Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110748
Title: Respons Imun Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang diberi Vaksin Streptococcus agalactiae Melalui Metode Infiltrasi Hiperosmotik
Authors: Sukenda
Yuhana, Munti
Nuryati, Sri
Sari, Diana Purnama
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Ikan nila (Oreochromis sp.) merupakan komoditas air tawar yang mudah dibudidayakan, tetapi dalam intensifikasi produksinya terdapat permasalahan utama seperti kematian massal yang disebabkan oleh penyakit streptococcosis. Streptococcosis merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada benih ikan nila yang berdampak pada kerugian dalam budidaya. Salah satu alternatif pencegahan untuk pengendalian penyakit streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae adalah vaksinasi. Vaksinasi bertujuan untuk meningkatkan sistem imun, sehingga kelangsungan hidup ikan nila terutama pada fase benih meningkat. Vaksin dapat diberikan melalui beberapa metode : metode injeksi lebih efektif pada ukuran ikan tertentu dan sulit untuk benih; metode oral melalui pakan memerlukan antigen peroral dalam jumlah banyak, proteksinya sifatnya lemah, dan waktunya singkat; dan metode perendaman yang dapat dilakukan pada ikan kecil dan jumlah yang besar. Vaksinasi pada benih ikan paling tepat melalui perendaman, tetapi terdapat kelemahan dalam penyerapan vaksin yang kurang maksimal. Dalam hal ini dibutuhkan metode perendaman untuk memaksimalkan penyerapan vaksin yaitu cara infiltrasi hiperosmotik. Metode infiltrasi hiperosmotik dilakukan menggunakan media perlakuan hipertonik. Namun belum didapatkan pengaruh salinitas, sehingga perlu dikaji pengaruh salinitas melalui metode infiltrasi hiperosmotik. Untuk mendapatkan respons imun yang terbaik, tingkat proteksi yang optimal dan efek stres yang minimal. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu mengevaluasi pengaruh salinitas yang berbeda untuk vaksinasi ikan nila melalui metode infiltrasi hiperosmotik. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 4.26±1.37 g. Preparasi vaksin dilakukan dengan cara menginaktivasi kultur sel S. agalactiae formalin 3% (v/v). Ikan uji dengan perlakuan sebagai kontrol negatif tanpa dilakukan perendaman dalam media bersalinitas, tanpa vaksinasi serta uji tantang, sedangkan kontrol positif dilakukan perendaman salinitas 0, 10, 20, dan 30 g L-1 tanpa vaksinasi tetapi dilakukan uji tantang. Untuk perlakuan selanjutnya perendaman 0, 10, 20, dan 30 g L-1 selama 5 menit, kemudian dipindahkan pada wadah yang berisi vaksin dengan konsentrasi sel 109 CFU mL-1 direndam selama menit. Setelah 30 hari pascavaksinasi, ikan diuji tantang dengan cara menginjeksikan sel bakteri S. agalactiae 107 CFU ikan-1 dengan volume 0.1 mL. Parameter yang diamati meliputi gambaran darah, titer antibodi, glukosa darah, lisozim, tingkat mortalitas dan kelangsungan hidup relatif. Hasil penelitian menunjukkan total eritrosit semua perlakuan hari ke-15 pascavaksinasi tidak berbeda nyata (P>0.05). Eritrosit meningkat hari ke-30 perlakuan A (kontrol negatif), B (perendaman 0 g L-1 tanpa divaksin), F (perendaman 0 g L-1 divaksin) memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Eritrosit menurun 10 hari pasca tantang, dan perlakuan A, H memiliki nilai eritrosit tertinggi serta tidak berbeda DIA dib Dib dibu utam Stre pen bak men inje mel sifa dila tepa yan mem infi Nam sali yan kare untu Pre form dila sed tanp pere wad 30 men Par liso men berb neg mem uji t nyata pada perlakuan lainnya. Total leukosit hari ke-15 perlakuan F, G, H, dan I memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Total leukosit meningkat setelah hari ke-30 pascavaksinasi dengan nilai tertinggi ditemukan perlakuan H dan berbeda nyata (P<0.05). Terus meningkat hingga 10 hari pasca uji tantang perlakuan F, G, H, dan I memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Hemoglobin hari ke-15 perlakuan G, H, dan I memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan lainnya (P<0.05). Hari ke-30 meningkat perlakuan G dan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Jika dibandingkan perlakuan A, B, D, dan E, nilai ini berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan C, F, dan I. Nilai tertinggi 10 hari pasca uji tantang pada perlakuan A meningkat dan berbeda nyata dibandingkan lainnya (P<0.05). Hematokrit hari ke-15 perlakuan F, G, dan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Jika dibandingkan perlakuan A dan B tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan perlakuan C, D, E, dan I. Hari ke-30 meningkat dan perlakuan G, H memiliki nilai tertinggi dan tidak berbeda nyata (P>0.05). Pada 10 hari pasca uji tantang perlakuan A dan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata (P<0.05). Perlakuan A terjadi peningkatan dan perlakuan lainnya menurun. Aktivitas fagositik hari ke-15 perlakuan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda dibandingkan lainnya (P<0.05). Hari ke-30 meningkat dan perlakuan G, H memiliki nilai tertinggi serta berbeda nyata (P<0.05). Pada 10 hari pasca uji tantang semua meningkat dan perlakuan H memiliki nilai tertinggi yang berbeda nyata (P<0.05). Nilai titer antibodi ikan uji hari ke-0 menunjukkan kondisi awal sebelum divaksin S. agalactiae. Lalu meningkat hari ke-15 dan perlakuan H memiliki nilai tertinggi serta berbeda nyata (P<0.05). Hari ke-30 meningkat dan perlakuan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda dibandingkan lainnya (P<0.05). Pada 10 hari pasca uji tantang terus meningkat dan perlakuan H memiliki nilai tertinggi serta berbeda nyata (P<0.05). Nilai aktivitas lisozim hari ke-0 menunjukkan kadar lisozim dalam darah ikan uji sebelum divaksin. Hari ke-15 menurun pada perlakuan A, B, C, D, E, dan meningkat perlakuan F, G, H, I. Untuk perlakuan H memiliki nilai tertinggi serta berbeda dibandingkan lainnya (P<0.05). Lisozim semua perlakuan meningkat hari ke-30 dan perlakuan H memiliki nilai tertinggi dan berbeda dibandingkan lainnya (P<0.05). Nilai tertinggi 10 hari pasca uji tantang adalah perlakuan F, semua meningkat dan berbeda nyata (P<0.05). Nilai glukosa darah ikan hari ke-0 pascaperendaman perlakuan E dan I, memiliki nilai tertinggi dan berbeda dibandingkan lainnya (P<0.05). Pada hari ke-15 dan 30 semua menurun serta tidak berbeda nyata (P>0.05). Tingkat mortalitas perlakuan B, C, D, dan E memiliki nilai tertinggi dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan A, B, C, D, dan E. Kelangsungan hidup relatif perlakuan H memiliki nilai tertinggi (P<0.05). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ikan nila yang diberi vaksin S. agalactiae melalui metode infiltrasi hiperosmotik pada salinitas 20 g L-1 menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu 88.24% dibandingkan perlakuan lain. Vaksinasi ikan dengan metode infiltrasi hiperosmotik dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik serta perlindungan ikan terhadap S. agalactiae.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110748
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover581.24 kBAdobe PDFView/Open
TESIS NEW DIANA PURNAMA SARI 03082020 - Diana Purnama Sari.pdf
  Restricted Access
Fullteks8.74 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran320.19 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.