Penggunaan Metode High Identity Traits (HITS) Dengan Pendekatan Immersive Pada Teh Putih

Abstract

Analisa sensori deskriptif adalah metode untuk mengidentifikasi dan mengukur intensitas karakteristik sensori menggunakan istilah kompleks. Metode high identity traits (HITS) adalah metode membedakan produk menggunakan maksimal lima atribut. Metode ini belum banyak digunakan terutama di Indonesia. Pengujian evaluasi sensori dengan situasi lebih dekat dengan konsumen dapat mengukur reaksi panelis yang lebih representatif sehingga data yang dikumpulkan lebih valid. Metode Immersive adalah evaluasi sensori menggunakan pendekatan lingkungan dengan media virtual menggambarkan suatu tempat seperti restoran, cafe atau rumah. Teh putih berasal dari tanaman Camellia sinensis L yang merupakan salah satu jenis teh yang proses pengolahannya tidak mengalami proses enzimatis dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Tujuan penelitian ini mengevaluasi atribut dominan teh putih menggunakan metode HITS dan mengevaluasi pengaruh intensitas atribut dominan teh putih menggunakan pendekatan Immersive (lingkungan) dengan panelis terlatih dan tidak terlatih . Penelitian dilakukan di laboratorium Evaluasi Sensori ITP, Fateta, IPB dan laboratorium Evaluasi Sensori PT XYZ. Bahan yang digunakan adalah teh putih Silver Needle dengan merek Gamboeng, Heizl, Dandang, Pucuk dan Ennie1. Tahapan penelitian dilakukan lima tahap yaitu persiapan panelis, persiapan sampel, focus group discussion (FGD), evaluasi sensori menggunakan metode HITS dan pendekatan Immersive (lingkungan) menggunakan alat virtual reality (VR). Panelis terlatih berjumlah sembilan orang dan panelis tidak terlatih berjumlah 30 orang. Hasil pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak XLSTAT, SPPS, Microsoft Excel, dan SIMCA. Atribut dominan teh putih panelis terlatih dan panelis tidak terlatih memiliki perbedaan pada atribut aroma dan flavour. Pada panelis terlatih aroma dan flavour adalah rose sedangkan pada panelis tidak terlatih adalah jasmine. Atribut lainnya tidak memiliki perbedaan yaitu warna seduhan kuning-kecokelatan, aftertaste astringent dan mouthfeel light. Penggunaan metode HITS dengan pendekatan Immersive (lingkungan) memberikan pengaruh intensitas. Evaluasi menggunakan alat VR memiliki perbedaan intensitas yang berbeda nyata dengan evaluasi sensori tanpa menggunakan alat VR pada panelis terlatih yaitu flavour rose (Dandang, Pucuk, Ennie1), aftertaste astringent (Gamboeng, Dandang, Pucuk, Heizl, Ennie1) dan mouthfeel light (Heizl). Pada panelis tidak terlatih intensitas evaluasi sensori menggunakan alat VR berbeda nyata dengan evaluasi sensori tanpa alat VR yaitu aroma jasmine (Pucuk), flavour jasmine (Heizl dan Pucuk), aftertaste astringent (Gamboeng, Heizl dan Dandang).

Descriptive sensory analysis is a method for identifying and measuring the intensity of sensory characteristics using complex terms. The high-identity traits method (HITS) distinguishes products using a maximum of five attributes. However, this method is not widely used, especially in Indonesia. Sensory evaluation testing in situations closer to the consumer can measure panel reactions that are more representative, so that the data collected is more valid. The immersive method is a sensory evaluation using an environmental approach with virtual media depicting a place such as a restaurant, café, or house. White tea is derived from the plant Camellia sinensis L, which is one of the types of tea whose processing processes do not undergo enzymatic processes and have a high antioxidant content. The objective of this study was to evaluate the dominant attributes of white tea using the HITS method and evaluate the impact of the intensity of these dominant attributes using an Immersive (environmental) approach with trained and untrained panelist. The research was conducted at the ITP Sensory Evaluation Laboratory, Fateta, IPB, and PT XYZ Sensory Evaluation Laboratory. The ingredients used are white tea silver needle with brands Gamboeng, Heizl, Dandang, Pucuk and Ennie1. The research phase was conducted in five stages: panel preparation, sample preparation, Focus Group Discussion (FGD), sensory evaluation using HITS methods, and immersive (environmental) approaches using virtual reality (VR) tools. There were nine trained panels and 30 untrained panels. Data processing results are done using XLSTAT, SPPS, Microsoft Excel, and SIMCA software. The dominant attributes of white tea differed between trained and untrained panelists in terms of aroma and flavor. Trained panelists perceive rose as the aroma and flavor, whereas untrained panelists perceive jasmine. Other attributes showed no difference, such as yellow-brown infusion color, astringent aftertaste, and light mouthfeel. The use of the HITS method with an immersive (environmental) approach influences intensity. Evaluation using VR tools shows significant differences in intensity compared to sensory evaluation without VR tools among trained panelists for rose flavor (Dandang, Pucuk, Ennie1), astringent aftertaste (Gamboeng, Dandang, Pucuk, Heizl, Ennie1), and light mouthfeel (Heizl). Among untrained panelists, the intensity of sensory evaluation using VR tools significantly differs from sensory evaluation without VR tools for jasmine aroma (Pucuk), jasmine flavor (Heizl and Pucuk), and astringent aftertaste (Gamboeng, Heizl, and Dandang).