Show simple item record

dc.contributor.authorMunif, Abdul
dc.date.accessioned2015-10-29T06:40:42Z
dc.date.available2015-10-29T06:40:42Z
dc.date.issued2009-05
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/76557
dc.description.abstractPeriode 2007-2008 menjadi masa yang sulit bagi masyarakat dunia. Krisis minyak dunia yang sempat melonjakkan harga minyak sampai $140/barel merembas menjadi krisis pangan. Karena mahalnya harga minyak, beberapa bahan pangan dunia seperti kedelai, jagung, tebu, dan sebagainya dikonversi menjadi bio-energi. Akibatnya suplai pangan dunia menurun. Dan harga pangan dunia meningkat. Dampaknya paling dirasakan oleh negara importir pangan terutama pada masyarakat miskin dan rawan pangan. Tidak hanya kenaikan minyak dunia, perubahan iklim dunia juga menyebabkan krisis pangan. Kegagalan panen di sebagian negara penghasil pangan dunia karena perubahan iklim menyebabkan suplai pangan dunia menurun. Dan bencana yang diakibatkan perubahan iklim seperti El-Nino dan badai yang terjadi di AS menyebabkan permintaan pangan meningkat. Kekurangan suplai dan kelebihan permintaan menyebabkan harga pangan melambung tinggi. Stok beras dunia akan mencapai titik terendah yang mendorong harga mencapai level tertinggi selama 20 tahun terakhir, sedangkan stok gandum mencapai titik terendah selama 50 tahun terakhir. Harga seluruh pangan meningkat pada angka fantastis 75 persen dibandingkan dengan tahun 2000, beberapa komoditas bahkan lebih dari 200 persen.en
dc.language.isoid
dc.titleStrategi pencapaian swasembada beras dan peningkatan daya saing komoditas pertanianen
dc.typeArticleen
dc.subject.keywordswasembada berasen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record