Pengembangan Bisnis Kehutanan Dengan Pendekatan Kanvas Model Bisnis di Lahan Perhutanan Sosial Desa Gerlang Kabupaten Batang

Abstract

Pengelolaan hutan lestari mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Di tingkat lokal, perhutanan sosial merupakan strategi kunci untuk menerapkan pengelolaan hutan lestari yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, memberdayakan masyarakat lokal, dan memperbaiki kondisi hutan. Pemberian izin pengelolaan kawasan hutan kepada masyarakat lokal membutuhkan perencanaan pengembangan usaha yang baik agar terus berlanjut. Kanvas model bisnis dapat menjadi alat bantu dalam mengembangkan bisnis kehutanan dengan sembilan elemennya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bisnis kehutanan pada lahan perhutanan sosial di Desa Gerlang, Kabupaten Batang. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion dengan Divisi Perhutanan Sosial Kesatuan Pengelolaan Hutan Pekalongan Timur, Bagian Kesatuan Pengelolaan Hutan Blado, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial Gerlang Asri, 100 petani, dan masyarakat yang terlibat dalam usaha tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model bisnis yang optimal dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan manfaat kentang, wortel, daun bawang, cabai, kopi arabika, pohon pinus dan puspa. Kelayakan finansial dari model yang dikembangkan menunjukkan hasil yang baik, dengan Net Present Value sebesar Rp 541.451.164, Benefit Cost Ratio sebesar 1,88, Internal Rate of Return sebesar 67,98% dengan periode pengembalian modal pada tahun kedua. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan layak untuk dijalankan.

Sustainable forest management takes into account environmental, economic and social aspects. At the local level, social forestry is a key strategy for implementing sustainable forest management that aims to reduce poverty, empower local communities, and improve forest conditions. The granting of forest area management permits to local communities requires good business development planning so that continue. The business model canvas can be a tool for developing a forestry business with its nine elements. This research aims to develop a forestry business model on social forestry land in Gerlang Village, Batang District. Data were collected through in-depth interviews and Focus Group Discussions with the Social Forestry division of East Pekalongan Forest Management Unit, Blado Forest Management Unit Section, Gerlang Asri Social Forestry Business Group, 100 farmers, and communities involved in the business. The result showed that an optimized business model can be developed by considering the benefits of potato, carrot, leek, chilli, arabica coffee, pine and needlewood trees. Financial feasibility testing of the developed model showed good results, with Net Present Value of Rp 541.451.164, Benefit Cost Ratio of 1,88, Internal Rate of Return of 67,98%, and a Payback Period in the second year. This showed that the model was feasible to run.