Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118738
Title: Induksi Kolesterol pada Kelinci untuk Model Penelitian Hiperlipidemia dan Aterosklerosis
Authors: Sulistiyani
Danuri, Hasim
Andrianto, Dimas
Issue Date: 2009
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Jumlah pasien penderita penyakit hiperlipidemia plasma darah terus meningkat setiap tahunnya, kondisi tersebut ditandai dengan peningkatan konsentrasi kolesterol, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein (LDL) dan penurunan konsentrasi High Density Lipoprotein (HDL) plasma darah. Hiperlipidemia sering berujung pada kondisi aterosklerosis dan menghasilkan penyakit jantung koroner. Saat ini, berbagai hewan coba telah dikembangkan sebagai model dalam penelitian-penelitian yang terkait dengan hiperlipidemia dan aterosklerosis. Namun karena kondisi aterosklerosis dipengaruhi oleh banyak faktor, hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut seringkali kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal dalam penggunaan kelinci New Zealand White sebagai hewan model dalam penelitian hiperlipidemia dan aterosklerosis, juga diamati pengaruh pemberian asupan lovastatin sebagai obat yang umum digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut. Kelinci yang akan digunakan adalah kelinci New Zealand White dengan jenis kelamin jantan sebanyak 48 ekor diperoleh dari Balai Penelitian Peternakan Ciawi, Bogor. Kelinci dipilih yang berumur 2 bulan (bobot 1,8±0,3 kg) sebanyak 30 ekor dan kelinci berumur 4 bulan (bobot 3,1±0,4 kg) sebanyak 18 ekor. Kelinci harus memiliki strain yang jelas, sehat, bebas dari penyakit, dan mempunyai aktivitas normal. Kelinci dipelihara pada kandang terpisah yang terbuat dari besi dengan satu kandang untuk tiap ekor kelinci. Kandang berada dalam ruang tertutup dengan ventilasi dan penerangan cukup dengan suhu 25 ± 10C. Lampu dinyalakan pada siang hari dan dimatikan pada malam hari agar tidak merubah siklus hidup hewan coba. Percobaan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap adaptasi dan tahap perlakuan. Pada tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu. Pada masa adaptasi kelinci diberi pakan standar air minum ad libitum. Pakan standar diberi secara ad libitum agar diketahui konsumsi pakan harian kelinci sebagai acuan pemberian pakan pada masa perlakuan. Pada periode ini ditentukan jumlah pakan minimum agar kelinci sehat namun tidak mengalami kenaikan bobot badan. Periode perlakuan dilaksanakan sampai konsentrasi LDL plasma darah kelinci hiperlipidemia tetap konstan dengan nilai lebih dari 200 mg/dl. Pada awal masa perlakuan kelinci dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Kelompok I adalah kelompok dengan umur kelinci 2 bulan dan pada masa perlakuan diberi pakan standar 80 g/hari/ekor. Kelompok II adalah kelompok hiperlipidemia ringan dengan umur kelinci 2 bulan dan diberi pakan aterogenik 40 g/hari/ekor dan pakan standar 40 g/hari/ekor. Kelompok III adalah kelompok hiperlipidemia ringan yang diberi lovastatin 0,8 mg/kg bb. Kelompok IV adalah kelompok dengan umur kelinci 4 bulan dan pada masa perlakuan diberi pakan standar 150 g/hari/ekor. Kelompok V atau kelompok hiperlipidemia berat dengan umur kelinci 4 bulan dan diberi pakan aterogenik 80 g/hari/ekor dan pakan standar 70 g/hari/ekor. Kelompok VI adalah kelompok hiperlipidemia berat yang diberi lovastatin 0,8 mg/kg bb. Semua kelinci diberi air minum ad libitum. Pakan aterogenik untuk kelompok II dan III memiliki kandungan 5% minyak sawit dan 0,25% kolesterol yang ditambahkan ke pakan standar sampai dengan 100%. Pakan aterogenik untuk kelompok V dan VI memiliki kandungan 5% minyak kelapa dan 0,5% kolesterol yang ditambahkan ke pakan standar sampai dengan 100%. Analisis yang dilakukan selama percobaan diantaranya adalah jumlah pakan, bobot badan, dan karakteristik lipid serum darah kelinci. Jumlah pakan sisa ditimbang tiap hari untuk mengetahui konsumsi pakan harian kelinci. Bobot badan kelinci ditimbang tiap dua minggu untuk menjaga agar bobot badan tidak mempengaruhi karakteristik lipid darah kelinci. Data karakteristik lipid serum darah termasuk konsentrasi trigliserida, kolesterol, HDL, dan LDL serum darah yang diambil setiap 2 minggu. Pada akhir percobaan kelinci dietanasi dan diisolasi aortanya ditimbang dan aorta diisolasi untuk mengamati pembentukan aterosklerosis. Hasil peneltian menunjukkan bahwa berat badan kelinci dapat dijaga konstan dengan pemberian pakan 45 g/kg bobot badan baik pada kelinci muda dan tua. Pengamatan hiperlipidemia baik dilakukan pada kelinci tua, karena kelinci muda masih memiliki kemampuan baik untuk mengatur profil lipid darahnya. Hal tersebut ditandai dengan turunnya LDL setelah 4 minggu perlakuan, sementara itu LDL kelinci tua akan tetap tinggi selama perlakuan. Induksi hiperlipidemia pada kelinci New Zealand White telah berhasil dilakukan, baik untuk kelinci dengan usia 2 bulan maupun untuk kelinci dengan usia 4 bulan. Profil lipid darah kelinci yang diberi pakan standar (kelompok I, II, dan III) selama perlakuan berada dalam batas normal, artinya tidak ada faktor lain yang berpengaruh dalam percobaan selain perlakuan. Sementara itu konsentrasi kolesterol total, HDL, dan LDL plasma darah kelompok IV, V, dan VI yang mengkonsumsi pakan aterogenik mengalami kenaikan. Aterosklerosis pada penelitian tidak terbentuk pada semua kelompok, termasuk kelompok yang mengkonsumsi pakan aterogenik. Hal tersebut diduga karena konsentrasi HDL yang tinggi seiring dengan konsentrasi kolesterol total dan LDL, sehingga menyebabkan rendahnya faktor resiko aterosklerosis. Konsentrasi HDL yang tinggi diduga disebabkan oleh pakan standar yang digunakan memiliki kandungan karbohidrat yang rendah.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118738
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2009dan3.pdf
  Restricted Access
Fulltext684.53 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.