Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145005
Title: Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Daun Jelatang (Urtica dioica L.) pada Tikus Sprague Dawley
Authors: Zakaria, Fransiska Rungkat
Rachmawati, Anisa
Issue Date: 2012
Publisher: IPB University
Abstract: Tanaman yang memiliki karakteristik sebagai herbal salah satunya adalah daun jelatang. Jelatang atau yang lebih dikenal dengan sebutan stinging nettle (Urtica dioica L.) merupakan herbal yang dapat ditemukan di Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Amerika Utara. Di negara-negara beriklim sedang, jelatang populer sebagai sayuran dan herbal. Bagian tanaman jelatang yang dapat digunakan sebagai sayur adalah pucuk daunnya sementara daun, akar, dan biji jelatang berfungsi sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dimaksud antara lain penyakit kelamin dan saluran kencing yang ringan (nocturia, dysuria, penghambatan saluran ginjal, iritasi kantung kemih, dan infeksi), gangguan ginjal, alergi, diabetes, pendarahan internal (mencakup pendarahan uterine, epistaxis, dan melena), anemia, penyakit saluran pencernaan yang ringan. Di samping beragamnya khasiat daun jelatang (Urtica dioica L.), juga ditemukan bukti yang mengindikasikan beberapa gangguan fisiologis akibat pemberian daun jelatang. Daun jelatang segar dapat menyebabkan ruam, gatal, rasa menyengat, dan edema lidah, bila dibuat menjadi jus jelatang dikhawatirkan dapat memicu diare. Sayangnya, hanya ada sedikit data ilmiah mengenai keamanan penggunaan daun jelatang sebagai produk herbal. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi untuk mempelajari toksisitas produk herbal ini. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari toksisitas subkronis pada tikus Sprague Dawley, yang berumur sekitar delapan bulan, pemberian ekstrak daun jelatang (Urtica dioica L.) secara penyondean selama 90 hari. Pada penelitian ini, ada tiga kelompok tikus, yaitu kelompok pertama tikus kontrol semuanya disonde dengan 1 ml air (AMDK), kelompok kedua pemberian ekstrak daun jelatang 0,1 g/kg berat badan (BB)/hari, dan kelompok ketiga pemberian ekstrak daun jelatang 1 g/kg BB/hari. Sementara. Ekstrak daun jelatang maupun AMDK diberikan pada tikus Sprague Dawley secara penyondean selama 90 hari. Ransum, yang sesuai standar AIN 1976, diberikan secara ad libitum. Air yang diberikan berupa air minum dalam kemasan (AMDK), melalui botol minum berselang. Setelah masa 90 hari, dilakukan pembedahan untuk memperoleh organ hati dan sampel darah. Organ ginjal diamati secara makroskopik dan ditimbang untuk mendapatkan berat relatif ginjal. Sedangkan sampel darah digunakan untuk analisis sifat kimia serum berupa kadar kalsium, klorida. fosfor, kreatinin, dan urea yang menjadi parameter kerusakan ginjal. Uji statistik (p>0,05) terhadap berat relatif ginjal menunjukkan pemberian perbedaan dosis ekstrak daun jelatang tidak berpengaruh nyata terhadap berat relatif ginjal. Hasil analisis kimia serum darah berupa kadar kalsium, klorida, fosfor, kreatinin, dan urea menunjukkan bahwa pada kelompok tikus Sprague Dawley yang diberikan ekstrak daun jelatang (dosis 0,1 g/kg BB/hari dan 1 g/kg BB/hari) selama 90 hari tidak ditemukan kelainan karena kadar yang diperoleh masih dalam rentang normal, kecuali kadar fosfor pada dosis 1 g/kg BB/hari yang melebihi batas normal yang diduga terdapat senyawa pada ekstrak daun jelatang yang mengganggu metabolisme fosfor dalam tubuh. Sehingga dapat disimpulkan secara umum pemberian ekstrak daun jelatang tidak menunjukkan indikasi terjadinya penurunan fungsi ginjal.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145005
Appears in Collections:UT - Food Science and Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
F12ara.pdf3.4 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.