Rekayasa optimasi teknik pirolisis biomassa jagung Untuk produksi bahan tambahan makanan dan energi
View/ Open
Date
2009Author
Raharja, Sapta
Suryadarma, Prayoga
Suluhingtyas, Listya Citra
Metadata
Show full item recordAbstract
Pengolahan biomassa jagung dapat dilakukan dengan menggunakan proses pirolisis. Pirolisis adalah suatu proses pemanasan dengan meminimalkan penggunaan oksigen pada prosesnya. Kandungan utama dari bimassa jagung terutama adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin, dimana ketika dilakukan pembakaran pada suhu yang sesuai dengan proses pirolisis dapat menghasilkan berbagai zat kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan yang aman untuk dikonsumsi dan bio-oil sebagai salah satu sumber energi alternatif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perlakuan-perlakuan pirolisis yang diberikan seperti perubahan suhu dan katalis pirolisis biomassa jagung terhadap rendemen produk BTM (antioksidan, flavour, dan pengawet) dan bio-oil yang dihasilkan. Dari hasil uji thermogravimetri tongkol jagung, tongkol jagung akan mulai terbakar pada suhu 176.91°C. Pada suhu 176.91°C sampai suhu 388.97°C tongkol akan terbakar dengan weight loss sebesar 56.221%. Tongkol jagung akan terbakar sampai suhu 983.41°C. Untuk kelobot jagung akan mulai terbakar pada suhu 204.71°C. Pada suhu 204.71°C sampai suhu 367.92°C dengan weight loss sebesar 50.1192%. Untuk batang jagung pada suhu 139.28oC- 398.97oC bahan terdegradasi sebanyak 41.857%. Pada analisis termogravimetrik daun jagung juga didapat karakteristik suhu dekomposisi yang hampir sama dimana pada suhu 209.06oC- 611.76oC bahan telah terdegradasi sebanyak 67.000%. Pirolisis tongkol dan kelobot jagung menghasilkan rendemen cairan terbanyak pada suhu 550oC, sedangkan untuk batang dan daun menghasilkan cairan terbanyak pada suhu 350oC. Dari hasil pirolisa baik dengan bahan baku tongkol dan kelobot dihasilkan berbagai komponen terutama dari golongan fenol, aldehid, asam karboksilat dan beberapa jenis hidrokarbon. Mayoritas dari golongan fenol dapat digunakan sebagai pengawet, sedangkan golongan aldehid kebanyakan dimanfaatkan untuk flavouring agent ataupun atioksidan, serta beberapa diantaranya juga dimanfaatkan sebgai bioinsektisida. Sedangkan golongan asam karboksilat banyak Corn biomass processing could also be done using pyrolysis. The major content of corn biomass are cellulose, hemicelluloses and lignin, whereas when the combustion was done in with the appropriate temperature, pressure, and oxygen availability could be produced several chemical. From the pyrolysis could be produced food additive such as antioxidant, flavor, disinfectant which is safely used yang as food additive. Besides that, from the pyrolysis process, also produced the bio oil which could be used as alternative energy. The aims of this research were to know the impact of pyrolysis treatment which had been given such as the temperature, and catalyst to the food additive (antioxidants, flavor, disinfectant) and also bio oil. From the thermogravimetric analysis, the corn cob would be burnt in temperature of 176.91°C until 388.97°C with 56.221% weight losses, the corn husk in the 204.71 util 367.92 °C with 50,1192% weight losses. While the corn leaves would be burnt in temperature of 209,06 -611.76 °C with 67.000% weight losses and the corn stem would be burnt in temperature of 139,28°C until 398,97 °C with 41,857% weight losses. The corncob and cornhusk pyrolysis produced the hughest liquid in the temperature of 550oC, while corn leaf and stalks in the temperature of 350oC. There were several chemical product from corn biomass pyrolysis such as fenol, aldehid, carboxylic acid and several hydrocarbon which could be used as food additive and biooil.
Collections
- Research Proceeding [307]