Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145127| Title: | Kajian produksi aflatoksin dari isolat kapang Aspergillus flavus |
| Authors: | Syarief, Rizal Maryam, Romsyah Sa'diah, Venty Oktovani |
| Issue Date: | 2012 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Aflatoksin merupakan ancaman yang cukup besar bagi perkembangan dunia pertanian di Indonesia. Kondisi lingkungan Indonesia yang memadai seperti kelembaban, kadar air, dan suhu mendukung pertumbuhan kapang Aspergillus flavus sebagai kapang penghasil aflatoksin. Kapang jenis ini tidak hanya mengkontaminasi selama penyimpanan, tetapi juga prapanen dan pascapanen. Aflatoksin merupakan senyawa hasil metabolit sekunder dari yang terbentuk dari setelah fase logaritmik pertumbuhan kapang Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Kapang penghasilnya umum mengkontaminasi bahan pangan dan pakan berbasis pertanian, seperti jagung dan kacang tanah. Toksin jenis ini dikenal karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan imunosupresif sehingga sangat membahayakan manusia dan hewan. Selain itu, kontaminasi kapang dan toksinnya merugikan petani khususnya secara ekonomi. Dalam setiap analisis cemaran aflatoksin diperlukan suatu standar aflatoksin. Namun ketersediaan standar aflatoksin sangat terbatas khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan oleh penyediaan standar aflatoksin harus diimpor sehingga membutuhkan waktu yang lama dan harga relatif tinggi. Regulasi ketat yang mengatur tentang aflatoksin juga menyulitkan tersedianya standar afaltoksin sebab mikotoksin ini tergolong senyawa bioterorisme. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji potensi produksi aflatoksin dari beberapa strain kapang Aspergillus flavus dan beberapa metode produksi aflatoksin. Pembandingan potensi isolat lokal Indonesia dengan luar negeri dilakukan untuk melihat potensi isolat lokal Indonesia dalam memproduksi aflatoksin. Hasil dari kajian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi guna menemukan metode meliputi jenis isolat, jenis media serta kondisi yang terbaik dan sesuai untuk menghasilkan aflatoksin dalam jumlah yang potensial sehingga dapat digunakan sebagai alternatif standar aflatoksin.. Pemaparan data-data yang berkaitan dengan produksi aflatoksin dilakukan dan pembandingan masing-masing parameter dilakukan. Parameter yang dibandingkan adalah jenis isolat yang digunakan, medium pertumbuhan, serta kondisi inkubasi meliputi pH, suhu, dan lama inkubasi. Isolat lokal yang difokuskan dalam kajian ini adalah kapang Aspergillus flavus dengan kode F0219 koleksi dari BCC (Balitvet Culture Collection). Berdasarkan hasil perbandingan secara kualitatif, isolat lokal memiliki produktivitas yang lebih rendah dari isolat luar negeri. Produksi aflatoksin yang dapat dihasilkan oleh isolat luar dalam medium YES (yeast extract sucrose) mencapai kisaran 2,000-630,000 ppb sedangkan aflatoksin isolat lokal dalam medium PDB (potato dextrose broth) melalui metode ELISA berkisar 17.7-1,213.3 ppb. Medium GAN termodifikasi tidak sesuai sebagai media tumbuh isolat F0219, ditandai dengan tidak terdeteksinya aflatoksin menggunakan metode TLC. Namun, isolat lokal F0219 tetap dapat digunakan sebagai alternatif standar aflatoksin dengan penelitian lebih lanjut berupa purifikasi sampel. Penggunaan YES medium juga dapat dipertimbangkan sebagai medium tumbuh kapang untuk melihat potensi produksi aflatoksin dari isolat F0219. Kondisi inkubasi meliputi pH 4.0, suhu 25°C, dan lama inkubasi 9 sampai 12 hari merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan kapang dan produksi aflatoksin. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145127 |
| Appears in Collections: | UT - Food Science and Technology |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| F12vos.pdf | 2.24 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.