Pendugaan Produktivitas Kopi Arabika pada Wilayah Sentra Produksi Di Pulau Sumatera

Abstract

Kopi arabika merupakan jenis kopi yang memiliki sensititivitas tinggi terhadap iklim terutama suhu udara dan curah hujan. Kedua faktor iklim tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan produksi kopi arabika. Pendugaan produktivitas dengan input variabel iklim diperlukan untuk melihat pengaruh iklim terhadap produktivitas kopi arabika terutama pada wilayah sentra produksi. Penelitian ini bertujuan menduga produktivitas kopi arabika akibat variabilitas iklim pada wilayah sentra produksi di Pulau Sumatera. Pendugaan produktivitas dalam penelitian ini menggunakan fixed effect model dengan input variabel iklim. Variabel iklim yang digunakan antara lain suhu udara rataan dan curah hujan dalam fungsi linear dan kuadrat. Data yang digunakan antara lain data iklim (1991 – 2020) dan produktivitas kopi arabika (2016 – 2020) pada 30 kabupaten/kota. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suhu udara rataan dan curah hujan tahunan berpengaruh positif pada produktivitas. Sebaliknya variabel suhu udara rataan kuadrat dan curah hujan tahunan kuadrat berpengaruh negatif pada produktivitas. Hasil validasi model menunjukan bahwa produktivitas hasil model cukup baik dalam menjelaskan produktivitas aktualnya dengan nilai R-square sebesar 54.85%. Hasil pendugaan produktivitas dengan model menunjukan adanya perbedaan terhadap data aktualnya dimana ada wilayah yang mengalami kenaikan produktivitas dan ada yang mengalami penurunan. Perbandingan produktivitas aktual dengan produktivitas hasil model tahun 2019 menunjukan terdapat 12 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan produktivitas dengan persentase perubahan terbesar berada di Kabupaten Pasaman Barat dengan nilai 75.8%, sedangkan ada 18 kabupaten/kota yang mengalami penurunan produktivitas dengan persentase penurunan produktivitas terbesar yaitu sebesar -50.9% pada Kota Bukittinggi. Sementara itu, perbandingan produktivitas aktual dengan produktivitas hasil model tahun 2020 menunjukan terdapat 10 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan produktivitas dengan persentase perubahan terbesar berada di Kabupaten Sijunjung dengan nilai 84.7%, sedangkan ada 20 kabupaten/kota yang mengalami penurunan produktivitas dengan persentase penurunan produktivitas terbesar yaitu sebesar -55.2% pada Kota Bukittinggi. Secara spasial, ada beberapa wilayah yang mengalami kenaikan dan penurunan produktivitas yang ditandai adanya perubahan warna dengan rentang perubahan produktivitas sebesar 0.5 – 1 ton/ha.

Arabica coffee is a type of coffee that has a high climate sensitivity, especially air temperature and rainfall. Both of these climatic factors can affect the quality and production of Arabica coffee. Estimating productivity with the input of climate variables is needed to see the effect of climate on Arabica coffee productivity, especially in production centers. This study aims to estimate the productivity of arabica coffee due to climate variability in the production center area on the island of Sumatra. Estimation of productivity in this study using a fixed effect model with climate variable input. The climatic variables used include average air temperature and rainfall in linear and quadratic functions. The data include climate data (1991 – 2020) and Arabica coffee productivity (2016 – 2020) in 30 districts/cities. The results from this study indicate that the variables of average air temperature and annual rainfall positively affect productivity. On the other hand, the squared mean air temperature and annual rainfall harm productivity. The results of model validation show that the productivity of the model results is quite good in explaining the actual productivity with an R-square value of 54.85%. The results of the estimation of productivity with the model show differences in the actual data where some areas have increased, and some have decreased. The comparison of actual productivity with the productivity of the 2019 model year shows that there are 12 districts/cities that experienced an increase in productivity, with the largest percentage change being in West Pasaman Regency with a value of 75.8%, while there were 18 districts/cities that experienced a decrease in productivity with the largest percentage of productivity decline, which was equal to -50.9% in Bukittinggi City. Meanwhile, the comparison of actual productivity with the productivity of the 2020 model shows that there are ten regencies/cities that experienced an increase in productivity, with the largest percentage change being in Sijunjung Regency with a value of 84.7%, while there were 20 regencies/cities that experienced a decrease in productivity with the largest percentage of productivity decline. That is equal to -55.2% in the City of Bukittinggi. Spatially, several areas have increased and decreased productivity, which are marked by changes in color with a range of changes in productivity of 0.5 – 1 ton/ha.