Show simple item record

dc.contributor.authorIrawadi, Tun Tedja
dc.contributor.authorPurwaningsih
dc.contributor.authorSeno, Djarot S Hami
dc.date.accessioned2014-12-18T06:50:41Z
dc.date.available2014-12-18T06:50:41Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/72241
dc.description.abstractIndonesia memiliki potensi tanaman obat herbal yang besar, namun penggunaannya masih sebagai jamu tradisional, yang secara ekonomis nilainya jauh lebih rendah dibandingkan setelah menjadi obat/produk murni. Sementara itu, potensi biopolimer dari limbah sagu sangat berlimpah di Indonesia (7 juta ton/tahun), dan akan meningkat jika sagu telah dibudidayakan. Hasil studi awal menunjukkan bahwa biopolimer termodifikasi dari limbah sagu dapat memisahkan bahan aktif dari kunyit. Pada penelitian ini, modifikasi dilakukan menggunakan teknik grafting dan crosslinking menggunakan monomer akrilamida dan N’N-metilena-bis-akrilamida sebagai crosslinker. Uji kinerja material separator dilakukan untuk pemisahan komponen aktif ekstrak kasar temulawak. Prototipe material separator dengan backbone isolat serabut ampas sagu lebih stabil terhadap pelarut organik dibandingkan prototipe dengan backbone dari ampas sagu. Prototipe material separator dengan backbone isolat serabut ampas sagu mampu memisahkan ekstrak kasar temulawak dengan teknik kromatografi konvensional. Jumlah crosslinker dan rasio monomer:isolat yang memberikan pemisahan terbaik untuk ekstrak temulawak adalah 0,1 g dan 50:50. Prototipe material separator yang layak diteliti lebih lanjut adalah material separator dengan backbone berasal dari isolat serabut ampas sagu dengan metode isolasi menggunakan HCl 3%, dilanjutkan dengan pulping dengan NaOH 20%, kemudian delignifikasi menggunakan H2O2 5%.en
dc.description.abstractIndonesia has many potential herbal plants, however their utilizing are still as traditional medicine (jamu), of which the economic value is much lower compare to drug/pure products. Meanwhile, the amount of sago waste is abundance in Indonesia, estimated 7 million tons/year, and will significantly increase when this plant has been well cultivated. Preliminary studies have showed that modified biopolymer from sago waste was able to separate the active compound of turmeric. In this research, sago waste biopolymer was modified by grafting copolimerization and crosslinking using acrylamide as monomer and N’N-methylene-bis-acrylamide as crosslinker. Performance test was conducted for the separation of the active components of crude extracts of java turmeric. Separator material with a backbone from sago waste fibers was more stable against organic solvents compared with sago waste. Separator material with sago waste fiber backbone was capable for separating the crude extract of java turmeric using conventional chromatographic techniques. The amount of crosslinker and monomer:backbone ratio that gave the best separation was 0,1 g and 50:50, respectively. The separator material that is worthy for further study was material separator with sago waste fibers backbone which was isolated using HCl 3%, followed by pulping with NaOH 20%, then delignification using H2O2 5%.en
dc.language.isoid
dc.publisherbogor agricultural university
dc.titleTeknologi separasi bahan aktif temulawak Menggunakan biopolimer termodifikasi berbasis Limbah produksi saguen
dc.title.alternativeProsiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB 2011en
dc.typeArticleen
dc.subject.keywordTemulawaken
dc.subject.keywordsaguen
dc.subject.keywordkopolimerisasien
dc.subject.keywordseparasien
dc.subject.keywordbioaktifen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record