Fenotip warna keturunan hasil persilangan antara ikan koi (cyprinus carprinus carpio L.) betina shiro-bekko dengan ikan koi jantan shiro-bekko, kohaku, taisho-sanke dan tancho-kohaku

Abstract

Ikan koi (Nishikigoi) merupakan jenis ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang terkenal sebagai ikan hias yang mahal dan menjadi salah satu lambang gengsi bagi pemiliknya. Keindahan ikan ini terletak pada bagian punggung, sehingga akan cocok sebagai pelengkap taman. Dengan adanya variasi warna pada tubuhnya seperti Kohaku, Shiro-Bekko, Taisho-Sanke dan Tancho-Kohaku, menjadikan ikan ini sebagai ikan peliharaan yang sangat terkenal di Jepang. Berbagai persilangan perlu dilakukan untuk mendapatkan koi-koi unggul, karena tidak semua induk koi dapat menghasilkan keturunan yang baik walaupun teknik persilangan telah dilakukan dengan benar. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh fenotip warna induk betina yang sama dengan warna induk jantan yang berbeda dalam persilangan antara ikan koi betina Shiro-Bekko dengan ikan koi jantan Shiro-Bekko, Kohaku, Taisho-Sanke dan Tancho-Kohaku terhadap fenotip warna keturunanannya. Percobaan ini dilaksanakan di Selabintana (Sukabumi) dan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Kolam Percobaan Babakan Darmaga, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, pada tanggal 28 Maret 12 Juli 1998. Percobaan dibagi ke dalam empat perlakuan yaitu persilangan antara Shiro-Bekko x Shiro-Bekko, Shiro-Bekko x Kohaku, Shiro-Bekko x Taisho-Sanke dan Shiro-Bekko x Tancho-Kohaku. Telur yang menetas dipelihara sampai berumur ± 3 bulan dengan pemberian pakan secara bertahap yaitu naupli Artemia sp. dan atau Daphnia sp., Tubifex sp., dan pakan buatan. Setelah mencapai umur ± 3 bulan dilakukan identifikasi warna sehingga dapat diketahui pola warna yang diturunkan dari masing-masing induk ikan. Parameter yang diamati adalah persentase rasio warna keturunan yang dihasilkan dari tiap-tiap persilangan dan kelangsungan hidup ikan yang dihitung dari ikan berumur ± 1 bulan (awal pendederan) sampai pada waktu panen. Data disajikan dalan bentuk tabel, gambar, dan dianalisa secara deskriptif. Kelangsungan hidup (survival rate) ikan dari tiap-tiap persilangan berbeda-beda, yaitu berkisar antara 50-97%. Kelangsungan hidup tertinggi (96.10%) diperoleh dari persilangan Shiro-Bekko x Tancho-Kohaku, sedangkan terendah (58.85%) diperoleh dari persilangan Shiro-Bekko x Shiro-Bekko. Pada persilangan Shiro-Bekko x Shiro-Bekko dihasilkan keturunan yang terdiri dari Shiro-Bekko (35.82%), Sanke (18.56%), Shiro-Muji (13.33%), Hi-Utsuri (12.54%), Kohaku (6.54%), Karasugoi (6.54%), Higoi (5.49%) dan Tancho-Kohaku (1.18%). Persilangan Shiro-Bekko x Kohaku menghasilkan keturunan yang terdiri dari Shiro-Bekko (17.90%), Sanke (12.25%), Shiro-Muji (6.52%), Hi-Utsuri (15.12%), Kohaku (10.51%), Karasugol (11.82%), Higoi (22.06%) dan Tancho-Kohaku (3.82%). X Keturunan yang dihasilkan dari persilangan Shiro-Bekko Taisho-Sanke terdiri dari Shiro-Bekko (26.49%), Sanke (17.14%), Shiro-Muji (16.06%), Hi-Utsuri (4.75%), Kohaku (5.18%), Karasugol (23.11%), Higol (5.76%) dan Tancho-Kohaku (1.51%). Sedangkan dari persilangan Shiro-Bekko x Tancho-Kohaku dihasilkan keturunan yang terdiri dari Shiro-Bekko (9.86%), Sanke (32.95%), Shiro-Muji (6.74%), Hi-Utsuri (2.48%), Kohaku (12.09%), Karasugoi (8.82%), Higol (22.65%) dan Tancho-Kohaku (4.41%).