Induksi Kolesterol pada Kelinci untuk Model Penelitian Hiperlipidemia dan Aterosklerosis
Abstract
Jumlah pasien penderita penyakit hiperlipidemia plasma darah terus
meningkat setiap tahunnya, kondisi tersebut ditandai dengan peningkatan
konsentrasi kolesterol, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein (LDL) dan
penurunan konsentrasi High Density Lipoprotein (HDL) plasma darah.
Hiperlipidemia sering berujung pada kondisi aterosklerosis dan menghasilkan
penyakit jantung koroner. Saat ini, berbagai hewan coba telah dikembangkan
sebagai model dalam penelitian-penelitian yang terkait dengan hiperlipidemia dan
aterosklerosis. Namun karena kondisi aterosklerosis dipengaruhi oleh banyak
faktor, hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut seringkali kurang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal dalam
penggunaan kelinci New Zealand White sebagai hewan model dalam penelitian
hiperlipidemia dan aterosklerosis, juga diamati pengaruh pemberian asupan
lovastatin sebagai obat yang umum digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Kelinci yang akan digunakan adalah kelinci New Zealand White dengan
jenis kelamin jantan sebanyak 48 ekor diperoleh dari Balai Penelitian Peternakan
Ciawi, Bogor. Kelinci dipilih yang berumur 2 bulan (bobot 1,8±0,3 kg) sebanyak
30 ekor dan kelinci berumur 4 bulan (bobot 3,1±0,4 kg) sebanyak 18 ekor. Kelinci
harus memiliki strain yang jelas, sehat, bebas dari penyakit, dan mempunyai
aktivitas normal. Kelinci dipelihara pada kandang terpisah yang terbuat dari besi
dengan satu kandang untuk tiap ekor kelinci. Kandang berada dalam ruang
tertutup dengan ventilasi dan penerangan cukup dengan suhu 25 ± 10C. Lampu
dinyalakan pada siang hari dan dimatikan pada malam hari agar tidak merubah
siklus hidup hewan coba.
Percobaan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap adaptasi dan tahap perlakuan.
Pada tahap adaptasi dilakukan selama 2 minggu. Pada masa adaptasi kelinci diberi
pakan standar air minum ad libitum. Pakan standar diberi secara ad libitum agar
diketahui konsumsi pakan harian kelinci sebagai acuan pemberian pakan pada
masa perlakuan. Pada periode ini ditentukan jumlah pakan minimum agar kelinci
sehat namun tidak mengalami kenaikan bobot badan.
Periode perlakuan dilaksanakan sampai konsentrasi LDL plasma darah
kelinci hiperlipidemia tetap konstan dengan nilai lebih dari 200 mg/dl. Pada awal
masa perlakuan kelinci dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Kelompok I adalah
kelompok dengan umur kelinci 2 bulan dan pada masa perlakuan diberi pakan
standar 80 g/hari/ekor. Kelompok II adalah kelompok hiperlipidemia ringan
dengan umur kelinci 2 bulan dan diberi pakan aterogenik 40 g/hari/ekor dan pakan
standar 40 g/hari/ekor. Kelompok III adalah kelompok hiperlipidemia ringan yang
diberi lovastatin 0,8 mg/kg bb. Kelompok IV adalah kelompok dengan umur
kelinci 4 bulan dan pada masa perlakuan diberi pakan standar 150 g/hari/ekor.
Kelompok V atau kelompok hiperlipidemia berat dengan umur kelinci 4 bulan dan
diberi pakan aterogenik 80 g/hari/ekor dan pakan standar 70 g/hari/ekor.
Kelompok VI adalah kelompok hiperlipidemia berat yang diberi lovastatin 0,8
mg/kg bb. Semua kelinci diberi air minum ad libitum.
Pakan aterogenik untuk kelompok II dan III memiliki kandungan 5%
minyak sawit dan 0,25% kolesterol yang ditambahkan ke pakan standar sampai
dengan 100%. Pakan aterogenik untuk kelompok V dan VI memiliki kandungan
5% minyak kelapa dan 0,5% kolesterol yang ditambahkan ke pakan standar
sampai dengan 100%.
Analisis yang dilakukan selama percobaan diantaranya adalah jumlah pakan,
bobot badan, dan karakteristik lipid serum darah kelinci. Jumlah pakan sisa
ditimbang tiap hari untuk mengetahui konsumsi pakan harian kelinci. Bobot
badan kelinci ditimbang tiap dua minggu untuk menjaga agar bobot badan tidak
mempengaruhi karakteristik lipid darah kelinci. Data karakteristik lipid serum
darah termasuk konsentrasi trigliserida, kolesterol, HDL, dan LDL serum darah
yang diambil setiap 2 minggu. Pada akhir percobaan kelinci dietanasi dan diisolasi
aortanya ditimbang dan aorta diisolasi untuk mengamati pembentukan
aterosklerosis.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa berat badan kelinci dapat dijaga
konstan dengan pemberian pakan 45 g/kg bobot badan baik pada kelinci muda dan
tua. Pengamatan hiperlipidemia baik dilakukan pada kelinci tua, karena kelinci
muda masih memiliki kemampuan baik untuk mengatur profil lipid darahnya. Hal
tersebut ditandai dengan turunnya LDL setelah 4 minggu perlakuan, sementara itu
LDL kelinci tua akan tetap tinggi selama perlakuan.
Induksi hiperlipidemia pada kelinci New Zealand White telah berhasil
dilakukan, baik untuk kelinci dengan usia 2 bulan maupun untuk kelinci dengan
usia 4 bulan. Profil lipid darah kelinci yang diberi pakan standar (kelompok I, II,
dan III) selama perlakuan berada dalam batas normal, artinya tidak ada faktor lain
yang berpengaruh dalam percobaan selain perlakuan. Sementara itu konsentrasi
kolesterol total, HDL, dan LDL plasma darah kelompok IV, V, dan VI yang
mengkonsumsi pakan aterogenik mengalami kenaikan.
Aterosklerosis pada penelitian tidak terbentuk pada semua kelompok,
termasuk kelompok yang mengkonsumsi pakan aterogenik. Hal tersebut diduga
karena konsentrasi HDL yang tinggi seiring dengan konsentrasi kolesterol total
dan LDL, sehingga menyebabkan rendahnya faktor resiko aterosklerosis.
Konsentrasi HDL yang tinggi diduga disebabkan oleh pakan standar yang
digunakan memiliki kandungan karbohidrat yang rendah.