Pendugaan model pertumbuhan dan bentuk sebaran spasial populasi banteng (bos sondaicus d’alton) di taman nasional alas purwo Jawa Timur
Abstract
Population of bulls in the world is decreasing to 80%. On Java and Bali, the habitat of the species has declined by about 20% and 30% respectively (IUCN 2003). In Java, especially in Alas Purwo National Park, the decreasing population of bulls is caused by hunting and degradation of habitat. The estimation of growth bulls population in APNP is increase. The size of population in the beginning is 588 individuals the rate of growth is 0.093 and carrying capacity of habitat is 4772 individuals. The population will reach the carrying capacity by the year of 2126. The pattern of spatial distribution of bulls in APNP based on analysis of chi-square test is grouped (2 hit>2 20.025). The pattern of distribution in low-land forest and platation forest is randomized (2 0.9752 hit2 0.025), meanwhile it is grouped in coastal forest ecosystem. The pattern of distribution in each type of ecoystem is influenced by the factor of resources (feedings, water, and salty water) and predation factor. Populasi banteng di dunia telah menurun hingga 80 %. Di Jawa dan Bali, habitat dari jenis ini telah menurun hingga 20% sampai 30 %. Di Jawa khusunya di Taman Nasional Alas Purwo, penurunan populasi banteng disebabkan oleh pemburuan dan telah terdegradasi habitatnya. Pendugaan pertumbuhan populasi banteng di Taman Nasional Alas Purwo terindikasi meningkat. Pada awal populasi terdapat sejumlah 588 ekor banteng dengan laju pertumbuhan 0.093 dengan daya dukung habitat 4772 ekor. Populasi akan mencapai daya dukung pada tahun 2126. Pola distribusi spasial dari banteng di Taman Nasional Alas Purwo berdsarkan uji chisquare adalah (2 hit>2 20.025). pola penyebaran di hutan dataran rendah dan hutan tanaman secara acak adalah (2 0.9752 hit2 0.025), yakni didaerah ekosistem perairan. Pola penyebaran pada masing-masing tipe ekosistem dipengaruhi oleh faktor sumberdaya (makanan, air, dan garam) dan faktor pemangsa.