasis maggot dalam skala industri pun belum pernah dilakukan di Indonesia karena kualitas mutu produk larva BSF yang tidak konsisten. Penelitian ini menitik-beratkan hasil larva yang diproduksi mempunyai kadar nutrisi yang stabil dan kualitas fisik dan kimia yang konsisten agar dapat menghasilkan tepung maggot yang sesuai dengan kebutuhan pakan udang. Penelitian ini menerapkan proses kultivasi yang dilakukan secara cermat, tepat dan teliti mulai dari pemilahan limbah organik, komposisi pemberian substrat sebagai media pakan larva, keadaan lingkungan selama kultivasi berlangsung, tahap panen, hingga proses penepungan larva BSF demi memperoleh kualitas tepung maggot yang konsisten. Penelitian ini juga dilakukan untuk membandingkan hasil fisik dan kimia tepung maggot dan menguji kesesuaian Persyaratan Teknis Minimal (PTM) kadar lemak pakan SNI 01-2354-3-2006, PTM bahan pakan protein SNI 01-2354-4-2006, PTM kadar abu bahan pakan 2010 SNI 2354-1-2010 dan SNI Pakan Vannamei 11372_SNI 7813-2013. Metode biokonversi yang diterapkan berhasil memberikan solusi permasalahan sampah Pasar Sentral Polewali Mandar. Ketiga sampel tepung maggot dari substrat A, B dan C yang dianalisis telah memenuhi syarat bahan pakan, Kecuali kandungan air dan komponen mikroba pada tepung substrat C. Analisis statistik memperoleh nilai berbeda nyata yang signifikan pada hasil uji kimia kadar air, protein, dan kalsium, sedangkan pada kandungan serat kasar, abu kasar dan lemak tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga sampel.

The data of organic solid waste from Polewali Mandar Central Market stated that 80% composition of waste that pollutes the environment is organic waste from all types of waste that have accumulated. This research was conducted as a pilot to recommend a system and management of advanced processing of solid organic waste from Polewali Mandar Central Market with the bioconversion method using BSF larvae with trials of variations in cultivation substrates for each type of organic waste in the form of; vegetable waste, animal waste and mixed waste with observation variables; increase in larval biomass, waste decomposition rate, waste decomposition index, and larval adaptation rate to each substrate. On the other side the demand for annual shrimp feed in Indonesia is projected at 12-13 million tons/year and is driven by government initiatives to boost shrimp exports. Shrimp feed constitutes a substantial portion (60-80%) of total pond operating expenses. To reduce reliance on imported protein ingredients such as fish meal, meat bone meal, soybean meal, and pollard, the potential of Black Soldier Fly (Hermetia illucens) larvae as a domestic protein source for shrimp feed is being explored. However, limited research has been conducted on maggot-based shrimp feed formulations, and large-scale trials in Indonesia are scarce due to inconsistent quality of BSF larvae products. This study focuses on achieving stable nutritional profiles and consistent physical and chemical characteristics of BSF larvae, aiming to produce suitable BSF larvae-flour for vannamei shrimp feed. A meticulous cultivation process encompasses on bioconversion, substrate composition, environmental condition, pre-processing, dehydration, and flouring of BSF larvae was employed to ensure consistent quality. Additionally, the research evaluates compliance with Minimum Technical Requirements for protein and fat content (SNI 01-2354-(3-4)-2006), as well as ash content in feed ingredients (SNI 2354-1-2010) and Vannamei Feed ingredients (SNI 11372-7813-2013). Bioconvertion method applied was successfully providing solution to Polewali Mandar Central Market waste problem, through intensive cultivation of BSF larvae. The three samples of maggot flour from substrates A, B and C that were analyzed fit will all the feed ingredients condition, all test components obtained were in accordance with SNI. Except for the water content and microbial components in substrate C flour. Statistical analysis obtained significantly different values in the chemical test results for water content, protein and calcium, while the crude fiber, crude ash and fat did not show significant differences between the three samples.