Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116220
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSuprihatin, Suprihatin-
dc.contributor.advisorYani, Mohamad-
dc.contributor.authorRinaldo, Reko-
dc.date.accessioned2023-01-21T02:51:09Z-
dc.date.available2023-01-21T02:51:09Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116220-
dc.description.abstractKelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan komoditasunggulan di sektor perkebunan yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Perkembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan pesat disetiap tahunya, tahun 2021 luas areal perkebunan kelapa sawit Provinsi Bengkulu meningkat 4.642 ha dari luas areal tahun sebelumnya. Peningkatan juga terjadi di sektor produksi CPO, Provinsi Bengkulu mencatatkan tahun 2021 produksi CPO naik menjadi 30.052 ton CPO dari total produksi tahun 2020 sebesar 1.063.404 ton CPO. Aktivitas kegiatan perkebunan kelapa sawit serta kegiatan di industri dan tingginya produksi CPO dapat menimbulkan berbagai permasalahan terhadap dampak lingkungan seperti limbah, perubahan kualitas air, tanah, udara, serta peningkatan terhadap emisi. Dampak lingkungan berasal dari penggunaan bahan material berupa bahan baku, bahan tambahan berupa bahan kimia, penggunaan energi dan limbah yang dihasilkan oleh unit proses. Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan dari siklus daur hidup produk adalah Life Cycle Assessment (LCA). LCA adalah metode untuk menilai potensi dampak lingkungan dari sistem produk atau jasa pada semua tahap dalam siklus daur hidup produk. Tujuan dari kajian LCA ini untuk mengidentifikasi input yang digunakan dan output yang dihasilkan dari tahapan siklus daur hidup produksi CPO; menghitung nilai dampak lingkungan yang dihasilkan dari tahapan siklus daur hidup produksi CPO serta merumuskan skenario perbaikan untuk mengurangi dampak lingkungan. Tahapan kajian LCA dilakukan berdasarkan framework SNI ISO 14040 : 2016, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu penentuan tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori, analisis dampak lingkungan dan interpretasi hasil untuk upaya perbaikan. Dampak lingkungan yang dikaji terdiri dari tiga kategori yaitu pemanasan global (GWP), asidifikasi dan eutrofikasi dengan menggunakan software SimaPro metode CML-IA baseline. Batasan sistem kajian LCA ini adalah cradle-to-gate, dimulai dari subsistem proses perkebunan meliputi unit proses (pembibitan dan pemeliharaan bibit, pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), dan transportasi TBS industri), subsitem proses produksi CPO di industri, subsistem pengolahan air bersih (WTP), dan subsistem pengolahan air limbah (WWTP). Analisis inventori menunjukkan bahwa siklus daur hidup produksi CPO memerlukan input berupa bahan baku TBS baik dari masyarakat dan TBS dari kebun inti PT X, bahan tambahan seperti pupuk, herbisida, fungisida dan insektisida, bahan kimia Al2(SO4)3, Na2CO3, PAC dan bio treatment 0168, air dan sumber energi seperti steam (uap panas), listrik, solar dan bensin. Output yang dihasilkan berupa produk utama yaitu CPO, limbah padat tankos, cangkang dan fibre serta juga limbah cair, dan emisi ke udara, air dan tanah Berdasarkan hasil analisis kajian LCA siklus daur hidup produksi CPO diketahui bahwa 1 ton produksi CPO menghasilkan dampak lingkungan GWP, asidifikasi dan eutrofikasi masing-masing sebesar 698,7 kg-CO2eq/ton-CPO; 2,68 kg-SO2eq/ton-CPO dan 1,18 kg-PO4 3- eq/ton-CPO. Sumber utama emisi (hotspot) pada kategori dampak GWP, asidifikasi dan eutrofikasi adalah TBS masyarakat pada subsistem proses produksi CPO, disusul dengan produksi steam pada subsistem proses produksi CPO. Rekomendasi skenario perbaikan diterapkan untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan. Skenario perbaikan pada subsistem proses perkebunan yaitu mereduksi penggunaan pupuk NPK 12:12:17 dengan pupuk organik tankos yang dapat menurunkan dampak GWP (30,02%), asidifikasi (27,39%) dan eutrofikasi (33%). Skenario perbaikan pada subsistem pengolahan air limbah yaitu dengan pemanfaatan limbah cair menjadi biogas (methane Capture), penerapan skenario perbaikan ini dapat menurunkan dampak emisi GWP (60,86%), asidifikasi (78,85%) dan eutrofikasi (95,98%). Skenario perbaikan pada subsistem pengolahan air bersih yaitu dengan substitusi Al2(SO4)3 dengan PAC sebagai bahan kimia penjernihan air, penerapan skenario perbaikan ini dapat menurunkan dampak emisi GWP (30,12%), asidifikasi (59,81%) dan eutrofikasi (26,19%). Skenario perbaikan pada subsistem proses CPO di industri yaitu dengan mereduksi listrik steam turbin generator dengan listrik biogas limbah cair, penerapan skenario perbaikan ini dapat menurunkan dampak GWP (27,81%), asidifikasi (25,82%) dan eutrofikasi (2,97%).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleLife Cycle Assessment Produksi Crude Palm Oil (CPO) (Studi Kasus: PT X Provinsi Bengkulu)id
dc.title.alternativeLife Cycle Assessment of Crude Palm Oil (CPO) Production (Case Study: PT X Bengkulu Province)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordacidificationid
dc.subject.keywordcpo productionid
dc.subject.keywordeutrophicationid
dc.subject.keywordglobal warmingid
Appears in Collections:MT - Agriculture Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdfCover1.92 MBAdobe PDFView/Open
F3501201005_REKO RINALDO.pdf
  Restricted Access
Fullteks2.62 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.76 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.