dc.description.abstract | Kesehatan hutan (KH) telah menjadi salah satu kriteria pencapaian pengelolaan hutan yang lestari. Forest Healt Monitoring (FHM) adalah sebuah metode pemantauan KH yang digunakan untuk memantau kondisi KH pada saat ini (status), perubahan kondisi KH (change) dan kecenderungan yang mungkin terjadi (trends) dengan menggunakan indikator-indikator ekologis. Metode penilaian yang dapat menunjukkan kondisi KH secara keseluruhan masih sangat terbatas, terutama jika berhadapan dengan fungsi hutan yang beragam di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan metode penilaian KH hutan lindung dan hutan tanaman berbasis indikator-indikator ekologis KH. Studi kasus penilaian kesehatan hutan alam produksi dilakukan pada klaster-plot FHM di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) dan hutan tanaman jati di KPH Cepu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator ekologis kunci untuk menilai kesehatan hutan lindung adalah produktivitas (kuantitas dan kualitas), kesehatan tegakan atau vitalitas (kondisi kerusakan pohon dan kondisi tajuk), kualitas tapak dan biodiversitas; sedangkan untuk hutan tanaman perlu mempertimbangkan penggunaan indikator biodiversitas. Hasil akhir kuantifikasi nilai indikator (paramater) di TNGP adalah 0,38 (pertumbuhan pohon), 3,38 (kondisi tajuk), 3,29 (kerusakan pohon), 19,63 (kapasitas tukar kation) dan 0,9 (biodiversity); untuk hutan tanaman jati kelompok umur 3 adalah 0,02 (pertumbuhan pohon), 2,84 (kondisi tajuk), 0,48 (kerusakan pohon), 15,96 (kapasitas tukar kation) dan 0 (biodiversity), sedangkan untuk hutan tanaman jati kelompok umur 6 adalah 0,08 (pertumbuhan pohon), 3,58 (kondisi tajuk), 3,80 (kerusakan pohon), 19,44 (kapasitas tukar kation) dan 0 (biodiversity). TNGP mempunyai nilai skor tertinggi dibandingkan hutan tanaman jati pada semua indikator ekologis KH, kecuali kerusakan pohon. | id |