Show simple item record

dc.contributor.authorSiregar, Iskandar Z.
dc.contributor.authorSiregar, Ulfah J.
dc.contributor.authorKarlinasari, Lina
dc.contributor.authorYunanto, Tedi
dc.date.accessioned2010-04-21T12:22:12Z
dc.date.available2010-04-21T12:22:12Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/6138
dc.description.abstractPenggunaan metode penanda genetika untuk bidang kehutanan di Indonesia umumnya masih diarahkan untuk tujuan konservasi genetik dan pemuliaan pohon. Penggunaan untuk tujuan lain seperti untuk melacak asal-usul kayu dalam rangka sertifikasi lacak balak (chain of custody) belum pernah dilakukan di Indonesia. Contoh jenis kayu yang sedang menuju proses sertifikasi ekolabel di Indonesia adalah Jati karena harganya yang mahal, permintaannya yang tinggi baik domestik maupun internasional serta adanya tuntutan konsumen produk baik jati yang ramah lingkungan. Penggunaan penanda molekuler seperti teknik analisis DNA merupakan salah satu metode baru yang dapat dikembangkan dan diterapkan di masa datang untuk sertifikasi lacak balak atau tujuan lain. Penelitian bertujuan menerapkan analisis DNA untuk mengeksplorasi metode ekstraksi DNA dari kayu yang sesuai sebagai pra-syarat aplikabilitasnya di lapangan. Hasil penelitiannya adalah (1) Kayu jati dapat diekstraksi dengan menggunakan metode CTAB yang dimodifikasi. Tiga primer yang digunakan untuk analisis RAPD pada kayu jati yaitu OPO-09, OPO-19 dan OPY-13 menghasilkan karakter pita DNA polimorfik dengan jumlah lokus yang dihasilkan yaitu 33 lokus untuk semua populasi (Jawa Barat - Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur); (2) Rata-rata nilai variabilitas genetik pada kayu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai variabilitas genetik pada daun. Populasi jati pada daun dan kayu memiliki nilai Hs yang kecil dari GST yang relatif tinggi yang mengindikasikan bahwa letak geografis yang memisahkan antara populasi jati Jawa Barat-Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang cukup jauh, menyebabkan aliran gen hanya terjadi pada masing-masing populasi, sehingga secara umum struktur genetik jati Jawa Barat-Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur berbeda; (3) Jati dari KPH Banten memisah sendiri yang mengindikasikan bahwa jati dari KPH Banten memiliki struktur genetik yang berbeda (khas) dengan struktur genetik jati 8 populasi lainnya. Komponen kimia struktur kayu berupa selulosa, hemiselulosa, dsan lignin yang tertinggi berasal dari masing-masing KPH Banten (71,77%), Indramayu (27,57%), dan Keboharjo (28,13%). Sementara itu, terdapat perbedaan nilai rataan masing-masing komponen kimia kayu antar KPH, yang diduga karena pengaruh lingkungan tempat tumbuh dari tiap populasi.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subjectGenetikaid
dc.titlePengembangan metode penanda genetika molekuler untuk lacak balak (studi kasus pada jati)id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record