Analisis Kurva Pertumbuhan Domba Garut dan Persilangannya
Abstract
Data of body weight of Garut sheep and its crossbreds of 488 head, consist of 149 head of Garut sheep, 115 head of St. Croix X Garut (HG), 68 head of Mouton Charollais X Garut (MG), 101 head of MG X HG (MHG) and 55 head of HG X MG
(HMG) which is collected from Indonesian Research Institute for Animal Production at Bogor station were used in individual growth curve analysis. Three growth curve non linier model were used in this study i.e Logistik, Gompertz and Von Bertalanffy
models. Comparisons were made among these models for goodness of fit, biological interpretability of parameters and computional ease and effect of genotype and environment in them. Least square means growth curve parameters which have
biological interpretability were used to compare effect the genotype, interse mated procces and estimated heterosis effect. The result indicated that Von Bertalanffy was the best model in fitting the data from Garut and Crossbreds although the model
needed more iteration than others in computations. All models have good biological interpretability especially for parameter mature size (A) and rate of maturity (k). Genotype, year of birth, sex and type of birth reared were important effects (p<0.01) in mature size (A) for all models except effect of type of birth rearing (P<0.05) in Logistic model. Year of birth had important effect (p<0.01) in rate of maturity (k) for all models. Genotype, year of birth, sex, parity and type of birth reared also had
important effect (p<0.01) in parameter b/M; except b parameter in Von Bertalanffy was affected significantly by sex (P<0.05). Data bobot badan domba Garut dan Persilangannya sebanyak 488 ekor yang terdiri dari domba Garut 149 ekor, St. Croix X Garut (HG) 115 ekor, Mouton Charollais X Garut (MG) 68 ekor, MG X HG (MHG) 101 ekor dan HG X MG (HMG) 55 ekor
yang dikoleksi dari Stasiun Percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor digunakan dalam analisis kurva pertumbuhan individu untuk membandingkan dengan tiga model kurva pertumbuhan non linear yaitu model Logistik, Gompertz dan Von Bertalanffy serta pengaruh genotipe dan lingkungan dalam keakuratan penjelasan data lapangan dan parameter kurva pertumbuhan dari model tersebut. Berdasarkan hasil penelitian model Von Bertalanffy merupakan model yang mempunyai keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan model lainnya diikuti model Gompertz dan Logistik berdasarkan jumlah kuadrat sisa, kuadrat tengah sisa dan koefisien determinasi, namun model Von Bertalanffy merupakan model yang relatif lebih sulit dalam proses penghitungan diikuti model Gompertz dan Logistik berdasarkan jumlah iterasi. Simpangan baku dari parameter yang mempunyai interpretasi biologis yang sama yaitu parameter A dan k memberikan hasil bahwa model logistik mempunyai simpangan baku yang lebih rendah yang berhubungan dengan kemudahan dalam proses penghitungan. Pengaruh genotipe dan lingkungan mempunyai peran yang cukup besar terhadap tingkat keakuratan penjelasan data lapangan dan kemudahan dalam proses penghitungan. Parameter A (bobot dewasa) pada semua model dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh
genotipe ternak, tahun kelahiran, jenis kelamin dan tipe lahir sapih, kecuali untuk model logistik yang dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh tipe lahir sapih. Parameter k (rataan laju pertumbuhan menuju bobot dewasa) dipengaruhi sangat nyata (P<0,01) oleh tahun kelahiran pada semua model. Parameter b/M dari semua model dipengaruhi oleh tahun kelahiran, jenis kelamin, paritas dan tipe lahir sapih kecuali parameter b dari model Von Bertalanffy dipengaruhi secara nyata (P<0,05) oleh jenis kelamin.