Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145460
Title: Potensi Hidrolisat Protein Daging Teripang Pasir (Holothuria scabra) dalam Mengendalikan Kadar Glukosa Darah Tikus Hiperglikemik
Authors: Taqi, Fahim M.
Astawan, Made
Nida
Issue Date: 2012
Publisher: IPB University
Abstract: Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi dimana pankreas berhenti memproduksi insulin sama sekali atau tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk tubuh. Kekurangan insulin dapat menyebabkan glukosa tidak dapat diserap dengan baik oleh hati dan sel-sel tubuh yang memerlukan energi (Cefalu 2001). Menurut American Diabetes Association atau ADA (2011) seseorang dikatakan menderita DM bila kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dL. atau glukosa puasa lebih dari 126 mg/dL. Penelitian ini menggunakan teripang pasir (Holothuria scabra) sebagai bahan baku pembuatan hidrolisat protein. Sebelum mendapatkan daging, teripang utuh dipisahkan terlebih dahulu dari bagian tubuh lainya. Presentase bagian tubuh terbanyak dari teripang spesies Holothuria scabra adalah daging (39,9%), air dan kotoran (33,2%), kulit (18,3%) serta gonad dan jeroan (8,7%). Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan menggunakan freeze dryer dan penepungan dengan ayakan sehingga didapatkan tepung daging teripang. Rendemen sampel setelah dikeringkan dengan freeze dryer adalah 11.85% dan rendemen setelah menjadi tepung 80%. Daging teripang basah memiliki kadar air 82,0%, kadar abu 21,6% (bk), kadar lemak 6,9% (bk), kadar protein 71,8% (bk) dan kadar karbohidrat 5,8% (bk). Tepung daging teripang memiliki kadar air 11,2%, kadar abu 15,2% (bk), kadar lemak 2,2% (bk), kadar protein 62,9% (bk) dan kadar karbohidrat 20,8% (bk). Rendemen hidrolisat protein dari bahan tepung daging teripang adalah 73,75%. Asam atnino esensial yang terdapat pada hidrolisat protein teripang meliputi lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin dan arginin. Asam amino non esensial meliputin asam aspartat, asam glutamat, glisin, serin, alanin, prolin, tirosin dan sitein. Pada tahap hipoglikemik, hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih (Ratus novergicus) strain Sprague Dawley jantan. Tikus percobaan dipuasakan selama satu malam tetapi tetap diberi minum secara ad libitum. Keesokan harinya kadar glukosa darah tikus diukur dengan menggunakan glukometer. Selanjutnya tikus diberi sampel acarbose dan hidrolisat protein yang akan diuji efek hipoglikemiknya. Sampel acarbose dilarutkan dalam aquades dan diberikan secara oral dengan dosis 4,5 g/kg BB sedangkan sampel hidrolisat protein daging teripang (HDT) disuspensikan dengan aquades dengan dosis 100, 200 dan 300 mg/kg BB. Setelah 30 menit, tikus diberi larutan 10%-D glukosa sebanyak 1 ml secara oral. Tiga puluh menit kemudian, kadar glukosa darah diukur dengan glukometer (pengukuran menit ke-30). Data tersebut kemudian diplot dalam kurva respon glikemik. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat wata (p<0,01) terhadap luas di bawah kurva glukosa darah. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kelompok HDT 200 mg/kg BB, HDT 100 mg/kg BB, HDT 300 mg/kg BB dan acarbose tidak mempunyai perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain rataan luas kurva glukosa darah dari masing-masing kelompok tikus tersebut sama. Kelompok tikus HDT 300 mg/kg BB, HDT 200 mg/kg BB dan HDT 100 mg/kg BB tidak mempunyai perbedaan signifikan, namun kelompok Tikus HDT 200 mg/kg BB dan HDT 100 mg/kg tidak dapat disamakan dengan kelompok tikus aral Parameter lain yang digunakan untuk memilih dosis terbaik yaitu dengan mempertimbangkan puncak kadar glukosa darah. Seluruh sampel yang diuji menunjukkan puncak ..dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145460
Appears in Collections:UT - Food Science and Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
F12nid.pdf
  Restricted Access
2.02 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.