Show simple item record

dc.contributor.authorHerodian, Sam
dc.contributor.authorSugiyono
dc.contributor.authorWidowati, Sri
dc.contributor.authorSantosa, B.A. Susila
dc.date.accessioned2014-12-16T06:09:17Z
dc.date.available2014-12-16T06:09:17Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71595
dc.description.abstractPola konsumsi dan produksi nasional sampai sekarang masih terfokus pada beras, padahal ketergantungan hanya pada beras memiliki risiko besar. Usaha diversifikasi pertanian serta usaha penganekaragaman bahan pangan sebagai sumber kalori perlu segera dikembangkan, terutama penganekaragaman bahan pangan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia. Salah satu contohnya adalah tanaman Buru hotong (Setaria italica (L) beauv.), sejenis tanaman sorgum dari pulau Buru (Maluku). Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Buru hotong diantaranya adalah teknologi pascapanen dan pengolahan. Penelitian tentang teknologi pascapanen dan pengolahan Buru hotong telah dilakukan selama tiga tahun. Tahun 2007 dilakukan penelitian tentang pengembangan mesin penyosoh dan penepung biji Buru hotong, serta pengembangan teknologi pengolahan hotong menjadi berbagai produk pangan yaitu mi, cookies, bubur instan, dan crackers. Penelitian menghasilkan desain dan prototipe mesin penyosoh dan mesin penepung biji Buru hotong. Tahun 2008 dilakukan perbaikan formula produk olahan berbasis Buru hotong yaitu cookies dan bubur instan untuk dapat diaplikasikan pada skala yang lebih besar. Sosialisasi produk olahan Buru hotong telah dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buru. Tahun 2009, penelitian difokuskan pada perbaikan formula dan teknologi pengolahan mi hotong dan penerapan formulasi dan teknologi pengolahan mi hotong di Kabupaten Buru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mi hotong instan yang dihasilkan dengan substitusi terigu maupun pati sagu memiliki karakteristik yang cukup baik jika dibandingkan dengan tanpa substitusi. Berdasarkan hasil uji rating hedonik, produk mi hotong instan terbaik adalah substitusi terigu 40% atau substitusi sagu 30%. Umur simpan mi hotong instan substitusi terigu atau pati sagu adalah 87.82 hari atau 2.93 bulan.en
dc.description.abstractMost of Indonesian populations rely on rice as their single staple food. Dependence on rice is a high risk since the rice production fluctuates. Through this research, we tried to utilize a local cereal foxtail millet (Setaria italica (L) Beauv.) to become a carbohydrate source for people especially in Buru island. A main problem in utilization of foxtail millet was lack of post-harvest and processing technology. Researches had been accomplished for three years, i.e. 2007-2009. In 2007, polishing and milling machines for foxtail millet had been developed. In addition, processing technologies of noodle, cookies, instant porridge, and crackers based on foxtail millet had also been established. In 2008, improvements on formulation of cookies and instant porridge based on foxtail millet had been conducted. Dissimination of foxtail millet based-food products had been carried out in Kabupaten Buru in collaboration with Pemda Kabupaten Buru. In 2009, research had been focused on the improvement of formula and processing technology of foxtail millet noodle. Results showed that the best noodle products were obtained through substitution with 40% wheat flour or 30% sago starch. The shelf life of the product was calculated to be 2.93 months.en
dc.language.isoid
dc.titlePengembangan buru hotong (setaria italica (l) beauv) sebagai sumber pangan pokok alternatifen
dc.title.alternativeProsiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB 2009en
dc.typeArticleen
dc.subject.keywordHotongen
dc.subject.keywordteknologi pengolahanen
dc.subject.keywordproduk panganen
dc.subject.keywordumur simpanen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record