Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106376
Title: Integrasi Pasar Pangan Strategis di Indonesia
Other Titles: Strategic Food Market Integration in Indonesia
Authors: Firdaus, Muhammad
Arsanti, Idha Widi
Fauzi, Akhmad
Sinaga, Jan Piter
Issue Date: 2021
Publisher: IPB University
Abstract: Pengendalian disparitas dan flukuasi harga yang tinggi dari harga pangan strategis harus dilakukan oleh pemerintah karena ketidakseimbangan antarwaktu dan antarwilayah antara supply dari produsen pertanian dan permintaan konsumen. Salah satu caranya adalah melalui kebijakan stabilisasi harga. Daerah produsen pangan berada di Jawa, Sumatera dan Sulawesi sedangkan wilayah konsumen yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu infrastruktur distribusi pangan juga masih belum memadai terutama di Indonesia Timur dapat menghambat kelancaran arus distribusi pangan antarwilayah. Kondisi ini harus diperbaiki melalui proses perdagangan antarwilayah yang lebih efektif dan efisien. Hubungan perdagangan antarwilayah sangat penting untuk memastikan ketersediaan pangan di semua wilayah terutama di wilayah konsumen (defisit). Koordinasi antarwilayah dalam rangka peningkatan perdagangan dan pemenuhan kebutuhan pangan antarwilayah dari wilayah produsen ke wilayah konsumen harus menjadi perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi pemerintah dalam mengendalikan disparitas harga antarwilayah yang tinggi misalnya melalui kebijakan stabilisasi harga. Pendekatan dalam menjawab tujuan penelitian dilakukan dengan analisis yang berbeda untuk masing-masing tujuan. Analisis integrasi pasar pangan antar waktu dan antar wilayah dilakukan melalui tahapan analisis sebagai berikut: (1) uji akar unit, (2) uji kointegrasi, (3) analisis Impulse Response Function (IRF), dan (4) analisis dekomposisi ragam atau Forecast Error Decomposition Variance (FEDV). Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat integrasi spasial baik pada komoditas beras medium maupun cabai merah analisis wilayah maupun nasional yang ditunjukkan oleh adanya kointegrasi jangka panjang. Namun demikian secara vertikal integrasi pasar beras medium hanya terjadi pada wilayah Pulau Jawa, sementara pada wilayah di luar Pulau Jawa terjadi ketidakseimbangan antara harga produsen, grosir dan eceran. Berdasarkan pengaruh kekuatan pasar, jumlah produksi, surplus/defisit dan keterkaitan spasial maka: (a) PIBC menjadi pasar acuan beras medium Indonesia, (b) Palembang menjadi pasar acuan beras medium di wilayah Sumatera, (c) Bandung dan Surabaya menjadi pasar acuan beras medium di wilayah Pulau Jawa, (d) Makassar menjadi pasar acuan beras medium di wilayah Indonesia Timur. Sementara itu, keterkaitan spasial antar wilayah dibahas melalui metode analisis Uji Efek Spasial dengan menggunakan model regresi yang terboboti atau Geographically Weighted Regression (GWR) yang menghasilkan model yang lebih baik daripada OLS. Hal ini ditandai dengan R2 dan Adj R2 GWR yang lebih tinggi, serta nilai AIC dan AICc yang lebih rendah. Beberapa poin penting dalam penelitian ini adalah (1) harga grosir paling berpengaruh terhadap harga eceran beras medium dan cabai merah baik pada periode panen raya maupun non panen raya; (2) pola panen mengakibatkan pengaruh produksi dan harga produsen terhadap harga eceran periode panen raya dan non panen raya berbeda. Pengelolaan distribusi antarwilayah harus dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan disparitas harga pangan antarwilayah; (3) harga produsen terintegrasi dengan harga pedagang di kabupaten sentra produksi dan sekitarnya sedangkan integrasi harga pangan di tingkat konsumen terjadi pada daerah pusat ekonomi utama wilayah. Aspek spasial yang muncul dalam penelitian ini adalah produksi, harga, dan PDRB. Produksi menjadi aspek yang terkait dengan stabilisasi pasokan (termasuk stok) sehingga perbedaan periode produksi antarwaktu dan perbedaan jarak suatu wilayah terhadap sentra produksi mempengaruhi tingkat stabilisasi pasokan dan harga. Harga yang ada ditingkat produsen, grosir dan eceran menjadi aspek yang paling mempengaruhi stabilisasi harga. PDRB wilayah yang lebih besar mengakibatkan daya tarik aliran pasokan ke wilayah tersebut juga lebih besar daripada wilayah yang memiliki PDRB yang lebih kecil. Pengambilan kebijakan stabilisasi pasokan dan harga pangan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah hendaknya mempertimbangkan aspek lokasional atau pendekatan spasial yang mampu memberikan gambaran secara akurat mengenai variasi harga secara geografis sehingga kebijakan dapat diimplementasikan fokus dan terarah tepat pada sasaran.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/106376
Appears in Collections:DT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover969.15 kBAdobe PDFView/Open
H162150171-Jan Piter fixx.pdf
  Restricted Access
Fullteks7.94 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran65.62 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.