Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105645
Title: Pola Keterkaitan Spasial Pembangunan Ekonomi Wilayah Pulau Jawa
Other Titles: Spatial Dependence Pattern of Economic Development in Java Island
Authors: Putra, Andi Syah
Issue Date: 2012
Publisher: IPB University
Abstract: Pendekatan analisis pembangunan wilayah harus mampu mencerminkan adanya kerangka berfikir yang menyangkut interaksi spasial antara aktifitasaktifitas ekonomi dan mengarah kepada pemanfaatan sumberdaya secara optimal baik antara kegiatan di pusat dan wilayah di belakangnya (hinterland), maupun juga dengan wilayah-wilayah lainnya yang lebih jauh. Sejauh mana suatu aktifitas di suatu wilayah dipengaruhi oleh aktifitas yang sama di wilayah lainnya, dan juga dipengaruhi oleh faktor pendorong di dalam wilayahnya sendiri. Sebagai contoh suatu wilayah dengan jumlah populasi lebih besar cenderung akan membangkitkan dan menarik aktivitas lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain yang mempunyai populasi lebih sedikit. Sebagai cerminan, Pulau Jawa walau hanya memiliki luas sekitar 7% dari seluruh luas daratan Indonesia namun ditempati sekitar 60% penduduk Indonesia dan juga memiliki nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2010 atas dasar harga konstan 2000 mencapai 60 % terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Persoalan spasial muncul berkaitan dengan adanya keterkaitan spasial (spatial dependence) dan keberagaman spasial (spatial heterogenity). Spatial dependence secara sederhana dapat dinyatakan bahwa aktivitas di suatu lokasi memiliki keterkaitan dengan aktivitas di lokasi lain, sedangkan spatial heterogenity yaitu adanya perrmasalahan-permasalahan yang terjadi karena perbedaan karakteristik antar lokasi. Untuk itu pendekatan pembangunan yang berbasis kepada konsepsi pengembangan wilayah perlu mempertimbangkan aspek spasial untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketimpangan. Pendekatan untuk memasukkan pengaruh spasial di dalam model-model pengembangan wilayah diantaranya dengan mengembangkan dan mengaplikasikan model geographically weighted regression (GWR). Dengan pemodelan tersebut setiap lokasi sangat mungkin menghasilkan prediksi model yang berbeda. Penggunaan unit spasial seperti kabupaten/kota sebagai unit analisis dalam penelitian ini perlu mempertimbangkan efek spasial. Permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah apakah terdapat efek spasial pada perbedaan PDRB suatu kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota lainnya. Analisis spasial dalam penelitian ini difokuskan untuk menguji keberadaan efek spasial perbedaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota lainnya di Pulau Jawa. Penelitian ini bertujuan: (1) Mengidentifikasi pengaruh global keterkaitan spasial sektor-sektor PDRB terhadap total PDRB Pulau Jawa; (2) Menjelaskan pola lokal keterkaitan spasial sektor-sektor PDRB yang berpengaruh signifikan terhadap pembentukan PDRB Pulau Jawa; dan (3) Menganalisis pengaruh kinerja lokal dan sektoral PDRB kabupaten/kota di Pulau Jawa terhadap pembentukan PDRB Pulau Jawa. Wilayah penelitian yaitu Pulau Jawa terdiri dari enam provinsi yang meliputi 115 kabupaten/kota. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional dan hasil studi lainnya yang terkait, diantaranya yaitu: peta administrasi kabupaten/kota Pulau Jawa 2010, data PDRB sembilan sektor kabupaten/kota di Pulau Jawa 2010, data jumlah penduduk kabupaten/kota Pulau Jawa 2010, data struktur tenaga kerja kabupaten kota Pulau Jawa 2010, serta data aliran barang berdasarkan wilayah asal dan tujuan kabupaten/kota di Pulau Jawa 2006. Dalam penelitian ini kerangka pendekatan analisis akan diwujudkan dalam bentuk pemodelan global dan lokal yang dibobot berdasarkan matrik contiguity yaitu matriks keterkaitan spasial antar wilayah kabupaten/kota Pulau Jawa berbasis data aliran barang asal tujuan. Pada pemodelan global dikembangkan persamaan spasial ekonometrik untuk mengidentifikasi pengaruh global keterkaitan spasial sektor-sektor PDRB terhadap total PDRB. Pada pemodelan global ini dapat diidentifikasi sektor-sektor PDRB terpilih yang secara signifikan berpengaruh terhadap pembentukan total PDRB. Selanjutnya dengan Model Otokorelasi Spasial Lokal dijelaskan pola keterkaitan spasial lokal dari sektorsektor PDRB yang berpengaruh signifikan terhadap pembentukan nilai PDRB wilayah di Pulau Jawa. Pada tahap selanjutnya sektor-sektor PDRB yang terpilih tersebut dianalisis dengan menggunakan model Geographically Weighted Regression (GWR) dalam kaitan melihat pengaruh kinerja lokal dan sektoral PDRB kabupaten/kota di Pulau Jawa terhadap pembentukan PDRB Pulau Jawa Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Dari sembilan sektor PDRB yang diuji pengaruhnya terhadap pembentukan total PDRB Pulau Jawa dengan mempertimbangkan keterkaitan spasial berdasarkan aliran barang antar wilayah kabupaten/kota Pulau Jawa terdapat 5 (lima) sektor yang berpengaruh signifikan yaitu: sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa; (2) Hasil otokorelasi spasial lokal dari kelima sektor yang signifikan yaitu: sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa, memiliki keterkaitan yang kuat hanya pada wilayah-wilayah yang secara aktual memiliki nilai yang setara (tinggi); (3) Hasil pemodelan GWR menggambarkan bagaimana pengaruh kinerja spasial sektoral PDRB kabupaten/kota di Pulau Jawa terhadap pembentukan PDRB Pulau Jawa sebagai berikut yaitu: a. Pada sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa peran sektor ini terhadap pembentukan total PDRB di Pulau Jawa ternyata justru relatif kuat pada wilayah kabupaten/kota yang secara aktual bukanlah wilayah berbasis industri; b. Pada Sektor konstruksi menunjukkan kekuatan sektor ini terhadap pembentukan total PDRB di Pulau Jawa berada di wilayah hinterland Bandung, Jabodetabek, Surabaya dan juga di bagian barat Jawa Tengah dan di bagian selatan dan timur Jawa Timur; c. Pada Sektor perdagangan, hotel dan restoran kekuatan terhadap pembentukan total PDRB di Pulau Jawa sifatnya meluas di wilayah sekitar Jabodetabek, Bandung, bagian barat Jawa Tengah, dan beberapa wilayah di bagian barat dan selatan Jawa Timur; d.Pada sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan kekuatan terhadap pembentukan total PDRB di Pulau Jawa di wilayah Semarang dan sekitarnya, serta wilayah Surabaya dan sekitarnya sampai dengan wilayah selatan dan timur Jawa Timur; dan e.Pada sektor jasa-jasa, kekuatan sektor ini terhadap pembentukan total PDRB di Pulau Jawa terutama di koridor Jakarta Bandung, Ciamis-Cirebon, dan Semarang-Yogya sampai dengan Surabaya. Selain itu, kekuatan sektor ini meluas hingga ujung timur Jawa Timur yaitu Banyuwangi dan Bondowoso. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Pengembangan sektor-sektor PDRB yang berpengaruh signifikan terhadap pembentukan total PDRB Pulau Jawa khususnya sektor industri dikembangkan tidak lagi berbasis pada kondisi aktual selama ini yang merupakan basis industri namun pada simpul-simpul yang secara spasial merupakan konektivitas antar wilayah bagian timur dan barat Pulau Jawa yaitu pada wilayah tengah Pulau Jawa; (2) Sektor-sektor PDRB yang berpengaruh signifikan lainnya terhadap pembentukan total PDRB seperti sektor perdagangan hotel dan restoran, dan konstruksi pengembangan sektor ini berupa perluasan ke wilayah hinterland nya, sementara sektor transportasi dan komunikasi, dan jasa-jasa perluasan yang dilakukan sifatnya pemerataan untuk setiap wilayah; (3) Terkait dengan pengembangan penelitian sejenis khususnya dalam pengembangan metode yang dilakukan, variabel-variabel yang terkait dengan keberagaman spasial disarankan dapat diperkaya lagi misalnya memasukkan karakteristik fisik wilayah dan demografi; (4) Data dan informasi mengenai karakteristik jaringan transportasi antar wilayah kabupaten/kota dan provinsi termasuk jalur-jalur yang harus dilalui disarankan dapat ditambahkan untuk membangun pemodelan matriks contiguity dan mengembangkan model yang lebih baik.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105645
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2012asp.pdf
  Restricted Access
Fulltext5.34 MBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover1.78 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.17 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.