Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104290
Title: Dinamika Blue Carbon pada Budidaya Udang sebagai Unsur Penentu Penataan Areal Pertambakan di Wilayah Pesisir
Authors: Widigdo, Bambang
Wardiatno, Yusli
Mashar, Ali
M. Rifqi
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Kabupaten Karawang adalah salah satu sentra budidaya udang di tambak. Pemanfaatan wilayah pesisir untuk areal pertambakan di daerah ini telah melebihi alokasi peruntukkan ruang di dalam RTRW dan RZWP3K. Sebagian diantara lahan tambak tersebut mengkonversi mangrove. Produksi udang saat ini (existing) masih di bawah daya dukung lingkungan. Target produksi udang Kabupaten Karawang masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan merumuskan pemanfaatan areal pertambakan yang berkelanjutan dan rendah emisi blue carbon di wilayah pesisir Kabupaten Karawang, yang dicapai dengan tahapan penelitian dan menjadi tujuan khusus penelitian ini, yaitu: (1) menganalisis emisi CO2 dan CH4, serta serapan dan stok karbon pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif, (2) menganalisis luasan tambak udang tradisional, semi intensif dan intensif yang memenuhi kriteria kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan, dan (3) merumuskan prioritas alternatif teknologi budidaya. Lokasi penelitian adalah 9 (sembilan) kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Karawang, yaitu: Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Pengamatan dinamika blue carbon dilakukan pada 3 (tiga) blok kawasan pertambakan BLUPPB Karawang. Survei lapangan dengan non probability sampling untuk menganalisis sosial ekonomi masyarakat dan pemanfaatan lahan melalui wawancara dengan 30 orang pembudidaya dan pelaku usaha yang tersebar di kecamatan pesisir. Dinamika blue carbon pada areal pertambakan yang dianalisis adalah emisi CO2 dan emisi CH4, serta serapan dan stok karbon. Analisa usaha dilakukan untuk melengkapi pertimbangan dalam pemilihan teknologi dan optimalisasi pemanfaatan areal pertambakan. Alat analisis lainnya yang digunakan adalah GIS untuk menganalisis kesesuaian lahan, volume perairan pesisir sebagai pendekatan untuk menghitung daya dukung lingkungan, trade off analysis untuk mengalisis alternatif teknologi dan analisis skenario untuk optimalisasi pemanfaatan areal pertambakan pesisir Kabupaten Karawang. Total emisi CO2 (dari penggunaan energi dan emisi dari permukaan air tambak) pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah 0.97 ton ha-1 tahun-1, 66.39 ton ha-1 tahun-1 dan 91.59 ton ha-1 tahun-1. Total emisi CH4 pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah 1.74 kg ha-1 tahun-1, 0.67 kg ha-1 tahun-1 dan 0.59 kg ha-1 tahun-1. Faktor lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap fluks CO2 permukaan air adalah konsentrasi CO2 di udara, suhu air, chlorofil-a, NO2-, dan PO4 secara berturut-turut memiliki koefisien 0.130103, 0.118325, -0.11904, 0,123512, and 0,125774. Sedangkan faktor lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap fluks CH4 permukaan air adalah konsentrasi CH4 di udara, konsentrasi CO2 di udara, pH dan NO3- secara berturut-turut memiliki koefisien 0.62423, -0.40661, 0.454455 dan 0.576345. Untuk dapat meminimalisir emisi CO2 dan CH4 dari permukaan air tambak perlu memperhatikan pengendalian dan efisiensi penggunaan input produksi, serta upaya pengelolaan air buangan tambak. Adapun emisi CO2 dari penggunaan energi dapat diminimalisir dari efisiensi penggunaan listrik dan BBM serta penggunaan sumber energi alternatif yang rendah emisi. Serapan karbon selama budidaya udang di tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah 0.7139 ton C ha-1, 7.8069 ton C ha-1 dan 9.0752 ton C ha-1. Adapun stok karbon selama budidaya udang di tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah 0.0071 ton ha-1, 0.1560 ton ha-1 dan 0.2663 ton ha-1. Kemampuan menyerap dan stok karbon selama budidaya udang ditambak masih lebih rendah dibandingkan ekosistem alami mangrove. Oleh karena itu, konversi lahan mangrove menjadi tambak udang perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Pembudidaya udang di wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar mengaplikasikan teknologi tradisional (97.05%). Rata-rata keuntungan usaha budidaya udang di tambak teknologi tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah Rp. 6 163 050 ha-1 tahun-1, Rp. 138 928 040 ha-1 tahun-1 dan Rp. 431 090 000 ha-1 tahun-1. Keterbatasan modal dan penguasaan teknologi yang secara turun temurun diantara penyebab rendahnya produktivitas usaha dan rendahnya keinginan untuk mengembangkan usaha. Luas lahan pesisir Kabupaten Karawang yang sesuai secara fisik dalam pola ruang untuk tambak dengan teknologi tradisional serta teknologi semi intensif dan intensif adalah 1,299.99 ha dan 1,667.91 ha untuk kategori S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai). Jika mengacu pada alokasi lahan dalam pola ruang untuk budidaya air payau seluas 9,970 ha, maka tambak seluas 8,302.09 ha dikembangkan pada lahan dengan kategori S3 (sesuai marjinal). Perairan pesisir daerah ini mampu mendukung produksi udang sebanyak 14,003.83 ton tahun-1. Prioritas alternatif teknologi budidaya udang di tambak secara berturut-turut adalah semi intensif, intensif dan tradisional. Skenario III dapat mengoptimalkan pemanfaatan areal pertambakan pesisir Kabupaten Karawang yang berkelanjutan dan rendah emisi blue carbon, yaitu dapat mengurangi sisi source sebesar 30.82 – 33.74% dan menaikkan sisi sink karbon sebesar 0.74%. Produksi yang dapat dihasilkan melebihi target produksi udang tahun 2021 (sebesar 12,360.48 ton) dan memanfaatkan 99,08% daya dukung lingkungan. Lahan yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung mangrove perlu dilakukan upaya penghutanan kembali atau reforestasi, atau pemanfaatan terbatas melalui model silvofishery. Pulihnya ekosistem mangrove pada pesisir Kabupaten Karawang akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan dan keberlanjutan usaha budidaya udang di tambak serta sekaligus mengembalikan jasa-jasa lingkungan (termasuk sebagai penyerap CO2 dan simpanan karbon). Total kerugian karena emisi karbon (CO2 eq) areal pertambakan pesisir Kabupaten Karawang pada kondisi pemanfaatan lahan saat ini adalah 1.71 triliyun rupiah. Kerugian tersebut akan berkurang menjadi 1.19 triliyun rupiah dengan rasionalisasi luas lahan areal pertambakan. Bersamaan dengan adanya reforestasi atau penanaman mangrove pada tambak silvofishery dan cluster-cluster tambak yang memungkinkan terdapat penambahan nilai simpanan dan stok karbon senilai 0.53 triliyun rupiah.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/104290
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
D2020mri.pdf
  Restricted Access
Fulltext12.35 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.