Dinamika Blue Carbon pada Budidaya Udang sebagai Unsur Penentu Penataan Areal Pertambakan di Wilayah Pesisir
View/ Open
Date
2020Author
M. Rifqi
Widigdo, Bambang
Wardiatno, Yusli
Mashar, Ali
Metadata
Show full item recordAbstract
Kabupaten Karawang adalah salah satu sentra budidaya udang di tambak.
Pemanfaatan wilayah pesisir untuk areal pertambakan di daerah ini telah melebihi
alokasi peruntukkan ruang di dalam RTRW dan RZWP3K. Sebagian diantara lahan
tambak tersebut mengkonversi mangrove. Produksi udang saat ini (existing) masih
di bawah daya dukung lingkungan. Target produksi udang Kabupaten Karawang
masih dapat ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan merumuskan pemanfaatan areal
pertambakan yang berkelanjutan dan rendah emisi blue carbon di wilayah pesisir
Kabupaten Karawang, yang dicapai dengan tahapan penelitian dan menjadi tujuan
khusus penelitian ini, yaitu: (1) menganalisis emisi CO2 dan CH4, serta serapan dan
stok karbon pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif, (2) menganalisis
luasan tambak udang tradisional, semi intensif dan intensif yang memenuhi kriteria
kesesuaian lahan dan daya dukung lingkungan, dan (3) merumuskan prioritas
alternatif teknologi budidaya.
Lokasi penelitian adalah 9 (sembilan) kecamatan wilayah pesisir Kabupaten
Karawang, yaitu: Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar,
Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan. Pengamatan dinamika blue
carbon dilakukan pada 3 (tiga) blok kawasan pertambakan BLUPPB Karawang.
Survei lapangan dengan non probability sampling untuk menganalisis sosial
ekonomi masyarakat dan pemanfaatan lahan melalui wawancara dengan 30 orang
pembudidaya dan pelaku usaha yang tersebar di kecamatan pesisir.
Dinamika blue carbon pada areal pertambakan yang dianalisis adalah emisi
CO2 dan emisi CH4, serta serapan dan stok karbon. Analisa usaha dilakukan untuk
melengkapi pertimbangan dalam pemilihan teknologi dan optimalisasi
pemanfaatan areal pertambakan. Alat analisis lainnya yang digunakan adalah GIS
untuk menganalisis kesesuaian lahan, volume perairan pesisir sebagai pendekatan
untuk menghitung daya dukung lingkungan, trade off analysis untuk mengalisis
alternatif teknologi dan analisis skenario untuk optimalisasi pemanfaatan areal
pertambakan pesisir Kabupaten Karawang.
Total emisi CO2 (dari penggunaan energi dan emisi dari permukaan air
tambak) pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut
adalah 0.97 ton ha-1 tahun-1, 66.39 ton ha-1 tahun-1 dan 91.59 ton ha-1 tahun-1. Total
emisi CH4 pada tambak tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut
adalah 1.74 kg ha-1 tahun-1, 0.67 kg ha-1 tahun-1 dan 0.59 kg ha-1 tahun-1. Faktor
lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap fluks CO2 permukaan air adalah
konsentrasi CO2 di udara, suhu air, chlorofil-a, NO2-, dan PO4 secara berturut-turut
memiliki koefisien 0.130103, 0.118325, -0.11904, 0,123512, and 0,125774.
Sedangkan faktor lingkungan perairan yang berpengaruh terhadap fluks CH4
permukaan air adalah konsentrasi CH4 di udara, konsentrasi CO2 di udara, pH dan
NO3- secara berturut-turut memiliki koefisien 0.62423, -0.40661, 0.454455 dan
0.576345. Untuk dapat meminimalisir emisi CO2 dan CH4 dari permukaan air
tambak perlu memperhatikan pengendalian dan efisiensi penggunaan input
produksi, serta upaya pengelolaan air buangan tambak. Adapun emisi CO2 dari
penggunaan energi dapat diminimalisir dari efisiensi penggunaan listrik dan BBM
serta penggunaan sumber energi alternatif yang rendah emisi.
Serapan karbon selama budidaya udang di tambak tradisional, semi intensif
dan intensif secara berturut-turut adalah 0.7139 ton C ha-1, 7.8069 ton C ha-1 dan
9.0752 ton C ha-1. Adapun stok karbon selama budidaya udang di tambak
tradisional, semi intensif dan intensif secara berturut-turut adalah 0.0071 ton ha-1,
0.1560 ton ha-1 dan 0.2663 ton ha-1. Kemampuan menyerap dan stok karbon selama
budidaya udang ditambak masih lebih rendah dibandingkan ekosistem alami
mangrove. Oleh karena itu, konversi lahan mangrove menjadi tambak udang perlu
dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pembudidaya udang di wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar
mengaplikasikan teknologi tradisional (97.05%). Rata-rata keuntungan usaha
budidaya udang di tambak teknologi tradisional, semi intensif dan intensif secara
berturut-turut adalah Rp. 6 163 050 ha-1 tahun-1, Rp. 138 928 040 ha-1 tahun-1 dan
Rp. 431 090 000 ha-1 tahun-1. Keterbatasan modal dan penguasaan teknologi yang
secara turun temurun diantara penyebab rendahnya produktivitas usaha dan
rendahnya keinginan untuk mengembangkan usaha.
Luas lahan pesisir Kabupaten Karawang yang sesuai secara fisik dalam pola
ruang untuk tambak dengan teknologi tradisional serta teknologi semi intensif dan
intensif adalah 1,299.99 ha dan 1,667.91 ha untuk kategori S1 (sangat sesuai) dan
S2 (sesuai). Jika mengacu pada alokasi lahan dalam pola ruang untuk budidaya air
payau seluas 9,970 ha, maka tambak seluas 8,302.09 ha dikembangkan pada lahan
dengan kategori S3 (sesuai marjinal). Perairan pesisir daerah ini mampu
mendukung produksi udang sebanyak 14,003.83 ton tahun-1.
Prioritas alternatif teknologi budidaya udang di tambak secara berturut-turut
adalah semi intensif, intensif dan tradisional. Skenario III dapat mengoptimalkan
pemanfaatan areal pertambakan pesisir Kabupaten Karawang yang berkelanjutan
dan rendah emisi blue carbon, yaitu dapat mengurangi sisi source sebesar 30.82 –
33.74% dan menaikkan sisi sink karbon sebesar 0.74%. Produksi yang dapat
dihasilkan melebihi target produksi udang tahun 2021 (sebesar 12,360.48 ton) dan
memanfaatkan 99,08% daya dukung lingkungan.
Lahan yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung mangrove perlu
dilakukan upaya penghutanan kembali atau reforestasi, atau pemanfaatan terbatas
melalui model silvofishery. Pulihnya ekosistem mangrove pada pesisir Kabupaten
Karawang akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan dan keberlanjutan
usaha budidaya udang di tambak serta sekaligus mengembalikan jasa-jasa
lingkungan (termasuk sebagai penyerap CO2 dan simpanan karbon). Total kerugian
karena emisi karbon (CO2 eq) areal pertambakan pesisir Kabupaten Karawang pada
kondisi pemanfaatan lahan saat ini adalah 1.71 triliyun rupiah. Kerugian tersebut
akan berkurang menjadi 1.19 triliyun rupiah dengan rasionalisasi luas lahan areal
pertambakan. Bersamaan dengan adanya reforestasi atau penanaman mangrove
pada tambak silvofishery dan cluster-cluster tambak yang memungkinkan terdapat
penambahan nilai simpanan dan stok karbon senilai 0.53 triliyun rupiah.
Collections
- DT - Fisheries [725]