Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129753
Title: Studi Tingkat Kemasakan dan Metode Fermentasi dalam Hubungannya dengan Viabilitas Benih dan Kandungan Minyak Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Authors: Palupi, Endah Retno
Sari, Mia Puspa
Issue Date: 2005
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tingkat kemasakan benih kelapa sawit dalam rangka menentukan waktu masak fisiologi benih, untuk menentukan waktu panen benih dan untuk menentukan waktu panen produksi minyak. Disamping itu dipelajari juga pengaruh tingkat kemasakan dan metode fermentasi terhadap kemudahan proses pemisahan buah dari tangkai buah (detaching) kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang dilaksanakan di PT. Dami Mas Sejahtera, PT. SMART Tbk. Pekan Baru, Riau. Penelitian ini terbagi atas tiga percobaan yaitu pengamatan perkembangan buab, perubaban diameter dan warna buah dan percobaan untuk mempelajari pengaruh tingkat kemasakan terhadap viabilitas benih dalam rangka menentukan waktu panen benih dan pengaruh tingkat kemasakan dan metode fermentasi terhadap kemudahan perontokan. _Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak petak terpisah (Split plot design) dalam rancangan acak kelompok dua faktor. Selain itu dipelajari juga pengaruh tingkat kemasakan terhadap kandungan minyak buah kelapa sawit untuk mengetahui waktu panen untuk produksi minyak dengan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Masing-masing percobaan menggunakan 3 ulangan. Komponen buah diamati dari 0 sampai 5 BSP, sedangkan perubahan warna dan diameter buah diamati pada 140, 145, 150, 155 dan 160 HSP. Tingkat kemasakan terdiri atas buah pada umur 140, 145, 150, 155 dan 160 HSP, sedangkan metode fermentasi terdiri atas pemeraman selama 3 hari, disemprot air setiap hari selama 2 hari dan disemprot ethrel satu kali kemudian dibiarkan satu hari. Buah dipanen sesuai umur yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan pencincangan buah (chopping), fermentasi, pemisahan buah dari tangkai buah (spikelet). Pembersihan daging buah dengan mesin depericaper, sortasi dan pembersihan benih, seed treatment dengan fungisida dan larutan sodium hipoklorit, periode konservasi dalam cold storage, pematahan dormansi dalam hot room dan ·pengecambahan dalam germination room. Pada saat fermentasi benih diberi perlakuan fermentasi yang berbeda. Percobaan berikutnya dimulai dengan memilih tiga buah normal dari 10 spikelet yang telah dipilih sebelumnya (30 buah per unit percobaan), kemudian daging buah (exokarp dan mesokarp) dipisahkan dari benih (scrapping), dikeringkan dalam oven selama semalam pada suhu 90°C. Mesokarp yang sudah kering dihaluskan dan dikeringkan kembali dalam oven selama semalam pada suhu 60°C. Sebanyak 2,5 g mesokarp dimasukkan kedalam kantong untuk ekstraksi selama 24 jam. Mesokarp yang sudah diekstraksi dimasukkan oven selama 3 jam pada suhu l 00°C. Kadar min yak ditentukan berdasarkan rumus. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk 100 HSP seperti terlihat dari munculnya wama kekuningan pada dan mesokarp. Endokarp mulai mengeras pada bulan kedua. Bulan ketiga sudah keras dan berwama coklat muda, berubah menjadi coklat tua pada bulan kelima. Endosperm yang cair berangsurangsur memadat mulai bulan ketiga hingga kelima disertai dengan pembentukan testa (kulit benih). Diameter buah terns bertambah dengan bertambahnya tingkat kemasakan, dengan laju yang pesat dari 140-155 HSP dan mulai melambat pada 155-160 HSP. Perubahan warna buah mulai terjadi dari reddish black (140 HSP), very dusky red (150 HSP) dan dusky red (155-160 I-ISP). Wama buah semakin merah dengan bertambahnya tingkat kemasakan yang menunjukkan kandungan minyak semakin tinggi. Metode fermentasi yang mempercepat proses detaching adalah fermentasi dengan ethrel. Fermentasi dengan ethrel mempermudah proses detaching pada buah berumur 140-150 HSP. Tingkat kemasakan tidak mempengaruhi daya berkecarnbah (DB), kecepatan turnbuh (KCT) dan kadar air tetapi mempengaruhi potensi tumbuh maksimum (PTM). Potensi tumbuh maksimum mulai konstan pada umur 145 HSP. Walaupun tingkat kemasakan tidak berpengaruh terhadap DB dan Ker tetapi nilai delta (selisih nilai viabilitas potensial dan vigor) meningkat dari umur 140 I-ISP ke 145 HSP, kemudian relatif konstan dari umur 145-160 HSP. Kadar air meningkat dari I 40-145 HSP kemudian menurun sampai 160 HSP yang menunjukkan benih memasuki fase pemasakan. Dengan demikian berdasarkan nilai PTM, delta dan kadar air diasumsikan bahwa masak fisiologis terjadi pada sekitar umur 145-150 HSP yang dapat digunakan sebagai umur panen untuk benih. Pada umur 155 HSP diduga benih telah lewat masak fisiologis karena banyak terjadi kehilangan benih akibat buah sudah mulai rontok dari tandannya. Tingkat kemasakan mempengaruhi kandungan minyak buah kelapa sawit. Pembentukan minyak semakin tinggi dengan bertambahnya umur buah, mulai konstan pada umur 155 HSP. Oleh karena itu panen untuk produksi minyak dapat dilakukan mulai umur 155 HSP.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129753
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A05mps1.pdf
  Restricted Access
Fulltext26.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.