Show simple item record

dc.contributor.authorTanziha, Ikeu
dc.date.accessioned2013-02-12T04:26:26Z
dc.date.available2013-02-12T04:26:26Z
dc.date.issued2012
dc.identifier.isbn978-979-3584-47-8
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60701
dc.description.abstractKelaparan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan kronik (Lenhart 1989; Ngongi 1999), atau dapat juga didefinisikan bahwa kelaparan merupakan “ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan pangan minimal untuk hidup sehat,cerdas dan produktif, karena masalah daya beli dan/atau ketersediaan pangan serta nilainilai masyarakat”. Kelaparan dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif kelaparan diukur dari “ketidakmampuan seseorang memenuhi 70% kebutuhan energi yang disertai penurunan berat badan karena masalah daya beli dan/atau ketersediaan pangan”. Ukuran kuantitatif ini jarang digunakan karena membutuhkan biaya tinggi, waktu relatif lama serta kemampuan khusus dalam pengambilan data, oleh karenanya dikembangkan ukuran dan indikator kualitatif yang lebih sederhana dan mudah pelaksanaannya. Meskipun pengukuran ini dilakukan secara kualitatif, tetapi tidak subyektif, karena pengukuran ini divalidasi dengan pengukuran kelaparan lainnya yang bersifat kuantitatif. Banyak ukuran kualitatif kelaparan yang sdh dikembangkan (diantaranya Kennedy 2003; Lorenzana and Sanjur 1999, FANTA 2011), namun demikian Indonesia melalui Badan ketahanan Pangan Deptan juga sdh mengembangkan ukuran kualitatif kelaparan disesuaikan dengan kondisi setempat. Secara kualitatif sesorang dikatakan kelaparan apabila mengalami penurunan porsi atau frekuensi makan disertai penurunan berat badan. Dalam hal ini pengukuran tersebut digunakan untuk mengukur kelaparan kronik. Dari ukuran kelaparan tersebut dikembangkan lagi indikator kelaparan yang lebih memudahkan dalam monitoring kelaparan berdasarkan frekuensi konsumsi, proporsi pengeluaran makanan pokok dan coping stategy. Berdasarkan indikator frekuensi konsumsi seseorang atau rumahtangga dikatakan kelaparan apabila konsumsinya kurang dari 2 kali dalam sehari. Berdasarkan proporsi pengeluaran, seseorang atau rumahtangga dikatakan kelaparan apabila pengeluaran untuk beras >25%. Sedangkan berdasarkan coping strategy seseorang atau rumahtangga dikatakan kelaparan apabila melewati hari-hari tanpa makan.en
dc.publisherPMB-LIPI
dc.subjectKelaparanen
dc.subjectukuranen
dc.subjectindikatoren
dc.titlePengukuran dan indikator kelaparan serta upaya pencegahan dan penanggulangannyaen
dc.title.alternativeProsiding Mini Seminar “Food Security In Indonesia from Social and Cultural Approach”en
dc.typePresentationen


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record