Desain Kemasan Ritel Untuk Buah Alpukat Berlabel Indikator Kematangan

Abstract

Alpukat merupakan salah satu komoditas buah favorit yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dan mulai dikembangkan sebagai buah ekspor meskipun volume ekspor saat ini masih kecil. Jenis alpukat yang populer dan banyak dibudidayakan di Indonesia adalah alpukat mentega, alpukat wina, alpukat miki, alpukat hass, alpukat jambon, alpukat mega murapi, alpukat kendil dan alpukat aligator. Alpukat mentega yang paling banyak disukai oleh masyarakat Indonesia karena termasuk jenis alpukat unggulan yang memiliki daging buah tebal, bertekstur kenyal, berwarna kuning dan buahnya tampak bersih dengan warna kulit hijau menarik. Alpukat adalah buah klimaterik yang biasanya dipanen pada tingkat ketuaan 75 hingga 80% dengan tekstur yang masih keras. Penetapan tingkat ketuaan buah alpukat berdasarkan waktu dimulai dari waktu bunga mekar sampai enam bulan karena buah alpukat biasanya tua setelah 6 sampai 7 bulan sejak bunga mekar. Sebagai buah klimaterik, alpukat akan mengalami proses pematangan setelah dipanen yang ditandai dengan lonjakan respirasi dan produksi etilen tinggi yang mempengaruhi perubahan fisiologi dan biokimia selama pematangan. Tingkat kematangan buah alpukat tidak terlihat secara visual sehingga menyulitkan konsumen dalam milih buah yang siap konsumsi. Oleh karenanya perlu ditambahkan label pada kemasan alpukat yang berfungsi sebagai indikator untuk memudahkan konsumen dalam memilih buah alpukat dengan tingkat kematangan yang mereka inginkan. Karena proses pematangan buah alpukat ditandai dengan lonjakan respirasi dan produksi etilen, maka jumlah etilen yang diproduksi oleh buah dengan berat tetap dalam kemasannya dapat digunakan dalam menentukan tingkat kematangan buah alpukat. Amonium molibdat dengan kalium permanganat (KMnO4) dapat mendeteksi gas etilen (C2H4) yang dihasilkan selama proses kematangan buah alpukat sehingga dapat digunakan sebagai label indikator kematangan buah alpukat yang diaplikasikan pada kemasan retail. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang kemasan ritel alpukat yang dilengkapi dengan label berupa indikator tingkat kematangan buah alpukat yang ditempatkan dalam kemasan. Indikator kematangan buah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembeli untuk memilih buah alpukat sesuai dengan tingkat kematangan yang diinginkan. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, diawali dengan formulasi matrik indikator warna berbahan kalium permanganat (KMnO4) dan amonium molibdat, dilanjutkan dengan perancangan kemasan ritel, penempatan label indikator pada kemasan dan penyimpanan buah alpukat dalam kemasan pada suhu ruang dan suhu rendah, dalam kemasan tertutup baik dengan perforasi atau pun tanpa perforasi. Kemasan dirancang untuk memuat dua buah alpukat dengan berat total 0,5 kg per kemasan, berupa wadah transparan terbuat dari plastik polivinil klorida (PVC) dan berbentuk kotak berukuran 14 x 9 x 6 cm dengan luas permukaan kemasan 528 cm2, sebagian diantaranya dengan lubang perforasi sebanyak 4 buah dengan ukuran diameter 0,8 mm. Volume kemasan adalah 756 ml dengan volume buah sekitar 70% dan volume bebas sekitar 30%. Label indikator berukuran 2 x 1 cm diletakkan pada bagian dalam tutup kemasan dengan posisi di tengah agar mudah terlihat. Parameter yang diukur selama penyimpanan adalah laju respirasi, warna label indikator kematangan, kekerasan dan total padatan terlarut. Etilen yang dihasilkan oleh buah alpukat mengisi volume bebas kemasan dan bersinggungan dengan label indikator pada kemasan sehingga bereaksi dan terjadi perubahan warna indikator sesuai dengan konsentrasi etilen yang terbentuk. Pemberian perforasi pada kemasan dapat memberikan jalan bagi uap air yang terbentuk akibat respirasi sehingga tidak menumpuk dalam kemasan dan merusak indikator warna. Perubahan warna label pada kemasan dengan perforasi terlihat lebih jelas dan matriks label tetap utuh sampai akhir penyimpanan dibanding perubahan pada label indikator dalam kemasan yang tidak diberi perforasi. Perubahan nilai hue label indikator berkolerasi lebih tinggi dengan perubahan kekerasan (R=-0,42) dibanding dengan nilai total padatan terlarut (R=0,07). Perubahan warna label indikator dari warna kuning terang pada awal penyimpanan menjadi warna hijau tua pada akhir penyimpanan. Nilai hue dari 75,93o pada awal penyimpanan menjadi 112,10o pada akhir penyimpanan dan nilai L* 44,3 pada awal penyimpanan menjadi 64,3 pada akhir penyimpanan. Pada penyimpanan suhu rendah (13±2°C), korelasi nilai hue dengan kekerasan sangat rendah (R=0,059). Berdasarkan hasil seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa aplikasi label indikator kematangan buah alpukat dalam kemasan yang dirancang lebih cocok digunakan untuk penyimpanan buah pada suhu ruang dengan pemberian lubang perforasi pada kemasan.

Avocado is one of the favorite fruit commodities with high economic value and has begun to be developed as an export fruit even though the current export volume is still small. Some varieties of avocado that are popular and widely cultivated in Indonesia are butter avocado, wina avocado, mici avocado, hass avocado, jambon avocado, mega murapi avocado, kendil avocado and alligator avocado. Butter avocado is the most preferred by Indonesian people because it is a superior type of avocado which has thick flesh, chewy texture, yellow in color, and the fruit looks clean with an attractive green fruit skin color. Avocados are a climacteric fruit that are usually harvested at 75 to 80% maturity with a firm texture. Determination of the maturity level of the avocado based on time starts from the time the flowers bloom to six months because avocados are usually old after 6 to 7 months since the flowers bloom. As a climacteric fruit, avocado will undergo a ripening process after being harvested which is marked by a spike in respiration and high ethylene production which affects physiological and biochemical changes during ripening. The level of ripeness of avocados is not visible visually, making it difficult for consumers to choose fruit that is ready for consumption. Therefore it is necessary to add a label to the avocado packaging which functions as an indicator to make it easier for consumers to choose avocados with the maturity level they want. Because the avocado ripening process is characterized by a spike in respiration and ethylene production, the amount of ethylene produced by the fruit with a fixed weight in the package can be used to determine the maturity level of the avocado. Ammonium molybdate with potassium permanganate (KMnO4) can detect ethylene gas (C2H4) produced during the ripening process of avocados so that it can be used as an indicator label for avocado ripeness indicators that are applied to retail packaging. The purpose of this study was to design avocado retail packaging which is equipped with a label in the form of an indicator of the ripeness level of the avocado placed in the package. This fruit ripeness indicator is expected to provide information to buyers to choose avocado fruit according to the desired level of ripeness. The research was carried out in several stages, beginning with the formulation of color indicator matrices made from potassium permanganate (KMnO4) and ammonium molybdate, followed by designing retail packaging, placing indicator labels on packaging and storing avocados with the pacaging at room temperature and low temperature, in well-sealed packaging with perforations or without perforation. The packaging is designed to contain two avocados with a total weight of 0,5 kg per package, in the form of a transparent container made of polyvinyl chloride (PVC) plastic and box-shaped measuring 14 x 9 x 6 cm with a surface area of 528 cm2, some of which have 4 perforations holes with a diameter of 0,8 mm. The packaging volume is 756 ml with about 70% fruit volume and about 30% free volume. The indicator label measuring 2 x 1 cm is placed on the inside of the packaging lid in the center position so that it is easily visible. Parameters measured during storage were respiration rate, the color of the maturity indicator label, hardness and total dissolved solids. Ethylene produced by avocado fills the free volume of the package and comes in contact with the indicator label on the package so that it reacts and changes the color of the indicator according to the concentration of ethylene formed. Provision of perforations in the packaging can provide a way for water vapor formed due to respiration so that it does not accumulate in the packaging and damage the color indicators. Changes in the color of labels on packages with perforations are seen more clearly and the label matrix remains intact until the end of storage than changes on indicator labels in packages that are not perforated. Changes in the hue value of the indicator label correlated higher with changes in hardness (R=-0,42) compared to the total dissolved solids (R=0,07). The color of the indicator label changes from bright yellow at the beginning of storage to dark green at the end of storage. The hue value of 75,93° at the beginning of storage becomes 112,10° at the end of storage with and the value of L* 44,3 at the beginning of storage becomes 64,3 at the end of storage. At low temperature storage (13±2°C), the correlation between hue and hardness is very low (R=0,059). Based on the results described above, it can be concluded that the application of an avocado ripeness indicator label in a designed package is more suitable for storing fruit at room temperature by providing perforations in the package.